Narita Diyan, Pantang Menyerah untuk Mencapai Tujuan Hidup Sehat

Narita Diyan membawa bendera Indonesia

Sahabat Goodlife, kali ini kami ingin memperkenalkan seorang wanita hebat Indonesia, namanya Narita Diyan. Ia sudah wara-wiri mengikuti lomba triatlon di Indonesia sejak tahun 2017. Selain itu Narita juga rajin bersepeda ke tempat kerja atau Bike to Work. Bagaimana dan kenapa Narita melakukan semua aktivitas ini? Yuk kita simak ceritanya!

Mengapa Narita Memilih Triatlon?

Narita bukanlah atlet profesional. Ia pertama kali mengikuti triatlon pada tahun 2017, waktu itu usianya 39 tahun. Mengapa Triatlon? Triatlon dipilihnya karena ia ingin kegiatan yang berbeda dari rutinitas bekerja di Jakarta, yang hanya fokus mengejar prestasi dan materi. “Saya ingin melakukan sesuatu yang membuat hidup saya lebih menarik dalam bentuk fisik,” jawab Narita.

“Sebenarnya saya orangnya kompetitif, tidak suka olahraga yang tidak ada lombanya. Lebih suka main badminton, voli, basket, futsal, dan lainnya. Namun, karena saya bekerja, jadi sulit mencari teman untuk berolahraga bersama. Oleh karena itu saya akhirnya melakukan olahraga yang bisa dilakukan sendiri, yaitu lari. Tahun 2014, saya mulai ikut lomba-lomba lari 5 km dan 10 km, ada medalinya yang bisa difoto dan diposting lewat media sosial,” kata Narita.

Narita Diyan mengidolakan Kawauchi Yuki, citizen runner Jepang dan juara Boston Maraton 2010
Narita Diyan mengidolakan Kawauchi Yuki, citizen runner Jepang dan juara Boston Maraton 2010
(Foto: Ikeda Hanako/Goodlife)

Yang menarik dari cerita Narita adalah pada awal mengikuti triatlon itu, ia tidak bisa berenang, bayangkan! Pada tahun 2017, dalam keadaan tidak bisa berenang, Narita memberanikan diri mendaftar ikut triatlon.

Acaranya berlangsung bulan Februari, padahal pada bulan Januari saya masih tenggelam. Jadi waktu belajar berenang saya adalah satu bulan saja.

Narita Diyan

Waktu yang sebulan digunakannya sebaik mungkin sampai akhirnya ia bisa berenang. Kemajuan kemampuan berenangnya itu menurut Narita, bisa jadi karena dia sudah terlanjur daftar ikut triatlon. Kalau belum daftar, belum tentu ia bisa berenang secepat itu. “Selain itu, saya adalah orang yang tidak akan mundur, saya akan menyelesaikan sesuatu yang saya mulai, whatever it takes,” tegasnya lagi.

Narita tidak bisa berenang sebelum dia ikuti lomba triatlon
Narita tidak bisa berenang sebelum dia ikut lomba triatlon (Instagram@naritadiyan)

Lomba triatlon itu jadi diikutinya, meskipun tidak mendapat juara. Di akhir 2017 Narita ikut triatlon lagi dan kali ini berhasil meraih juara. Suatu prestasi yang luar biasa, bukan?

Olahraga Adalah Ungkapan Rasa Syukur kepada Tuhan

Narita menceritakan ketika ada jadwal lomba, ada beberapa yang perlu dipersiapkan. Biasanya pelatih akan memberikan Narita semacam jadwal latihan yang telah disesuaikan dengan kebutuhan.

Salah satu kegiatan Narita menjelang lomba ialah bangun jam 4.30, untuk shalat subuh, lalu lanjut lari atau bersepeda. Jam 6, ia berangkat ke kantor dan sampai kantor jam 7. Karena kantor masuk jam setengah 9, jadi ia masih punya waktu satu jam lebih untuk lari, sebelum beraktivitas.

