Ternyata Nutrisi Punya Pengaruh Besar Buat Jaga Kesehatan Mental

Setiap suapan yang masuk ke tubuh ternyata bukan hanya memengaruhi energi fisik, tetapi juga ikut membentuk cara kita berpikir, merasa, dan merespons dunia di sekitar.

Kesehatan mental sering dianggap berdiri sendiri; urusan emosi, stres, atau pola pikir. Padahal, apa yang kita konsumsi setiap hari memegang peran besar dalam bagaimana otak bekerja, bereaksi, dan memproses perasaan. Nutrisi bukan hanya soal menjaga berat badan atau energi fisik; ia berkaitan langsung dengan suasana hati, kejernihan berpikir, hingga ketahanan menghadapi tekanan.

Otak adalah pusat kendali tubuh yang membutuhkan pasokan energi dan bahan baku yang stabil. Komponen seperti asam lemak omega-3, vitamin B kompleks, magnesium, dan antioksidan menentukan bagaimana sel-sel saraf berkomunikasi. Saat kebutuhan ini terpenuhi, otak bekerja optimal; saat tidak terpenuhi, dampaknya bisa muncul dalam bentuk kecemasan, mudah lelah secara mental, hingga gejala depresi.

1. Gula dan Karbohidrat Olahan Bikin Naik-Turun Mood

Makanan manis atau karbohidrat cepat serap memang memberi rasa bahagia sesaat, tapi efeknya singkat. Lonjakan gula darah yang terlalu cepat diikuti penurunan yang drastis dapat memicu rasa gelisah, lemas, dan sulit fokus. Konsumsi berlebih juga berkaitan dengan peradangan pada tubuh, yang di beberapa studi dikaitkan dengan risiko gangguan mood.

2. Lemak Baik: Bahan Bakar untuk Konsentrasi dan Mood

Asam lemak omega-3 (dari ikan laut, chia seed, flaxseed, alpukat, kacang-kacangan) penting untuk membangun membran sel otak. Kekurangannya dapat memengaruhi kemampuan otak mengatur serotonin dan dopamin, dua hormon yang erat kaitannya dengan rasa nyaman dan bahagia.

Alpukat
Lemak baik bisa jadi bahan bakar untuk energi (Foto: Pexels)

3. Mikronutrien Pendukung Mood

Beberapa vitamin dan mineral memiliki efek langsung pada stabilitas emosi:

  • Vitamin B6, B12, dan folat: membantu produksi neurotransmiter; kekurangannya dapat menyebabkan mood swing dan kelelahan.
  • Magnesium: dikenal sebagai mineral “anti-stres” karena membantu menenangkan saraf.
  • Zat besi: kadar yang rendah dapat membuat seseorang mudah lelah dan sulit konsentrasi.
  • Vitamin D: berperan dalam regulasi mood dan sering dikaitkan dengan gejala depresi bila kadarnya rendah.

4. Gut-Brain Axis: Hubungan Usus–Otak

Penelitian modern banyak menyoroti hubungan erat antara usus dan otak. Mikroorganisme di saluran cerna, yang dikenal sebagai gut microbiome, berkomunikasi dengan otak melalui saraf vagus dan sistem imun. Ketidakseimbangan mikrobioma dapat memengaruhi tingkat stres, kecemasan, dan suasana hati.

Makanan yang mendukung microbiome sehat:

  • Fermentasi: yoghurt, kefir, kimchi, tempe
  • Serat: sayuran hijau, kacang-kacangan, oats, buah
  • Prebiotik: pisang, bawang putih, asparagus

5. Dehidrasi: Masalah Sederhana, Dampak Besar

Kurang minum sering dianggap sepele, namun dehidrasi ringan saja dapat memicu sakit kepala, mudah tersinggung, dan sulit fokus. Otak membutuhkan cairan yang cukup untuk menjaga aliran darah, oksigen, dan fungsi sel saraf.

6. Makanan Ultra-Proses: Kenyamanan yang Menipu

Banyak makanan kemasan dirancang untuk terasa “nyaman”, tetapi sering kali tinggi gula, garam, lemak trans, dan aditif. Konsumsi berlebihan dapat memicu peradangan yang berdampak pada respons stres tubuh.

Tidak ada makanan super yang langsung menyembuhkan masalah psikologis, namun pola makan seimbang dapat menjadi fondasi kuat untuk menjaga mood tetap stabil, meningkatkan energi mental, dan mengurangi gejala stres. Langkah sederhana yang bisa diterapkan:

  • Perbanyak sayur dan buah berwarna
  • Pilih protein berkualitas (ikan, telur, tempe, kacang-kacangan)
  • Kurangi makanan ultra-proses
  • Jaga hidrasi
  • Tambahkan makanan fermentasi
  • Kelola konsumsi kafein sesuai toleransi tubuh

Kesehatan mental tidak bisa dipisahkan dari apa yang kita makan. Nutrisi memberi “bahan bakar” untuk otak sekaligus menjaga keseimbangan sistem tubuh yang berperan dalam mengatur mood. Dengan memilih makanan yang tepat, kita bukan hanya merawat tubuh, tetapi juga memberi dukungan penting bagi pikiran dan perasaan. Lebih dari sekadar energi, makanan adalah bagian dari strategi menjaga diri: menenangkan, menyeimbangkan, dan membantu kita menjadi versi terbaik setiap hari.