Investasi di Masa Pandemi? “Selalu Ada Opportunity di Balik Krisis!”

Masih hangat diberitakan tentang kasus PT. Jouska Finansial Indonesia yang dianggap bermasalah dalam pengelolaan dana yang tidak sesuai dengan kesepakatan. Kegiatan utama Jouska adalah sebagai financial advisory, yaitu memberi masukan pada klien mengenai penjualan dan pembelian saham dengan memperoleh imbalan jasa. Namun klien merasa Jouska serampangan dalam pengelolaan dana nasabah dan membuat klien mengalami kerugian. Lalu bagaimana seharusnya berinvestasi yang aman, terutama selama masa pandemi ini? 

Menurut Mike Rini Sutikno, perencana keuangan bersertifikat, meski kita sudah meng-hire financial planner, bukan lantas kita sama sekali abai dengan perkembangan pasar saham. 

“Justru kita harus semakin memperbanyak informasi soal keuangan dan investasi. Dengan begitu, kita bisa check and recheck soal saham yang potensial. Saat ini sudah banyak kok situs dan aplikasi yang memberikan informasi soal saham. Pengetahuan soal saham ini akan sangat membantu ketika memutuskan membeli saham. Kuncinya itu tadi, kita juga harus memperbanyak informasi dan pengetahuan,” kata Mike kepada Goodlife.

Soal investasi yang aman, Mike menjelaskan sebenarnya bukan hanya selama masa pandemi seperti saat ini saja tetapi dalam situasi apapun. Karena pada dasarnya kegiatan investasi adalah bagaimana kita bisa mengembangkan aset atau harta kita supaya nilainya tidak menyusut.

“Tentu kita ingin aset dan harta kita bertambah terus karena kebutuhan kita juga meningkat, gak cuma kebutuhan saat ini tetapi juga kebutuhan di masa depan. Karena kita gak selalu bisa aktif bekerja, gak selalu punya kemampuan buat nyari duit, kan?” kata Mike.

Ia kemudian menganalogikan investasi dengan menanam pohon yang ditanam sekarang dan akan dipetik buahnya di kemudian hari.

“Begitu pula pada masa pandemi seperti saat ini. Hanya saja berinvestasi saat pandemi ini, memiliki kekhususan, yaitu perlu mempertimbangkan situasi karakteristik kondisi saat pandemi,” jelas Mieke yang juga Founder dari Mitra Rencana Edukasi (MRE), jasa edukasi dan perencana keuangan ini.

Menjaga Likuiditas

Sebelum memutuskan produk investasi yang dipilih, terutama saat pandemi, Mike biasa selalu mengedukasi kliennya dimulai dari WHY, yaitu kenapa beli berbagai produk investasi.

Nah WHY ini bisa jadi berbeda-beda untuk berbagai situasi. Kalau situasinya pandemi, berarti harus dimulai dari apa sih dampak pandemi terhadap keuangan kita. Itu kaitannya dengan produk investasi pilihannya. Misalnya kita terdampak kena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), gaji kita dipotong atau jika kita punya bisnis, penghasilan turun drastis. Kalau itu terjadi pada kita, kita simpan uang yang kita miliki di mana nih? Supaya bisa berkembang atau minimal nilainya tetap tidak tergerus inflasi.

Mike

Dengan situasi tadi, menurut Mike, yang terpenting adalah uang kita harus mudah dicairkan tapi tidak membuat kita merugi. Jenis produk investasi yang cocok adalah yang likuid. “Likuid itu artinya bukan saja aman tapi juga tidak membuat kita kehilangan nilai investasi awal kita,” tegas Mike.

Mike memberi contoh, misalkan kita memilih membeli emas. “Setelah beli emas, minggu berikutnya terjadi krisis ekonomi keluarga, misalnya ada yang sakit positif Covid-19 dan perlu biaya. Nah harga emas itu minggu depan sudah naik atau belum? Kalau kita jual lagi, nilai investasi awalnya tergerus gak?”

