Di tengah gaya hidup cepat dan penuh tekanan, banyak orang fokus mencari cara menjaga kesehatan mental, meditasi, journaling, olahraga. Padahal ada satu faktor yang sering terlupakan, tetapi diam-diam menggerakkan suasana hati setiap hari, yaitu pola makan.
Otak bekerja tanpa henti, mengatur emosi, fokus, dan energi. Untuk melakukan semua itu, ia membutuhkan “bahan bakar” yang tepat. Makanan kaya nutrisi, seperti omega-3 dari ikan, vitamin B dari sayuran hijau, hingga magnesium dari kacang-kacangan, membantu otak memproduksi neurotransmiter yang membawa rasa tenang dan stabil. Sebaliknya, pola makan tinggi gula dan makanan ultra-proses membuat kadar gula darah naik-turun cepat, yang sering berujung pada mood swing, mudah cemas, dan cepat lelah.
Hungunan Usus dan Otak
Hubungan keduanya semakin jelas ketika melihat gut–brain axis, jalur komunikasi antara usus dan otak. Mikroba baik di usus ikut memengaruhi cara kita merasakan stres dan memproduksi serotonin. Saat pola makan minim serat dan tinggi makanan olahan, keseimbangan mikrobiota terganggu, dan itu bisa terasa pada suasana hati.

Kabar baiknya, perubahan kecil sangat berarti. Memulai hari dengan sarapan berprotein, memperbanyak buah dan sayur, memilih whole-food dibanding makanan kemasan, serta rutin minum air cukup, sudah dapat membantu pikiran lebih stabil dan jernih.
Pada akhirnya, makan sehat bukan hanya soal tubuh lebih bugar. Ini juga tentang memberi ruang bagi pikiran untuk bekerja lebih tenang, lebih fokus, dan lebih seimbang.


