Sejak kasus Covid-19 pertama di Indonesia pada Maret 2020, jumlah orang yang terdeteksi positif terkena virus Covid-19 terus meningkat. Namun di tengah kondisi pandemi yang belum membaik, masih banyak informasi yang kurang dipahami masyarakat, seperti masalah isolasi mandiri yang sering diabaikan atau tidak dijalankan dengan baik.
Apa Itu Isolasi Mandiri?
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO, isolasi mandiri direkomendasikan untuk orang-orang yang telah terpapar Covid-19 tapi tanpa gejala, atau yang dikenal dengan istilah OTG (Orang Tanpa Gejala).
Secara medis, yang dimaksud dengan ‘isolasi’ adalah menjauhkan orang-orang yang terinfeksi penyakit menular dari mereka yang tidak terinfeksi. Nah, dalam isolasi mandiri, proses pemisahan ini dilakukan secara mandiri atau dilakukan di rumah saja.
Kenapa gak di rumah sakit saja isolasinya? Dengan meningkatnya jumlah penderita Covid-19, Kementerian Kesehatan juga memprediksi bahwa penderita dengan status OTG jumlahnya sudah mencapai 60% dari jumlah kasus yang ada sekarang.
Bila para penderita dengan status OTG juga dirawat di rumah sakit, maka kapasitas rumah sakit bisa tidak mencukupi dan akan menyulitkan tenaga medis bila jumlah pasien terus bertambah. Isolasi mandiri juga berarti mengurangi beban tenaga medis yang jumlahnya terbatas.
Isolasi di rumah sakit sendiri saat ini diprioritaskan untuk mereka yang positif terkena Covid-19 dengan gejala berat atau memiliki penyakit bawaan, seperti diabetes, hipertensi, jantung, paru kronik, dan lainnya.
Siapa Saja yang Harus Isolasi Mandiri?
Untuk lebih jelasnya, berikut ini adalah kriteria orang yang dianjurkan untuk melakukan isolasi mandiri:
- Punya salah satu gejala ringan dari Covid-19, seperti batuk dan demam yang bisa diatasi di rumah dan gak punya penyakit bawaan, seperti diabetes, jantung dan hipertensi.
- Sudah terkonfirmasi positif melalui tes PCR.
- Punya riwayat perjalanan atau tinggal di daerah endemik Covid-19, baik di dalam negeri maupun luar negeri.
Perhatikan Hal Penting Ini Saat Isolasi Mandiri
Isolasi mandiri umumnya dilakukan selama 14 hari dan memang terlihat mudah karena dilakukan di rumah sendiri. Tapi ada hal yang harus diperhatikan agar orang lain di dalam rumah gak ikut tertular virus Covid-19. Simak penjelasan berikut ini.
Protokol isolasi mandiri
Ada protokol yang harus ditaati saat seseorang harus menjalani isolasi mandiri, seperti:
- Tetap di rumah, tidak pergi bekerja atau ke tempat publik lainnya.
- Gunakan kamar terpisah, tutup pintu kamar dari anggota keluarga lainnya, dan buka jendela kamar agar ada sirkulasi udara.
- Tetap gunakan masker selama masa isolasi.
- Lakukan pengecekan suhu badan setiap hari dan gejala lainnya, seperti batuk dan masalah pernafasan.
- Hindari pemakaian barang secara bersama-sama, seperti peralatan makan, seprei dan peralatan mandi.
- Hindari melakukan aktivitas bersama, seperti makan bersama.
- Terapkan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat), yaitu makan makanan bergizi, rutin cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, serta lindungi mulut dan hidung saat batuk atau bersin dengan tisu dan buang tisu ke tempat sampah setelahnya.
- Jaga kebersihan rumah dan gunakan disinfektan.
- Kalau kondisi makin memburuk, segera hubungi rumah sakit atau fasilitas kesehatan setempat.
- Hindari memegang atau mencium hewan peliharaan, seperti anjing dan kucing.
- Ungsikan anggota keluarga yang punya daya tahan lemah, seperti manula atau orang yang sedang dalam masa pengobatan penyakit kronis, seperti diabetes dan jantung.
- Lakukan olahraga ringan secara rutin.
- Tidak usah cemas, tenangkan pikiran dengan mendengarkan musik, podcast, menonton Youtube dan lain-lain.
Kapan isolasi mandiri boleh selesai?
Umumnya memang isolasi mandiri dilakukan 14 hari. Tapi ini bukan jaminan bahwa setelah 14 hari isolasi mandiri bisa diakhiri begitu saja. Menurut Kementerian Kesehatan, isolasi mandiri dikatakan selesai bila ditinjau dari 3 hal ini, yaitu:
Tes PCR
Kalau selama isolasi pasien terindikasi mengalami gejala Covid-19, maka untuk bisa dinyatakan selesai harus menjalani tes PCR dulu untuk mendapatkan hasil negatif.
Kriteria gejala
Nah, kriteria ini bisa berlaku kalau selama isolasi mandiri pasien sama sekali gak mengalami gejala apapun dan ini berarti waktu untuk isolasi mandiri adalah minimal 10 hari dengan hasil tes negatif.
Keputusan dokter
Perlu diketahui bahwa selama masa isolasi mandiri juga tetap di bawah pengawasan tenaga medis. Berakhirnya masa isolasi juga harus sepengetahuan dokter karena dokter perlu memastikan apakah pasien benar-benar sudah sembuh atau belum.
Nah, Sahabat Goodlife juga perlu ingat ya bahwa isolasi mandiri itu bukan berarti diasingkan. Jadi selama masa isolasi masih boleh kok berkomunikasi, tapi tentunya dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.
Biar Sahabat Goodlife lebih jelas, jangan lupa untuk mengikuti sesi IG Live Talk Goodlife dengan tema “Terkonfirmasi Positif Covid-19, Sampai Kapan Harus Isolasi Mandiri?” bersama dr. Ardeno Kristianto, SpPD, Spesialis Penyakit Dalam Rumah Sakit St. Carolus Jakarta. Acara ini bisa diikuti secara live di akun Instagram @_goodlifeid_, @rscarolusjakarta dan Youtube Rumah Sakit St Carolus Jakarta, pada Kamis, 11 Februari 2021, pukul 14:00 hingga 15:00.
Tetap sehat ya, Sahabat Goodlife.