Perjuangan perempuan sebagai Kartini di masa kini punya tantangan yang berbeda. Kondisi yang semakin cepat berubah dan beban yang semakin berat membuat perempuan Indonesia harus cepat beradaptasi. Ayoe Sutomo, psikolog anak, remaja dan keluarga menekankan pentingnya proses mengenali diri sebagai dasar menjadi Kartini tangguh di masa kini.
“Perjuangan Kartini di masa kini berbeda karena tidak semua perempuan berjuang untuk kesetaraan. Pandemi juga ternyata lebih berdampak pada perempuan dibanding laki-laki,” terang Ayoe saat berbincang dengan Goodlife di sesi IG Live ‘Apa Perjuangan Kartini Masa Kini?’ pada Kamis, 22 April 2021 silam.
Di masa pandemi, perempuan yang bekerja harus berhadapan dengan kondisi yang berubah cepat seperti bekerja dari rumah sambil mengurus keluarga. Sementara perempuan sebagai ibu rumah tangga juga mengalami beban kerja lebih banyak karena harus menemani anak bersekolah online sambil mengerjakan pekerjaan lainnya.
Menurut Ayoe, perempuan terlebih yang sudah berkeluarga ibaratnya adalah emotion station keluarga, dimana bila perempuan mengalami tekanan maka satu keluarga juga bisa terdampak hal yang sama. Ini akan semakin rentan dialami oleh para perempuan di masa pandemi.
Lalu, apa saja yang diperlukan perempuan Indonesia untuk bisa mengelola emosi yang kuat dalam perannya sebagai emotion station?
Mengenali Diri Sendiri
Kondisi yang cepat berubah menuntut perempuan punya banyak peran di masa sekarang. Secara emosi, kondisi seperti ini sering membuat emosi tidak stabil, sehingga sebetulnya wajar saja kalau banyak orang beranggapan bahwa perempuan suka emosional.
Pada kondisi ini, Ayoe mengingatkan bahwa dalam menjaga kondisi mental, perempuan harus bisa mengenali diri sendiri terlebih dahulu. “Pahami dulu hal-hal apa saja yang membuat kita marah dengan cepat,” terang Ayoe. ”Pahami isu-isu tentang diri kita sendiri supaya nantinya kita tahu masalah ini akan kita bawa kemana,” jelas Ayoe.
Setelah bisa memahami diri sendiri, maka langkah selanjutnya adalah mencoba untuk memahami kenapa masalah-masalah ini bisa menjadi trigger yang membuat kita cepat emosi. Ada banyak hal yang mempengaruhi hal-hal ini, menurut Ayoe. “Bisa jadi karena lingkungan yang memang membentuk kita atau kita pernah mengalami sesuatu di masa lalu, sehingga hal-hal tersebut bisa membuat emosi kita tidak stabil,” terang Ayoe.
Tapi dalam proses mengenali diri sendiri tentu ada tantangannya. Ayoe mencontohkan bila ada kondisi di mana perempuan secara tiba-tiba harus berhadapan dengan banyak masalah secara bersamaan sehingga memicu emosi menjadi sulit dikendalikan. Ujung-ujungnya, perempuan lagi yang disalahkan.
”Misalnya saat sedang menemani anak-anak yang sedang sekolah virtual, di saat yang sama harus melakukan meeting virtual juga untuk pekerjaan kantor dan suami menanyakan menu buka puasa. Kadang hal-hal seperti ini langsung bikin kita emosi,” jelas Ayoe.
Ayoe mengingatkan bahwa kondisi seperti ini harus disikapi dengan pemikiran bahwa sebetulnya sangatlah wajar seseorang bisa emosi dalam menghadapinya. “Terimalah hal itu sebagai respon yang sangat manusiawi sekali. Tapi setelah itu sebaiknya kita sediakan waktu untuk mengevaluasi kenapa sih kok kita emosi sekali hari ini,” jelas Ayoe.
Menyediakan waktu untuk mengevaluasi diri mutlak dilakukan kalau kita ingin bisa memahami diri sendiri, menurut Ayoe.
Emosi dan kesalahan yang sudah terjadi ya sudah. Tapi jangan dilakukan berulang-ulang, apalagi menyalahkan diri sendiri. Ini akan jadi beban yang lebih berat nantinya.
Ayoe Sutomo
Mengenali diri sendiri memang bukan hal mudah. Namun konsisten dalam menyediakan waktu untuk bisa mengevaluasi diri akan menjadikan keadaan lebih baik dan lebih mudah untuk bisa mengenali diri. “Atau bila dalam kondisi mendesak, bisa berdiam diri sebentar untuk mengatur pernafasan sambil menenangkan diri. Kemudian baru menentukan mana yang akan dikerjakan duluan,” terang Ayoe.
Menjadi Kartini Tangguh Masa Kini
Menjawab berbagai pertanyaan yang diajukan pada sesi IG Live, Ayoe juga mengingatkan bahwa di saat pandemi seperti sekarang ini perjuangan perempuan memang lebih berat. Untuk itu jangan sampai memaksakan diri juga karena nantinya akan menjadi beban.
Contohnya, saat menjawab pertanyaan tentang siapa tokoh perempuan yang saat ini cocok untuk dijadikan patokan sebagai Kartini yang tangguh. Menurut Ayoe, menjadikan panutan sebetulnya tak harus seseorang dengan reputasi dan popularitas tinggi serta karya-karyanya yang terkenal.
“Kadang sosok panutan ini justru ada di sekitar kita, entah dia ibu kita, nenek atau siapapun,” terang Ayoe. “Kalau bicara soal karya rasanya saat ini perempuan Indonesia sudah banyak sekali karyanya, jadi bisa saja inspirasi panutan datang dari keluarga atau teman dekat,” tambahnya.
Ayoe juga menjelaskan bahwa memungkinkan juga sebenarnya sosok yang cocok dijadikan panutan seperti Kartini adalah diri sendiri, karena bisa bertahan dan mengatasi segala masalah yang terjadi di masa pandemi ini.
Ayoe juga menyarankan bahwa selain untuk berusaha mengenali diri sendiri, sebaiknya perempuan Indonesia di masa pandemi yang semuanya cepat berubah ini juga berusaha untuk mempelajari kemampuan untuk beradaptasi dan bersikap fleksibel.
Menurut Ayoe, di masa pandemi ini juga penting untuk menjadi fleksibel, karena bila suatu rencana tak bisa dicapai maka dengan bersikap fleksibel kita bisa melakukannya dengan cara lain. “Faktanya di masa pandemi ini banyak hal berjalan di luar ekspektasi kita. Jadi bersikap fleksibel di masa sekarang ini penting,” terang Ayoe.
Ayoe juga menambahkan bahwa Kartini masa kini juga harus banyak belajar hal baru, entah itu sesuai dengan minat atau tidak.
Tak harus langsung belajar sesuatu yang besar, bisa dimulai dengan belajar hal-hal yang kecil dulu.
Ayoe Sutomo
Nah, buat Sahabat Goodlife yang ingin mengetahui secara lengkap sesi IG Live bisa menyimak di IGTV @_goodlifeid_.