Tak Lagi Sekadar Ritual, Dhoopa Ubah Dupa Jadi Kebutuhan Gaya Hidup

dhoopa

Biasanya, menyalakan dupa identik dengan ritual doa di klenteng. Padahal, dupa sebetulnya punya fungsi lain yang bisa digunakan sehari-hari. Seperti yang dilakukan oleh Linda Lim, founder dari Dhoopa yang mengubah dupa (incense) menjadi produk trendi yang menarik untuk dicoba.

Linda sudah akrab dengan dupa sejak masa kecil. Di masa dewasa, Linda juga sempat tinggal di Bali dimana dupa juga sering digunakan untuk ritual doa. “Dupa bukan hal baru buat saya. Dari dulu memang saya suka bakar dupa,” terang Linda saat berbagi kisahnya pada Goodlife.

Ide untuk memulai bisnis dupa datang ketika Linda merasa kesulitan untuk mencari incense holder dengan desain yang bagus dan bisa dijadikan penghias dekor rumah. “Kalau di toko online, incense holder itu biasanya untuk dupa yang buat berdoa. Cari yang bentuknya modern dan minimalis itu susah sekali,” terangnya.

Selain merasa kesulitan mencari produk yang tersedia di pasaran, dupa bagi Linda juga memiliki nilai tersendiri. Dengan dupa, Linda juga mencoba untuk menggali diri sendiri lebih dalam tentang makna dupa dan mengapa ia sangat menyukainya.

dhoopa
Tempat dupa Mitya yang terbuat dari kayu jati, hasil buatan tangan pengrajin kayu Indonesia (Foto: Dok. Dhoopa)

“Di zaman sekarang ini semua orang maunya serba instan. Dengan menyalakan dupa saya berharap orang akan lebih slow down dan be more mindful,” terangnya. Linda merasa bahwa saat ini semua orang identik dengan serba cepat dan ingin buru-buru. Itu sebabnya dengan menyalakan dupa ia berharap orang akan beristirahat sejenak untuk menyehatkan mental.

Linda mulai menjalankan bisnisnya pada 2020 dan saat itu ia hanya menyediakan 5 hingga 10 jenis incense holder dan ternyata tanggapannya cukup positif. Permintaan terus bertambah dan membuat Linda juga harus memperbanyak jenis produknya hingga ke incense sticks.

Ananda incense sticks, terbuat dari bahan alami, dibentuk dengan tangan dan dikeringkan di bawah sinar matahari. (Foto: Dok. Dhoopa)

Dupa Kini Berubah Fungsi

Apa yang membedakan incense holder dari Dhoopa dan yang lainnya? Menurut Linda, Dhoopa memiliki jenis holder yang cukup banyak, termasuk dari bahan pembuatannya, seperti dari kayu, keramik, metal dan bahan daur ulang plastik.

Saat ini Dhoopa juga bekerjasama dengan para pengrajin kayu dan keramik lokal termasuk juga dengan perusahaan daur ulang plastik untuk membuat holder lainnya. “Rencana ke depan memang saya ingin membuat holder dari bahan daur ulang lagi,” jelas Linda.

Morii Incense Holder, terbuat dari limbah plastik yang didaur ulang. Limbah plastik mendapat kesempatan hidup kedua untuk menjadi berguna. (Foto: Dok. Dhoopa)

Sedangkan incense stick yang ada di Dhoopa juga terbuat dari bahan alami dan tidak menggunakan pewangi atau alkohol. “Bahannya dari rempah dan proses pembuatannya masih menggunakan hand roll dan dijemur di sinar matahari. Jadi ini aman untuk digunakan,” kata Linda.

Menurut Linda, materi yang digunakan untuk pembuatan dupa biasanya adalah terdiri dari daun-daunan, buah dan kayu yang dikeringkan, ditumbuk halus kemudian direkatkan dengan perekat alami.

Stupa Incense Nepal terbuat dari bahan natural, tumbuh-tumbuhan dan rempah yang tumbuh di Pegunungan Himalaya. (Foto: Dok. Dhoopa)

Untuk materialnya, Linda menggunakan bahan dari Indonesia dan luar negeri, seperti Nepal, Peru dan Taiwan.  Rencananya, Linda juga akan berkolaborasi dengan beberapa negara lain, seperti Vietnam dan Thailand dimana keduanya juga memiliki tradisi menyalakan dupa untuk aktivitas sehari-hari.

Saat ini, kebutuhan orang untuk menyalakan dupa juga berbeda seperti dulu. “Kalau dulu buat ritual sembahyang. Kalau sekarang itu bermacam-macam,” terangnya. “Ada yang menyalakan dupa untuk teman melukis, journaling, membaca buku, menonton drama, berkumpul dengan keluarga, meditasi atau sambil berendam di bathtub. Ada juga yang digunakan sebagai timer sampai dupanya habis terbakar. Intinya saat ini dupa lebih menjadi kebutuhan gaya hidup,” kata Linda.

Menyalakan dupa sebagai teman santai saat minum teh. (Foto: Dok. Dhoopa)

Di masa pandemi seperti sekarang, misalnya, Linda bersyukur usahanya bisa tetap berjalan. Kondisi yang sempat membatasi aktivitas orang di luar rumah membuat banyak orang merasa stress dan ingin relaksasi dengan aroma terapi seperti yang disediakan Dhoopa.

Membakar dupa identik dengan ritual doa, namun kini zaman juga berubah. Dengan semakin sibuknya aktivitas sehari-hari, menyalakan dupa bisa kamu jadikan pilihan untuk menenangkan diri.

Linda Lim mengajak kamu untuk hidup pelan, selalu bersyukur dan menciptakan kebahagiaan versi diri kamu sendiri. (Foto: Dok. Dhoopa)

Buat kamu yang ingin mencoba alternatif aroma terapi dengan dupa, bisa mengunjungi Instagram @dhoopadhoop atau website dhoopaliving.com untuk melihat  beberapa koleksi menarik dari Dhoopa. Saat ini secara offline,  Dhoopa hanya membuka pop-up bersama Living Works yang bisa dijumpai di beberapa pusat belanja di Jakarta pada jadwal tertentu.