Di tengah kehidupan yang semakin terkoneksi secara digital, tahun baru menjadi momen penting untuk menata ulang kebiasaan layar demi menjaga keseimbangan mental, nutrisi, dan gaya hidup secara menyeluruh.
Memasuki tahun baru sering kali identik dengan resolusi hidup lebih sehat. Namun, satu aspek penting yang kerap luput dari perhatian adalah kebiasaan digital. Dalam dua dekade terakhir, praktik klinis menunjukkan bahwa paparan layar berlebihan, konsumsi informasi tanpa jeda, serta keterikatan emosional pada perangkat digital berkontribusi signifikan terhadap kelelahan mental, gangguan tidur, hingga perubahan pola makan.
Mereset kebiasaan digital bukan berarti menjauhi teknologi sepenuhnya, melainkan menggunakannya secara lebih sadar demi menjaga keseimbangan mental, nutrisi, dan gaya hidup.
1. Mengakhiri Kebiasaan “Scrolling Tanpa Tujuan”
Kebiasaan membuka gawai secara refleks dan melakukan scrolling berkepanjangan dapat memicu overstimulasi otak. Dari perspektif neurologis, paparan konten singkat dan berulang memengaruhi pelepasan dopamin secara tidak stabil, yang dalam jangka panjang berpotensi menurunkan fokus dan kepuasan emosional.
Reset yang disarankan adalah menetapkan waktu khusus untuk konsumsi media digital dan menggantinya dengan aktivitas yang menenangkan sistem saraf, seperti berjalan kaki ringan atau latihan pernapasan. Aktivitas ini terbukti membantu menurunkan hormon stres kortisol.
2. Membatasi Paparan Layar Menjelang Waktu Tidur
Paparan cahaya biru pada malam hari mengganggu produksi melatonin, hormon penting untuk kualitas tidur. Tidur yang terganggu berkaitan erat dengan peningkatan kecemasan dan perubahan regulasi nafsu makan.
Sebagai pengganti, rutinitas malam yang lebih sehat dapat dikombinasikan dengan pendekatan nutrisi, seperti konsumsi makanan kaya magnesium (kacang-kacangan, pisang, sayuran hijau) atau minuman hangat tanpa kafein. Kombinasi ini membantu relaksasi otot dan memperbaiki kualitas tidur.
3. Mengurangi Ketergantungan Digital Saat Makan
Makan sambil menatap layar sering kali menyebabkan pola makan tidak sadar (mindless eating). Hal ini berisiko mengganggu sinyal kenyang alami tubuh dan memicu gangguan pencernaan.
Dalam praktik gaya hidup sehat, makan tanpa distraksi digital membantu meningkatkan kesadaran rasa lapar dan kenyang, sekaligus memperbaiki hubungan emosional dengan makanan. Selain itu, sistem pencernaan bekerja lebih optimal ketika tubuh berada dalam kondisi rileks.

4. Menata Ulang Konsumsi Informasi
Arus informasi yang terus-menerus, terutama konten bernada negatif, dapat memperberat beban mental. Dari sudut pandang kesehatan holistik, kualitas asupan informasi sama pentingnya dengan kualitas asupan nutrisi.
Mulailah dengan menyaring sumber informasi, membatasi waktu membaca berita, dan menyeimbangkannya dengan konten edukatif atau inspiratif. Praktik ini membantu menjaga stabilitas emosi dan mencegah kelelahan mental kronis.
5. Mengganti Waktu Layar dengan Aktivitas Pemulihan
Reset kebiasaan digital idealnya dibarengi dengan aktivitas pemulihan fisik dan mental. Olahraga ringan, paparan sinar matahari pagi, serta hidrasi yang cukup berperan penting dalam regulasi mood.
Dari sisi nutrisi, asupan protein berkualitas, omega-3, dan vitamin B kompleks mendukung fungsi otak serta membantu tubuh beradaptasi terhadap stres. Ketika tubuh ternutrisi dengan baik, toleransi terhadap tekanan mental juga meningkat.
Menuju Hubungan yang Lebih Sehat dengan Teknologi
Tahun baru adalah momentum tepat untuk membangun hubungan yang lebih seimbang dengan dunia digital. Dengan mereset kebiasaan penggunaan gawai dan mengintegrasikannya dengan pola makan serta gaya hidup sehat, kesehatan mental dapat terjaga secara berkelanjutan.
Pendekatan ini bukan tentang pembatasan ekstrem, melainkan kesadaran bahwa kesehatan mental adalah hasil dari keputusan kecil yang dilakukan secara konsisten—termasuk bagaimana, kapan, dan untuk apa teknologi digunakan setiap hari.


