Kadang kita meremehkan emosi yang terjadi dalam diri. Namun, emosi yang tak terkendali bisa berakibat fatal, seperti misalnya tindakan self-harm.
Self-harm adalah tindakan melukai diri sendiri dengan tujuan untuk mengatasi emosi yang sulit, rasa stres, atau pengalaman yang menyakitkan. Tindakan ini bisa berupa menyayat kulit, memukul diri sendiri, atau menyakiti tubuh dengan cara lain yang menyebabkan rasa sakit fisik. Meskipun mungkin terlihat sebagai upaya untuk mendapatkan kontrol atau kelegaan dari rasa sakit emosional, self-harm sebenarnya tidak menyelesaikan masalah emosional yang mendasari dan bisa memperburuk kesehatan mental seseorang.
Mengapa Self-Harm Bisa Terjadi?
Self-harm sering terjadi sebagai respons terhadap emosi yang tidak bisa dikelola dengan baik. Beberapa faktor yang mendorong seseorang untuk melukai diri sendiri termasuk rasa putus asa, rasa bersalah, kecemasan, depresi, atau perasaan mati rasa secara emosional. Dalam beberapa kasus, self-harm juga bisa menjadi cara untuk mengekspresikan rasa marah atau kebencian pada diri sendiri. Biasanya, mereka yang terlibat dalam tindakan ini merasa kesulitan untuk menemukan cara yang lebih sehat untuk mengatasi emosinya.
Di samping itu, ada juga pengaruh dari lingkungan sekitar, seperti tekanan dari keluarga, teman, atau sekolah. Bullying, trauma masa kecil, atau situasi kehidupan yang penuh tekanan bisa menjadi pemicu terjadinya self-harm. Ketidakmampuan untuk mengatasi stres ini membuat seseorang merasa bahwa satu-satunya cara untuk meredakan beban emosionalnya adalah dengan menyakiti tubuh mereka sendiri.
Self-Harm di Era Digital: Apakah Semakin Banyak?
Di era digital ini, ada kekhawatiran bahwa kasus self-harm semakin meningkat, terutama di kalangan remaja dan anak muda. Media sosial berperan besar dalam fenomena ini. Sementara media sosial memberikan peluang untuk saling berbagi dan mendukung, di sisi lain juga dapat memperburuk kondisi bagi individu yang rentan terhadap self-harm. Akses yang mudah ke konten negatif, seperti gambar atau video yang memperlihatkan self-harm, bisa memicu perilaku serupa pada orang lain.
Platform digital juga memfasilitasi penyebaran “konten trigger” yang tidak pantas, yang secara tidak langsung mengajak seseorang untuk melakukan tindakan tersebut. Beberapa individu merasa terjebak dalam lingkaran media sosial yang penuh tekanan, seperti harus terlihat “sempurna” atau mendapatkan validasi dari orang lain. Tekanan semacam ini bisa memicu rasa tidak berharga atau perasaan negatif lainnya, yang akhirnya mengarahkan mereka pada self-harm.
Namun, tidak semua efek era digital negatif. Ada juga komunitas online yang positif dan mendukung yang membantu individu dengan masalah self-harm. Platform ini menyediakan ruang untuk bercerita, meminta bantuan, dan menemukan strategi penanganan yang lebih sehat. Meskipun begitu, perlu diingat bahwa peran media digital dalam masalah ini cukup kompleks dan memerlukan pendekatan yang bijaksana.
Cara Mengatasi Self-Harm
Jika kamu atau orang di sekitarmu mengalami self-harm, penting untuk segera mencari bantuan. Tindakan ini adalah tanda bahwa ada masalah emosional atau psikologis yang perlu diperhatikan. Berikut adalah beberapa cara yang bisa membantu mengatasi self-harm:
- Cari dukungan: Berbicaralah dengan seseorang yang kamu percaya, seperti keluarga, teman, atau konselor. Dukungan sosial bisa menjadi langkah awal yang sangat penting untuk mencegah self-harm lebih lanjut.
- Konsultasi dengan profesional: Terapi adalah salah satu cara yang paling efektif untuk mengatasi self-harm. Terapis bisa membantu kamu menemukan cara lain untuk menghadapi stres dan emosi yang sulit tanpa melukai diri sendiri. Terapi kognitif-perilaku (CBT) dan terapi dialektis-perilaku (DBT) sering digunakan untuk membantu individu mengubah pola pikir dan perilaku yang berbahaya.
- Journaling atau ekspresi kreatif: Menulis atau menggambar tentang perasaanmu bisa menjadi alternatif yang lebih aman untuk melepaskan emosi negatif. Hal ini memungkinkan kamu untuk mengekspresikan diri tanpa menyakiti diri sendiri.
- Teknik relaksasi: Teknik seperti meditasi, yoga, atau pernapasan dalam bisa membantu meredakan stres dan kecemasan yang mendorong self-harm. Latihan-latihan ini dapat membantu mengelola emosi dengan lebih baik dan menciptakan rasa tenang dalam diri.
- Jauhkan alat-alat yang berbahaya: Menghindari akses ke benda-benda yang bisa digunakan untuk melukai diri sendiri dapat membantu mencegah perilaku ini. Ciptakan lingkungan yang aman bagi dirimu.
- Gantikan dengan kebiasaan sehat: Cari kegiatan positif yang bisa menjadi pengalih perhatian saat dorongan untuk self-harm muncul. Berolahraga, mendengarkan musik, atau menghabiskan waktu bersama orang yang kamu sayangi dapat membantu mengalihkan fokusmu.
Self-harm adalah masalah serius yang membutuhkan perhatian dan penanganan yang tepat. Di era digital ini, dengan meningkatnya tekanan sosial dan akses ke konten yang berpotensi merugikan, jumlah kasus self-harm tampaknya mengalami peningkatan. Namun, selalu ada cara untuk mengatasi masalah ini, dan dengan dukungan yang tepat, kamu bisa belajar untuk menghadapi emosi tanpa melukai diri sendiri. Jika kamu mengalami hal ini atau mengenal seseorang yang melakukannya, jangan ragu untuk mencari bantuan.