Cyberbullying, Benarkah Lebih Kejam dari Bully Fisik?

stress

Cyberbullying atau perundungan siber adalah bentuk kekerasan yang terjadi melalui media digital seperti media sosial, pesan teks, atau platform daring lainnya.

Meski tidak melibatkan kekerasan fisik secara langsung, banyak yang menganggap bahwa cyberbullying lebih berbahaya dibandingkan bully fisik. Namun, benarkah demikian?

Sponsored Links

Dampak Psikologis Cyberbullying

Dari sudut pandang psikologis, cyberbullying bisa menyebabkan trauma mendalam yang sama seriusnya, bahkan mungkin lebih berbahaya daripada bully fisik. Salah satu alasannya adalah karena cyberbullying sering kali berlangsung terus-menerus. Di dunia maya, pelaku perundungan dapat menyerang kapan saja tanpa batasan waktu dan tempat, menciptakan rasa takut dan tekanan yang konstan bagi korban. Ini berbeda dengan bully fisik yang biasanya terjadi di tempat tertentu dan pada waktu yang terbatas, misalnya di sekolah atau di lingkungan kerja.

Korban cyberbullying sering kali merasa tidak berdaya karena serangan bisa datang secara anonim dan tersebar luas dengan cepat. Dampak psikologisnya meliputi kecemasan, depresi, rendah diri, hingga keinginan untuk mengisolasi diri dari lingkungan sosial. Beberapa korban bahkan mengalami gejala PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder) akibat tekanan yang terus menerus. Sebuah penelitian yang diterbitkan oleh Journal of Clinical Psychiatry menemukan bahwa korban cyberbullying berisiko lebih tinggi mengalami masalah kesehatan mental jangka panjang dibandingkan dengan korban bully fisik.

Selain itu, cyberbullying sering kali berhubungan dengan konsep identitas dan harga diri, terutama di kalangan remaja. Ketika mereka di-bully secara daring, publikasi tindakan tersebut di ruang publik internet bisa memperparah rasa malu dan perasaan diasingkan. Luka emosional ini bisa bertahan lama dan sulit untuk sembuh.

Cyberbullying dinilai punya dampak lebih lama dibanding bully fisik (Foto: Pexels)

Efek Medis Cyberbullying

Dari perspektif medis, dampak cyberbullying juga nyata. Tekanan mental yang dialami korban dapat memengaruhi kesehatan fisik. Gejala seperti sakit kepala, gangguan tidur, penurunan nafsu makan, dan masalah pencernaan sering muncul sebagai reaksi terhadap stres yang dialami.

Hormon stres seperti kortisol akan meningkat saat seseorang berada di bawah tekanan terus-menerus, seperti yang terjadi pada korban cyberbullying. Peningkatan kortisol yang berkelanjutan dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh dan membuat korban lebih rentan terhadap penyakit, termasuk penyakit jantung, tekanan darah tinggi, serta masalah metabolisme seperti diabetes.

Studi yang dilakukan oleh American Psychological Association menunjukkan bahwa remaja yang menjadi korban cyberbullying memiliki risiko lebih besar untuk melakukan tindakan melukai diri sendiri atau bahkan berpikir untuk bunuh diri. Angka bunuh diri di kalangan remaja yang mengalami perundungan daring ini semakin meningkat, menunjukkan bahwa dampak dari cyberbullying tidak bisa dianggap remeh.

Perbandingan dengan Bully Fisik

Sementara itu, bully fisik tetap membawa dampak negatif yang tidak kalah serius. Cedera fisik, trauma langsung, dan rasa takut yang ditimbulkan bisa membuat korban merasa tidak aman dalam lingkungan tertentu. Namun, perbedaan utama antara keduanya adalah ruang lingkup dan durasi dampaknya. Jika bully fisik cenderung terbatas pada interaksi langsung, cyberbullying dapat mengintai korban selama 24 jam sehari, melibatkan audiens yang lebih luas, dan jejak digitalnya sulit dihapus.

Namun, bukan berarti bully fisik lebih ringan. Sering kali, keduanya saling berkaitan dan dapat memperburuk kondisi korban. Beberapa korban bully fisik juga menjadi korban cyberbullying, sehingga mereka tidak hanya menghadapi luka fisik, tetapi juga luka emosional yang mendalam.

Jadi, apakah cyberbullying lebih berbahaya daripada bully fisik? Jawabannya tergantung pada banyak faktor, termasuk intensitas, durasi, serta respon psikologis dan fisik korban. Dari perspektif psikologis dan medis, keduanya memiliki dampak yang serius dan bisa sangat merusak kesehatan mental serta fisik korban. Yang paling penting adalah meningkatkan kesadaran tentang bahaya kedua bentuk perundungan ini dan memberikan dukungan yang memadai bagi korban agar dapat pulih dari trauma yang dialami.

Dalam dunia yang semakin terhubung secara digital, cyberbullying menjadi ancaman nyata yang harus ditangani dengan serius, terutama karena dampaknya yang sering kali tersembunyi namun bisa berakibat fatal bagi kesehatan mental dan fisik korban.

Visited 20 times, 1 visit(s) today