“Sehat Ada di Tangan Anda”: Suara dari Bali untuk Gerakan Swamedikasi Asia Pasifik

Lebih dari seratus pemimpin kesehatan dari 11 negara Asia Pasifik berkumpul di Bali pekan lalu. Mereka datang bukan sekadar berbagi pandangan, tapi membawa satu misi besar: mengajak masyarakat untuk lebih mandiri menjaga kesehatannya lewat swamedikasi.

Tema pertemuan tahunan Asia Pacific Self-Medication Industry (APSMI) Summit kali ini, “Self-care in Healthcare: From Shared Vision to Shared Action,” jadi pengingat bahwa bicara soal kesehatan bukan lagi hanya tanggung jawab tenaga medis. Individu juga punya peran penting.

Swamedikasi sendiri berarti langkah sadar seseorang untuk merawat dirinya: mulai dari mencegah penyakit lewat pola hidup sehat, mengelola gejala ringan, hingga tahu kapan harus mencari bantuan medis profesional. Konsep ini sudah lama diakui WHO sebagai bagian penting dari sistem kesehatan modern, terutama di tengah tantangan penyakit tidak menular dan keterbatasan akses layanan.

Asia Pacific Self-Medication Industry (APSMI) Summit (Foto: Dok. APSMI)

“APSMI percaya, memberdayakan individu dengan pengetahuan dan alat untuk swamedikasi adalah kunci membangun komunitas yang lebih sehat,” ujar Rachmadi Joesoef, Ketua APSMI sekaligus CEO PT Konimex. Ia menyebut, kolaborasi lintas sektor menjadi satu-satunya cara untuk menciptakan sistem kesehatan yang tangguh di kawasan Asia Pasifik.

Langkah konkret itu mulai terlihat lewat inisiatif Self-CARER (Self Medication Collaborative Asian Regulatory Expert Round Table), platform kolaborasi antara regulator, pakar, dan industri kesehatan. “Moto kami sederhana: swamedikasi memberdayakan individu dan meringankan sistem,” jelas Dr. Junko Sato, Co-Chair Self-CARER.

Melalui Self-CARER, berbagai pihak kini bekerja bersama untuk menciptakan kebijakan, regulasi, dan ekosistem digital yang memastikan setiap orang bisa mengakses solusi kesehatan yang aman dan terpercaya.

Dr. Deepa Maharaj, pemimpin kelompok kerja digital di Self-CARER, menambahkan bahwa literasi digital kini menjadi jembatan penting dalam gerakan ini. “Lebih dari 70% masyarakat Asia Pasifik sudah melek digital. Ini saatnya memastikan akses informasi dan layanan kesehatan digital yang aman dan setara bagi semua.”

Dari sisi pemerintah, Direktur Produksi dan Distribusi Farmasi Kementerian Kesehatan, Dita Novianti Sugandi Argadiredja, menegaskan pentingnya swamedikasi sebagai bagian dari transformasi sistem kesehatan nasional. “Kita ingin masyarakat lebih proaktif mengelola kesehatannya. Literasi kesehatan dan ketersediaan produk yang aman dan berkualitas menjadi fondasinya,” ujarnya.

Kepala BPOM, Prof. Taruna Ikrar, juga menegaskan komitmen lembaganya untuk memperkuat regulasi yang mendukung swamedikasi. “Kami ingin masyarakat punya akses yang lebih besar terhadap informasi dan produk yang berkualitas. Dengan begitu, praktik swamedikasi bisa dilakukan dengan aman dan bertanggung jawab,” katanya.

Pada akhirnya, APSMI Summit di Bali bukan sekadar ajang diskusi. Ia menjadi langkah nyata menuju masa depan di mana setiap orang berperan aktif menjaga kesehatannya sendiri, sambil membantu meringankan beban sistem kesehatan publik. Karena sehat, pada akhirnya, benar-benar ada di tangan kita sendiri.