Belum lagi saat ini harga emas sedang sangat tinggi. Dan biasanya, harga emas akan kembali turun saat situasi sudah normal lagi. “Jadi meski emas likuid tapi saat ini bukan waktu yang tepat untuk membeli emas. Justru ini saat yang tepat untuk menjual emas,” cetus Mike.

Kalau kita bicara mengenai produknya apa yang direkomendasi untuk jaga likuiditas, saya kira Anda perlu kombinasi antara punya deposito dan reksadana pasar uang. Kenapa deposito, pastinya ini produk bank yang akan memberikan Anda keuntungan berupa pandapatan bunga.

Mike

Ambil opportunity

Saat pandemi ini, bukan hanya kamu yang terdampak. Hampir semua orang, bahkan negara besar seperti Amerika Serikat, Singapura, dan Korea Selatan pun mengalami resesi.

“Tapi krisis seperti ini kan sudah terjadi berulang, tahun 1998 krisis ekonomi, tahun 2008 krisis finansial global, sekarang tahun 2020 krisis karena pandemi. Dari situ kita harusnya belajar, pasar modal kembali rebound kan?” ujar Mike.

Itu artinya, lanjut Mike, “bahwa efek krisis keuangan juga punya opportunity. Kita jangan ketinggalan untuk ambil opportunity itu. Jangan cuma jadi korban (krisis keuangan) tapi kita juga manfaatkan opportunity untuk bisa mengembangkan aset kita. Nah, itu bisa dicapai dengan cara berinvestasi yang menguntungkan untuk pertumbuhan jangka panjang.”

Produk investasi apa yang potensial untuk dijadikan investasi jangka panjang saat pandemi ini?

Untuk jangka panjang, ingin mengembangkan aset dimana uangnya gak akan diambil dulu, cocoknya beli saham; berbagai produk investasi berbasis saham seperti reksadana saham, reksadana campuran, reksadana syariah, reksadana indeks. Jangan khawatir harganya turun banget saat ini. Kebalikan dari emas, saat ini harga saham turun, inilah saatnya kita beli saham. Ibaratnya ini seperti ada barang bagus lagi diskon. Kalau kita beli saham yang bagus saat ini, dalam jangka panjang nilainya akan naik kembali. Kan sudah berulang kali, krisis harga saham turun tapi nanti naik lagi. Nah itu opportunity buat kita.

Mike

Harus Punya Visi Masa Depan

Membagi investasi dalam berbagai jenis produk investasi juga sangat penting saat ini. Mike mencontohkan jika seseorang punya uang Rp. 1 juta untuk investasi, sebaiknya tidak diinvestasikan hanya dalam satu produk.

“Misalnya Rp. 1 juta dibagi untuk beli reksadana saham, reksadana pasar uang, dan untuk beli emas. Kamu bisa pilih tabungan emas aja, gak usah beli emas fisik. Jadi bisa nabung emas hanya dengan Rp. 300 ribu. Sisanya ditaruh di deposito. Jadi dengan Rp. 1 juta tadi sudah dibagi-bagi, semua dapat, likuiditasnya dapat, pertumbuhan jangka panjangnya juga dapat,” jelas Mike.

So Sahabat Goodlife, apapun kondisinya, kita memang harus punya perencanaan keuangan untuk masa depan. Bagaimana supaya kita tetap semangat nabung dan investasi?

Kamu harus punya visi masa depan, misalnya 3 sampai 10 tahun lagi kita ingin menikah, mau beli rumah, mau traveling keliling dunia, ingin kuliah S2 atau mau punya usaha, ya semua dikumpulkan dari sekarang. Kalau gak punya visi, bisa-bisa gajian kamu habis untuk ngopi-ngopi aja.

Mike

Namun selain jenis investasi tadi, yang gak kalah pentingnya juga adalah investasi kesehatan tubuh dan jiwa. Apalagi di masa pandemi ini, Sahabat Goodlife harus tetap jaga asupan makanan yang sehat, rutin olahraga dan jangan lupa bahagia. Karena bahagia juga bisa membuat imun tubuh kita naik dan bisa menangkal berbagai penyakit. Setuju kan? (Sri Isnaeni)