Mata Suka Terasa Nyeri? Jangan Lengah, Waspadai Gejala Glaukoma si Pencuri Penglihatan

glaukoma

Glaukoma telah menjadi penyakit mata yang cukup ditakuti karena tercatat sebagai penyebab kebutaan nomor dua setelah katarak. Bahayanya lagi, kerusakan pada saraf mata akibat glaukoma sampai saat ini belum bisa disembuhkan dan gejala awalnya pun sulit terdeteksi. Goodlife bersama Rumah Sakit St. Carolus Jakarta mengadakan sesi Health Talk dengan tema ‘Waspada Glaukoma si Pencuri Penglihatan’ dengan narasumber dr. Timmy Budi Yudhantara, SpM pada 23 April 2021 silam.

Salah satu penyebab kenapa glaukoma harus menjadi perhatian sebagai salah satu penyakit berbahaya adalah karena gejala awalnya yang sering tidak terasa. “Banyak pasien yang tidak mengira kalau dia menderita glaukoma dan baru sadar setelah penglihatannya sangat buruk dan bahkan mengalami kebutaan,” kata dr. Timmy membuka perbincangan.

glaukoma
dr. Timmy Budi Yudhantara, SpM (Foto: RS St. Carolus Jakarta)

Glaukoma adalah penyakit mata yang menyerang saraf mata sehingga menimbulkan kerusakan permanen pada saraf hingga mengakibatkan kebutaan. Gangguan pada saraf mata ini disebabkan oleh tingginya tekanan pada bola mata yang terjadi karena ada gangguan pada saluran cairan mata.

“Cairan mata ini fungsinya penting sekali,” jelas dr. Timmy. “Ia yang menjaga bola mata dan memberikan asupan nutrisi, seperti protein dan lain-lain,” tambahnya.

Waspadai Gejala Awal

Meskipun gejalanya sulit dikenali, namun dr. Timmy tetap menegaskan beberapa hal yang bisa dijadikan acuan untuk segera memeriksakan mata supaya penanganan medis tidak terlambat. 

“Glaukoma juga punya risiko faktor keturunan. Jadi kalau ada keluarga yang mengalami kebutaan dengan sebab yang kurang jelas, sebaiknya waspada karena mungkin saja itu glaukoma,” jelas dr. Timmy. “Terlebih bila ada saudara kandung yang terkena glaukoma, segera lakukan screening untuk diketahui apakah kita juga terkena risiko atau tidak,” tambahnya.

Menurut dr. Timmy, sebetulnya gejala-gejala awal seperti nyeri pada mata sudah terasa sebelum glaukoma bertambah parah, namun karena terjadinya perlahan-lahan maka banyak yang tak mengira kalau itu adalah gejala glaukoma. “Banyak yang mengira bahwa nyeri pada mata itu karena sakit kepala dan akhirnya minum obat sakit kepala, padahal itu gejala awal glaukoma,” terang dr. Timmy.

Gejala lebih lanjut, menurut dr. Timmy adalah semakin buruknya penglihatan, kalau melihat sinar lampu akan tampak halo (warna mirip pelangi di sekitar sinar), dan sudut penglihatan semakin sempit. Bila ini dibiarkan maka akan terjadi kebutaan permanen.

Secara spesifik, dr. Timmy juga mengingatkan bahwa glaukoma juga rentan terjadi pada orang di usia sekitar 40 tahun, terutama dengan kondisi mata yang memiliki minus dan plus serta silinder di ukuran kacamatanya. 

“Jadi kalau di usia 40 tahun memakai kacamata dengan ukuran minus, plus dan silinder yang tinggi, sebaiknya lakukan screening untuk mengecek bola mata dan saraf mata,” kata dr. Timmy.

Proses screening mata juga tidak rumit. Biasanya pasien akan dites ketajaman penglihatan, diperiksa kondisi dan tekanan bola matanya termasuk saraf mata. Bila dirasa kurang detail, dokter akan melakukan pemeriksaan lebih jauh yang disebut pemeriksaan lapang pandang untuk memastikan kondisi bola mata pasien.

glaukoma
(Foto: Pixabay)

Glaukoma dan Katarak

Sama-sama menjadi penyebab kebutaan, dr. Timmy menjelaskan perbedaan antara katarak dan glaukoma. Menurutnya, kebutaan pada katarak masih bisa ditangani untuk disembuhkan, namun kerusakan dan kebutaan pada glaukoma bersifat permanen.

