Bruxism adalah kondisi di mana kamu menggertakkan atau menggemeretakkan gigi tanpa sadar, baik saat terjaga maupun saat tidur. Fenomena ini seringkali dianggap sepele, namun jika dibiarkan, bruxism bisa menimbulkan berbagai masalah serius pada kesehatan gigi dan mulut.
Bruxism dapat terjadi pada siapa saja, namun beberapa kelompok berikut ini memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengidap kondisi ini:
Orang dengan tingkat stres tinggi
Individu yang sering mengalami stres atau kecemasan, baik karena pekerjaan, kehidupan pribadi, atau faktor lain, cenderung lebih berisiko mengalami bruxism. Stres dan kecemasan dapat memicu kebiasaan menggertakkan gigi sebagai respons fisik terhadap tekanan emosional.
Anak-anak
Bruxism tidak hanya terjadi pada orang dewasa, tetapi juga sering ditemukan pada anak-anak, terutama mereka yang berusia di bawah 11 tahun. Penyebabnya bisa beragam, mulai dari gigi yang tumbuh tidak rata, stres, hingga cacingan.
Orang dengan kebiasaan tidur tertentu
Individu yang memiliki kebiasaan tidur tertentu, seperti mendengkur atau memiliki gangguan tidur seperti sleep apnea, lebih cenderung mengalami bruxism.
Pengguna substansi
Orang yang mengonsumsi alkohol, kafein dalam jumlah banyak, merokok, atau menggunakan obat-obatan tertentu (misalnya obat-obatan psikoaktif atau stimulan) memiliki risiko lebih tinggi untuk bruxism.
Orang dengan kondisi kesehatan tertentu
Beberapa kondisi medis dan gangguan neurologis seperti penyakit Parkinson, demensia, epilepsi, dan ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) dapat meningkatkan risiko bruxism.
Faktor genetik
Individu yang memiliki anggota keluarga dengan riwayat bruxism lebih berisiko untuk mengembangkan kondisi yang sama, menunjukkan bahwa faktor genetik dapat berperan dalam bruxism.
Orang dengan kebiasaan yang menggunakan otot rahang secara berlebihan
Individu yang sering mengunyah permen karet, menggigit kuku, atau memiliki kebiasaan lain yang menempatkan tekanan berlebih pada rahang dapat memiliki risiko lebih tinggi untuk bruxism.
Bahaya Bruxism Jika Dibiarkan
Kerusakan gigi
Gigi yang terus-menerus digertakkan dengan keras bisa mengalami kerusakan, seperti retak, patah, atau bahkan kehilangan gigi. Enamel gigi yang terkikis juga akan membuat gigi menjadi lebih sensitif.
Gangguan sendi rahang
Bruxism yang berkepanjangan dapat menyebabkan gangguan pada sendi temporomandibular (TMJ), yang menghubungkan rahang bawah dengan tengkorak. Ini bisa menimbulkan rasa sakit dan kesulitan saat membuka mulut atau mengunyah.
Sakit kepala dan wajah
Tekanan yang berlebihan pada otot rahang dapat menyebar ke area lain, menyebabkan sakit kepala dan nyeri di wajah atau leher.
Masalah tidur
Bruxism sering terjadi saat tidur dan dapat mengganggu kualitas tidur, baik bagi penderitanya maupun pasangannya yang mungkin terganggu oleh suara gemeretak gigi.
Penyebab Bruxism
Penyebab pasti bruxism belum sepenuhnya dipahami, tetapi beberapa faktor berikut ini dikenal dapat memicu kondisi ini:
Stres dan kecemasan
Stres emosional dan kecemasan adalah penyebab umum dari bruxism, terutama jika kamu cenderung mengungkapkan kecemasan melalui gerakan fisik.
Posisi tidur
Tidur dengan posisi tertentu, seperti tengkurap, dapat meningkatkan risiko bruxism.
Gaya hidup
Konsumsi alkohol, rokok, dan kafein dalam jumlah banyak bisa meningkatkan risiko kamu mengalami bruxism.
Faktor genetik
Bruxism bisa juga merupakan kondisi yang diwariskan dalam keluarga.
Cara Mengatasi Bruxism
Relaksasi
Latihan relaksasi sebelum tidur, seperti meditasi atau yoga, dapat membantu mengurangi stres yang menjadi salah satu pemicu bruxism.
Perbaiki Postur Tidur
Mengubah posisi tidur dan menggunakan bantal yang mendukung posisi tidur yang baik bisa membantu mengurangi risiko bruxism saat tidur.
Penggunaan Night Guard
Dokter gigi bisa membuatkan pelindung mulut khusus (night guard) yang dipakai saat tidur untuk melindungi gigi dari kerusakan akibat digertakkan.
Hindari Stimulan
Mengurangi konsumsi alkohol, kafein, dan berhenti merokok dapat mengurangi kecenderungan bruxism.
Konsultasi dengan Profesional
Jika bruxism disebabkan oleh stres atau kecemasan, berkonsultasi dengan psikolog atau terapis bisa sangat membantu. Untuk masalah fisik seperti TMJ, kunjungan ke dokter gigi atau spesialis rahang mungkin diperlukan.
Bruxism bukan hanya kebiasaan buruk, tetapi kondisi yang memerlukan perhatian dan penanganan yang tepat. Dengan memahami bahaya, penyebab, dan cara mengatasinya, kamu dapat melindungi kesehatan gigi dan mulut dari efek negatif bruxism. Jangan ragu untuk mencari bantuan profesional jika kamu mengalami salah satu atau lebih gejala yang disebutkan di atas.