Kemeja batik tidak bisa dipisahkan dari acara formal maupun pertemuan bisnis di Indonesia. Salah satu sosok yang hampir setiap hari mengenakan batik ialah Duta Besar Jepang untuk Indonesia, Kanasugi Kenji. Goodlife berkesempatan berbincang dengan Kanasugi Kenji tentang kecintaannya pada batik.
Batik Sangat Praktis
Menariknya, kali pertama Kanasugi mengenakan kemeja batik bukanlah saat bertugas di Indonesia. Saat menjabat sebagai sekretaris utama di Malaysia tahun 1996-1998, Kanasugi juga mengenakan kemeja batik. Waktu itu batik belum mendapat perhatian sebesar sekarang, sehingga baju kerjanya masih setengah batik, setengah setelan jas. Barulah setelah bertugas di Indonesia dia hampir seratus persen memakai batik.
“Mungkin kurang tepat kalau dibilang ‘tidak ada yang protes selama pakai batik.’ Tapi kenyataannya, baik di acara formal, non-formal, sampai smart-casual pun, saya bisa pakai batik lengan panjang dan itu aman. Makanya batik itu sangat praktis,” terang Kanasugi.
Terkadang, ada acara yang mengharuskan Kanasugi memakai jas. Misalnya pada acara KTT G20 yang dihelat di Bali tahun lalu, pemerintah Indonesia mengeluarkan instruksi dress code berupa setelan jas, jadi itulah yang dia pakai. “Kalau tidak ada perintah khusus, ya sudah, hampir setiap hari pakai batik,” kata Kanasugi.
Keterikatan pada Batik Lokal
Kanasugi menceritakan kisahnya saat pergi ke Jawa Timur untuk menemui Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa. Acaranya sendiri mundur sampai malam hari, dan ketika akhirnya bisa tatap muka dengan gubernur, kalimat pertama Khofifah adalah, “Kok pakai batik Jawa Tengah?” Maksudnya memang bercanda, tapi ini membuat Kanasugi terperanjat. “Saya tidak paham maksudnya,” kenangnya. Setelah itu, Khofifah kemudian menghadiahkannya sebuah kain batik Madura dengan tidak lupa ditambahi pesan, “Kalau ke sini lagi, pakai ini, ya.”
“Ternyata orang Indonesia ada rasa keterikatan terhadap batik lokal daerahnya. Berkat Bu Khofifah, filosofi ‘lebih baik memakai batik lokal daerah yang dikunjungi’ tertanam kuat dalam diri saya,” tutur Kanasugi.
Sejak saat itu, tiap kali ada acara kunjungan dinas, Kanasugi berusaha untuk mengenakan batik khas daerah tersebut. Kadang ia beli langsung di lokasi, kadang mengutus staf konjen untuk beli sebelum kunjungannya lalu ganti baju setelah sampai. “Ini usaha kecil saya untuk menarik hati. Kalau diperhatikan oleh lawan bicara, bagus. Kalaupun tidak diperhatikan, mungkin ada orang lain yang perhatikan,” jelas Kanasugi mengenai langkah diplomatiknya itu.
Cerita menarik lainnya adalah Kanasugi mendapat hadiah batik yang didesain oleh Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil. Demi mendukung UKM (Usaha Kecil dan Menengah), Ridwan Kamil yang juga seorang arsitek memang sengaja tidak mematenkan desainnya. Batik itu bermotif burung garuda dengan bintang yang manis, serta dibubuhi inisial “RK.” Tentu saja, di kunjungan ke Jawa Barat selanjutnya, Kanasugi memakai kemeja batik tersebut.
Kemeja batik yang dipenuhi gambar ondel-ondel bisa jadi membuat orang asing kaget. Tapi justru inilah yang menunjukkan ciri khas Jakarta. Tiap kali ada acara di daerah DKI Jakarta, Kanasugi mengenakan batik ini. Bahkan saat acara perpisahan dalam rangka mundurnya Anies Baswedan dari posisi gubernur Jakarta, Kanasugi dikomentari, “Wah, dipakai juga.”
