Mengenal Pulse Oximeter, Alat yang Diwajibkan WHO Untuk Dimiliki Pasien Corona Saat Isolasi Mandiri

Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) mewajibkan pasien positif Covid-19 yang melakukan isolasi mandiri di rumah wajib memiliki oximeter atau pulse oximeter. Apa fungsi alat itu?

WHO melalui juru bicaranya, Margaret Harris menyebutkan pedoman baru untuk pasien Covid-19 yang melakukan isolasi mandiri di rumah wajib memiliki oximeter nadi, alat untuk mengukur kadar oksigen dalam darah.

“Sehingga bisa mengidentifikasi apakah kondisi pasien memburuk di rumah dan akan lebih baik dirawat di rumah sakit,” kata Margaret Harris di markas WHO di Jenewa, Swiss, akhir Januari silam.

Bagi pasien Corona sendiri, sangat penting untuk mengetahui kadar oksigen dalam darah. Karena di beberapa kasus, pasien Corona tidak sadar jika saturasi atau kadar oksigen dalam darah dalam kondisi rendah. Hal ini tentu berisiko membuat pasien tiba-tiba tidak sadarkan diri dan yang paling parah adalah menyebabkan gagal napas.

Oleh karena itu sangat penting untuk memantau kadar oksigen dalam darah, terutama pasien positif Corona yang menjalani isolasi mandiri di rumah.

Cara Kerja Oximeter

Idealnya, saturasi oksigen atau kadar oksigen dalam darah berada di angka 95% – 100%. Jika di bawah angka itu, artinya jaringan tubuh mengalami hipoksia yaitu kekurangan oksigen dalam darah.

Pada beberapa kasus pasien Corona, mereka tidak menyadari jika kadar oksigen dalam darahnya rendah karena tubuh tidak memberikan tanda-tanda tersebut. Inilah gunanya oximeter, untuk mengukur kadar oksigen secara berkala ketika isolasi mandiri di rumah.

Lalu bagaimana cara kerja oximeter atau pulse oximeter?

Oximeter berbentuk seperti klip yang dijepitkan pada ujung jari (fingertip) atau daun telinga. Alat ini menggunakan cahaya atau sensor inframerah untuk mengetahui kadar oksigen dalam darah sekaligus mengukur detak jantung, yang hasilnya tertera di layar LED.

Di layar akan ada dua hasil yang muncul, yaitu saturasi atau kadar oksigen dalam darah (SpO2) dan denyut nadi (PRbpm).

Jika pada monitor menunjukkan SpO2 95% tandanya saturasi dalam kondisi normal. Namun jika di bawah angka 95%, artinya menunjukkan gejala hipoksia atau kekurangan oksigen dalam darah. Jika angka SpO2 terus menurun, sebaiknya segera ke rumah sakit.

Sementara PRbpm normal jika berkisar antara 60-100 bpm.

Harga Oximeter

Harga oximeter sangat bervariasi, tergantung mereknya. Di beberapa marketplace, oximeter dijual dengan harga berkisar Rp 60 ribu hingga Rp 500 ribu.

Namun, apapun mereknya, yang terpenting adalah cara yang tepat menggunakannya. Menurut WHO, ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika menggunakan oximeter sendiri di rumah, yaitu:

  • Pastikan kuku sedang tidak menggunakan cat pewarna atau kutek karena bisa mengganggu kinerja oximeter. Hal ini karena oximeter bekerja menggunakan cahaya untuk mendeteksi oksigen dalam darah.
  • Pastikan posisi ujung jari tepat berada di antara fingertip oximeter agar alat bisa mengukur dengan tepat kadar oksigen.
  • Tidak terlalu banyak bergerak ketika menggunakannya.

Mungkin Sahabat Goodlife juga perlu memiliki oximeter di rumah untuk sekadar berjaga-jaga.