Bukan Kerasukan, ini Penyabab Terjadinya Kejang pada Tubuh

Kejang pada tubuh sering dikaitkan dengan hal mistis, padahal dalam dunia medis, kondisi ini bisa terjadi karena gangguan saraf, kekurangan mineral, hingga gaya hidup tidak sehat, simak penjelasan lengkapnya!

Kejang sering dikaitkan dengan hal-hal mistis, padahal dalam dunia medis, kejang adalah kondisi serius yang terjadi akibat gangguan sinyal listrik di otak atau masalah kesehatan lainnya. Jika kamu atau orang terdekat pernah mengalaminya, penting untuk mengetahui penyebabnya agar bisa mengambil langkah pencegahan. Berikut beberapa faktor yang memicu kejang dari sudut pandang kesehatan dan gaya hidup.

1. Epilepsi

Epilepsi adalah gangguan neurologis yang menjadi penyebab utama kejang berulang. Kondisi ini terjadi ketika aktivitas listrik di otak terganggu, menyebabkan gerakan tak terkendali, kesadaran menurun, atau bahkan hilang kesadaran sementara. Epilepsi bisa dikelola dengan obat-obatan dan terapi, tetapi memerlukan diagnosis dari dokter.

2. Kekurangan Mineral (Elektrolit Tidak Seimbang)

Tubuh membutuhkan mineral seperti natrium, kalium, kalsium, dan magnesium untuk fungsi saraf dan otot yang normal. Jika kadar elektrolit tidak seimbang, misalnya karena dehidrasi, diare parah, atau konsumsi obat diuretik—kamu bisa mengalami kejang otot atau kejang seluruh tubuh.

sakit
Ketidakseimbangan elektrolit bisa memicu terjadinya kejang (Foto: Pexels)

3. Gula Darah Rendah (Hipoglikemia)

Otak sangat bergantung pada glukosa sebagai sumber energi. Ketika kadar gula darah turun drastis (misalnya pada penderita diabetes yang terlambat makan), tubuh bisa mengalami kejang, lemas, hingga pingsan. Pastikan kamu makan teratur dan memantau gula darah jika berisiko hipoglikemia.

4. Demam Tinggi (Kejang Febril)

Anak-anak, terutama usia 6 bulan–5 tahun, rentan mengalami kejang saat demam tinggi. Kondisi ini disebut kejang febril dan biasanya tidak berbahaya selama tidak berlangsung lama. Namun, jika terjadi, segera bawa ke dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut.

5. Konsumsi Alkohol Berlebihan atau Putus Alkohol

Alkohol dapat mengganggu fungsi saraf. Minum berlebihan atau berhenti tiba-tiba setelah kecanduan bisa memicu kejang. Ini dikenal sebagai alcohol withdrawal seizure dan termasuk kondisi darurat yang butuh penanganan medis.

6. Cedera Kepala atau Stroke

Kerusakan otak akibat benturan keras, stroke, atau tumor otak bisa mengganggu sinyal saraf dan menyebabkan kejang. Jika kejang terjadi setelah kepala terbentur, segera cari bantuan medis.

7. Kurang Tidur dan Stres Berat

Tidur adalah waktu bagi otak untuk memulihkan diri. Kurang tidur kronis atau stres ekstrem dapat meningkatkan risiko kejang, terutama pada orang dengan riwayat epilepsi. Kelola stres dengan relaksasi dan tidur cukup (7–9 jam per hari).

8. Efek Samping Obat atau Zat Tertentu

Beberapa obat, seperti antidepresan atau obat pereda nyeri dosis tinggi, bisa memicu kejang sebagai efek samping. Begitu juga dengan penyalahgunaan narkoba seperti kokain atau ekstasi.

Cara mencegah kejang pada tubuh:

  • Konsumsi makanan bergizi dan cukup minum air.
  • Kelola stres dengan meditasi atau olahraga teratur.
  • Hindari alkohol dan narkoba.
  • Tidur cukup dan jangan abaikan gejala kelelahan.
  • Rutin kontrol kesehatan jika memiliki kondisi seperti epilepsi atau diabetes.

Kejang bukanlah hal yang bisa dianggap sepele. Jika terjadi tanpa sebab jelas atau berulang, segera konsultasi ke dokter untuk diagnosis dan penanganan tepat. Dengan gaya hidup sehat, kamu bisa mengurangi risikonya!