Batik Favorit Kanasugi
Saat ini, Kanasugi memiliki sekitar 40 potong kemeja batik. Di samping itu, masih ada sekitar 10 potong kain batik yang belum dijadikan kemeja. “Sebetulnya saya sering menerima kain batik. Pokoknya kalau dapat, sebisa mungkin saya jahitkan dan saya pakai.” Kanasugi menyerahkan pembuatan kemejanya pada penjahit langganan Kedutaan Besar Jepang sejak lama.
“Pendahulu saya (Ishii Masafumi) menjabat selama 3 tahun 8 bulan dan punya hampir 120 potong (kemeja batik). Saat ini saya sudah setengah jalan dan baru punya 30 sampai 40-an, mungkin tidak bisa melebihi dia,” candanya.
Tidak hanya membuat kemeja dari kain hadiah, Kanasugi juga kadang membeli kemeja jadi, misalnya di pusat perbelanjaan di Jakarta. “Waktu saya tiba di Indonesia sedang parah-parahnya Covid-19, jadi tidak banyak kesempatan tatap muka. Tapi saya pikir, lebih baik tetap siap dengan kemeja batik.”
Ishii juga meninggalkan 3 kemeja batik untuknya. Batik yang Kanasugi kenakan di penampilan perdananya di akun Instagram Dubes Jepang adalah salah satunya. “Sebetulnya agak kebesaran di saya, tapi karena ada kebijakan isoman 2 minggu, saya tidak sempat beli yang lain di luar. Akhirnya, saya pilih yang sekiranya masih pantas.”
Kanasugi selalu memilih sendiri kemeja batik yang pakai di setiap hari. “Kalau ada event spesial seperti acara perayaan, saya pilih yang motifnya mencolok. Waktu menemui orang besar seperti presiden atau menteri, saya lebih hati-hati dan pilih yang warna coklat bermotif tradisional. Kalau untuk harian, saya suka yang warnanya cerah,” jelas Kanasugi.
Favorit Kanasugi adalah yang berwarna biru cerah. Misalnya, batik indigo dye karya artis Jepang Ito Fusami yang diproduksi di Indramayu. Kanasugi membelinya saat ada pameran di Jakarta, lalu memakainya saat pulang sebentar ke Jepang.
Mempromosikan Kemeja Batik di Jepang
Di Jepang, Kariyushi (kemeja dengan motif khas Okinawa) diangkat menjadi pakaian Cool-Biz (pakaian santai dan sejuk yang dianjurkan pemerintah Jepang untuk dipakai kerja agar mengurangi pemakaian pendingin ruangan). Aloha shirt juga populer. Lantas bagaimana cara agar batik mendapatkan pengakuan yang setara dengan Kariyushi dan aloha shirt? Kanasugi memberikan jawaban terhadap pertanyaan ini.
“Kebanyakan kemeja batik itu berlengan panjang dan diberi lapisan furing. Sebetulnya panas. Memang cocok dipakai di Indonesia karena di dalam gedung suhunya sangat dingin. Tetapi di Jepang, udara di luar maupun dalam ruangan sama-sama panas karena suhu ruangan sengaja tidak begitu dingin supaya menghemat listrik. Jadi menurut saya, yang paling penting adalah sejuk dipakai. Kariyushi dan aloha shirt itu bahannya sangat ringan dan sejuk, terutama yang aloha. Mengingat cuaca Jepang di musim panas yang sangat panas dengan tingkat kelembaban tinggi, mungkin poin utamanya adalah lengan pendek, tanpa lapisan furing untuk sejuk dipakai.”
Lalu, bagaimana dengan warna dan motifnya? Menurut Kanasugi pasti ada motif batik yang cocok dipakai di Jepang. “Apalagi, cara pembuatan batik (teknik celup rintang) juga familiar bagi orang Jepang.”