Narita Diyan mengikuti lomba triathlon
Narita Diyan mengikuti lomba triatlon (Instagram@naritadiyan)

Sebagai enthusiast triatlon, seseorang perlu latihan dengan istilah brick, atau melakukan dua olahraga dalam satu waktu sekaligus. Misalnya ngebrick selama 2-3 jam, olahraga yang dipilih biasanya renang-lari, atau sepeda-lari. Hal ini penting dilakukan untuk melatih otot-otot yang diperlukan. Renang pakai upper body, lari dan sepeda pakai lower body. Ngebrick bisa mengubah otot dalam waktu cepat.

Aktif berolahraga yang diawali dengan rasa stres di kantor, ternyata membawa dampak positif yang banyak bagi Narita.

Olahraga rutin adalah cara saya mengungkap syukur kepada Tuhan, karena saya sehat dan utuh, sedangkan banyak orang tidak sehat dan tidak utuh fisiknya. Dan karena olahraga ini saya lakukan dengan tulus, maka saya jadi happy, dan selanjutnya bisa ada impact lainnya.

Narita Diyan

Narita melanjutkan, “Saya sama seperti teman-teman lain, punya waktu terbatas, punya anak, tapi masalah tiap orang memang beda-beda. Saya banyak beruntung sih, karena ada orang yang masuk kantornya pagi banget, ada yang di kantor nggak ada kamar mandinya, ada yang suaminya galak, dan lain-lain. Di situ saya merasa bersyukur, tapi saya rasa masalah yang bagaimanapun, pasti bisa diatasi,” imbuhnya.

Bersepeda Bukan Hanya Sekedar Aktivitas Fisik

Narita Diyan dengan sepedanya
Narita Diyan dan sepeda kesayangannya
(Foto: Ikeda Hanako/Goodlife)

Sekarang tentang bersepeda. Narita berangkat dan pulang kantor naik sepeda (Bike to Work) selama 3-4 kali dalam seminggu. Jarak tempuh antara rumah dan kantor adalah 20 km, dan waktu yang diperlukan bersepeda kurang lebih selama 1 jam. Karena sudah terbiasa, ia tidak merasa capek. 

Bike to Work membantu Narita menjaga fitness level. Level stamina inilah yang bisa membedakan kekuatan seseorang. Jadi ada orang yang gampang sakit, ada yang jarang sakit, ada yang badannya fit, dan ada juga yang tidak fit.

Bagi Narita, Bike to Work termasuk aktivitas bersepeda yang ringan. Kalau bersepeda dari Jakarta ke Bogor, itu baru berat. Narita berkisah, ia pernah sekali dari Jakarta ke Bogor naik sepeda, lalu di Bogor lari sepanjang 10 km dan balik lagi ke Jakarta dengan total jarak tempuh 110 Km.

Bersepeda ke Bogor di hari Minggu, menurut Narita bukan untuk persiapan latihan, karena dilakukan dengan santai, sambil jajan, sambil piknik. Justru dengan bersepeda (misalnya ke kantor) ada endorphin yang dihasilkan, membuat kita segar. Hal ini dibandingkan dengan orang lain yang naik mobil, mengalami kemacetan sehingga stres dan sampai kantor bawaannya mumet ngantuk. Yang bersepeda seperti dirinya malah badan terasa lebih bugar.

Bersepeda selain punya tujuan fisik tadi, ada lagi yang lebih utama, yaitu gerakan moral. Menurutnya, sebagai manusia, kita harus peduli pada lingkungan. Kita bisa melakukannya sesedikit mungkin, apa saja, dan yang mudah buat Narita adalah bersepeda tadi. “Bermanfaat bagi lingkungan dan orang banyak. Dalam hal ini saya tidak menyumbang kemacetan dan tidak menyumbang polusi,” katanya. Waahh pemikiran yang sangat inspiratif ya, Sahabat Goodlife….