WHO Akui Indonesia Simbol Kebangkitan Herbal Dunia

Indonesia kembali mencuri perhatian dunia lewat industri herbalnya. Dalam rangkaian The Sixteenth Annual Meeting of the World Health Organization – International Regulatory Cooperation for Herbal Medicines (WHO–IRCH) di Jakarta 14-16 Oktober 2025, delegasi WHO mengunjungi pabrik PT Bintang Toedjoe di Cikarang, Jawa Barat.

Di tengah area hijau yang asri, para delegasi menyaksikan langsung proses produksi obat herbal modern buatan anak bangsa. Kunjungan itu bukan sekadar agenda formal, tapi bentuk apresiasi WHO terhadap komitmen Bintang Toedjoe dalam mengembangkan produk herbal berstandar global.

Bintang Toedjoe, yang dikenal lewat produk seperti Bejo Jahe Merah dan Komix Herbal, mengusung filosofi “From Nature to Science”. Filosofi itu bukan sekadar slogan, melainkan sebuah cara kerja.

“Kolaborasi internasional di bidang obat herbal adalah masa depan. Kami percaya sinergi antara pemerintah, industri, akademisi, dan lembaga internasional seperti WHO akan memperkuat ekosistem kesehatan dunia,” ujar Irawati Setiady, Presiden Direktur PT Kalbe Farma Tbk, induk perusahaan Bintang Toedjoe.

Sponsored Links

Dari Alam Nusantara, Lahir Inovasi Berbasis Sains

Mulai dari budidaya jahe merah bersama petani binaan, proses pascapanen, hingga tahap ekstraksi dengan teknologi modern, semua dilakukan dengan standar mutu ketat. Seluruh fasilitas Bintang Toedjoe juga telah bersertifikat CPOBAB (Cara Pembuatan Obat Bahan Alam yang Baik), serta ISO 9001, 14001, dan 45001.

Kunjungan tim WHO ke PT. Bintang Toedjoe (Foto: Dok. Bintang Toedjoe)

Kepala WHO–IRCH, Dr. Kim Sungchol, menyebut langkah Indonesia melalui Bintang Toedjoe patut diapresiasi.
“WHO–IRCH hadir untuk memperkuat kolaborasi global di bidang obat herbal. Kami sangat menghargai komitmen Indonesia dan industrinya dalam menghadirkan produk herbal berkualitas tinggi,” ujarnya.

Sementara itu, Apt. Mohamad Kashuri, Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, dan Kosmetik BPOM RI, mengapresiasi langkah Bintang Toedjoe dalam membangun ekosistem jahe merah yang terintegrasi dari hulu ke hilir.

“Perusahaan ini bukan hanya memproduksi, tapi juga memberdayakan petani, mengembangkan riset, dan menjaga kualitas bahan baku lokal. Ini contoh kolaborasi nyata yang berdampak luas,” ungkapnya.

Dari Cikarang ke Dunia

Di hadapan para delegasi WHO–IRCH, Presiden Direktur PT Bintang Toedjoe, Fanny Kurniati, menegaskan bahwa perusahaan akan terus menjaga standar tertinggi dalam mutu, regulasi, dan inovasi berkelanjutan.
“Pengakuan ini jadi motivasi bagi kami untuk terus berinovasi dan membawa produk herbal Indonesia ke panggung global,” ujarnya.

Bagi Fanny, setiap tetes ekstrak jahe merah yang diproduksi adalah hasil kerja sama ribuan tangan, dari petani lokal hingga peneliti di laboratorium modern.

Dengan keanekaragaman hayati yang luar biasa, Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi pusat pengembangan herbal dunia. WHO menilai potensi ini sejalan dengan konsep “Local Wisdom for Global Health” memanfaatkan bahan alami lokal menjadi produk berstandar keamanan dan mutu global.

Kunjungan WHO–IRCH ke Bintang Toedjoe pun diharapkan menjadi momentum penting dalam memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain utama di industri herbal internasional. Dari pabrik hijau di Cikarang, Bintang Toedjoe menegaskan misinya: membawa kearifan lokal Nusantara ke dunia, melalui inovasi yang menyehatkan dan berkelanjutan.