“Pada katarak, yang terjadi adalah lensa mata yang menjadi keruh sehingga sinar tidak bisa masuk. Lensa yang keruh ini bisa diganti dengan lensa buatan dan pasien bisa melihat lagi,” terang dr. Timmy. “Nah, glaukoma ini yang rusak adalah saraf matanya dan sampai saat ini kerusakan pada saraf mata belum bisa disembuhkan,” tambahnya.

Agar Tidak Bertambah Parah

Kerusakan yang disebabkan oleh glaukoma memang tidak bisa diperbaiki lagi dan pengobatan yang dilakukan hanya bisa untuk mencegah agar kerusakan tidak bertambah banyak. Lalu, untuk orang yang merasa kondisi matanya masih sehat, perlukah melakukan pemeriksaan mata atau screening?

Menurut dr. Timmy sebaiknya pengecekan mata tetap dilakukan sebanyak satu kali dalam setahun. “Kalau di tes awal tidak ada gejala dan tanda kerusakan saraf, boleh saja setahun sekali periksanya. Tapi kalau ternyata ada tanda kerusakan saraf maka pemeriksaan berikutnya akan lebih intens yaitu mungkin bisa sekali dalam sebulan,” jelas dr. Timmy.

Tekanan bola mata yang normal menurut dr. Timmy adalah di bawah 20, namun kalau ada pasien yang tekanannya sudah mendekati 20 seperti 19, misalnya, disarankan juga untuk melakukan pemeriksaan lebih sering.

Pertanyaan Seputar Glaukoma

Sesi bincang-bincang ini juga menarik banyak perhatian follower dengan banyaknya pertanyaan yang diajukan. Berikut adalah beberapa di antaranya:

Apakah glaukoma kongenital (pada bayi) akan jadi sangat sensitif terhadap cahaya?

Kepekaan terhadap sinar ini sebetulnya bersifat individual, menurut dr. Timmy. Artinya, tidak semua pasien glaukoma kongenital akan mengalami kepekaan tinggi pada sinar. “Tapi kalau sudah mengalami operasi biasanya mata akan jadi lebih peka pada cahaya,” terang dr. Timmy.

Untuk proteksinya sendiri, dr. Timmy menyarankan untuk menggunakan kacamata yang punya filter UV (ultraviolet) dan tak hanya sekadar gelap. “Jadi jangan keliru kacamata anti UV dan kacamata gelap itu beda,” terang dr. Timmy.

Apakah ada obat alami untuk mencegah glaukoma?

Mengkonsumsi buah dan sayuran sangat penting untuk bisa memelihara kesehatan saraf mata. “Saraf mata ini butuh nutrisi juga, seperti protein dan lain-lain. Ini didapat dari sayur dan buah-buahan. Dengan banyak konsumsi sayur dan buah tentu saja ini bermanfaat untuk menjaga kesehatan saraf mata,” terang dr. Timmy.

(Foto:Pixabay)

Bagaimana pengobatan glaukoma?

Berbeda dengan penyakit lain pada umumnya, pada glaukoma pasien harus menjalani pengobatan dengan teratur hampir seumur hidupnya. Bila ada obat yang terlewat, maka tekanan pada bola mata akan naik lagi dan kerusakan akan bertambah.

“Kalau tetes mata sudah tidak berhasil lagi maka harus dilakukan operasi untuk memperbaiki saluran cairan pada mata,” terang dr. Timmy. “Tapi ini hanya salah satu cara untuk mengurangi tekanan berlebih pada bola mata,” tambahnya.

Kemudian dr. Timmy juga menegaskan bahwa banyak orang salah persepsi bahwa bila sudah operasi maka semuanya selesai. “Padahal bukan begitu. Tekanan pada bola mata tetap harus dikontrol supaya kerusakan saraf tidak meluas,” tegasnya.

Nah, untuk Sahabat Goodlife yang ingin tahu lebih banyak tentang penyakit mata glaukoma, bisa mengikuti sesi Health Talk ini di IGTV akun Instagram @_goodlifeid_.