7 Jamur Langka ini Harganya Fantastis, Salah Satunya Asli Indonesia!

Sebagai salah satu sumber vitamin D yang sangat dibutuhkan di masa pandemi, jamur kini banyak menjadi pilihan sebagai menu makanan sehari-hari. Selain mudah didapat, harganya pun tak mahal. Namun, tahukah kamu kalau jenis jamur ternyata juga ada yang langka dan dijual dengan harga fantastis?

Tidak seperti jamur kancing, jamur merang, jamur kuping, jamur tiram, atau jamur enoki yang mudah ditemui di pasaran, jamur berikut ini tergolong sulit didapat. Dan bahkan karena sulitnya itulah jamur-jamur ini memiliki harga jual yang fantastis.

Seperti diketahui, jamur bukan hanya lezat dimakan tetapi juga kaya gizi, seperti antioksidan, vitamin, dan mineral. Jamur juga rendah kalori dan lemak sehingga banyak disukai, terutama oleh pelaku gaya hidup sehat.

Nah, berikut ini adalah jenis jamur yang bukan hanya bergizi tetapi juga memiliki harga yang sangat mahal karena keberadaannya yang cukup langka. Jamur-jamur ini sulit dibudidayakan atau ditanam dalam skala besar sehingga juga jarang terdapat di pasaran secara umum. Beberapa bahkan hanya tumbuh secara liar dan sulit ditemukan.

1. Yartsa Gunbu (Rp 29 Juta per ons)

Bentuknya kurus dan panjang. Jamur ini tumbuh dari tubuh ulat ngengat hantu yang terinfeksi jamur parasit. Lama-kelamaan, jamur parasit ini memakan inangnya hidup-hidup. Ulat pun mati perlahan dalam posisi tegak berdiri di tanah.

Jamur ini biasanya tumbuh di kawasan Himalaya dan Dataran Tinggi Tibet dengan ketinggian sekitar 3.000 – 5.000 meter di atas permukaan laut (Mdpl).

Jamur yartsa gunbu dihargai sangat tinggi oleh masyarakat Tibet. Oleh karena itu, jamur ini juga dianggap sebagai simbol status ekonomi yang sangat tinggi karena hanya orang-orang tertentu saja yang mampu membelinya.

Yartsa gunbu dijual Rp 29 juta per ons atau hampir Rp 1,6 Milyar per kilogram.

Jamur yartsa gunbu yang tumbuh di ulat. (Foto: pixabay.com)

2. Truffle Putih Eropa (Rp 127 juta per kilogram)

Yang membuat jamur truffle putih Eropa ini mahal adalah karena sangat sulit ditemukan. Jamur ini tidak bisa dibudidayakan dan hanya tumbuh liar selama dua bulan dalam setahun. Truffle putih Eropa biasanya tumbuh di bawah tanah, di dekat pangkal pohon ek.

Para pemburu jamur ini menelusuri negara-negara seperti Italia dan Perancis untuk mencari truffle putih Eropa. Mereka bahkan sampai menggunakan bantuan babi betina atau anjing terlatih untuk membantu mendeteksi bau khas jamur truffle putih Eropa yang sudah matang di dalam tanah.

Truffle putih yang ada di Italia dan Prancis. (Foto: trufflehunter.com)

3. Matsutake (Rp 64 juta per kilogram)

Jamur matsutake berwarna putih pucat dengan kepala berbentuk tudung dan memiliki batang yang pendek. Jamur ini memiliki aroma dan rasa yang unik ketika dimasak atau dibakar.

Bagi banyak orang Jepang, jamur Matsutake adalah bentuk jamur yang secara tradisional menandakan datangnya musim gugur. 

Jamur ini biasanya tumbuh di bawah pohon pinus merah di wilayah Tamba, dekat Kyoto. Sayangnya, habitat pohon pinus merah semakin menyusut dan membuat jamur matsutake semakin langka. Hal itu tentu membuat harga jamur ini juga cenderung semakin tinggi.

Jamur matsutake penanda datangnya musim gugur. (Foto: pixabay.com)

4. Truffle Hitam (Rp 28,7 juta per kilogram)

Jamur ini juga termasuk langka dan sangat dihargai di Eropa. Untuk mencari jamur truffle hitam yang tumbuh liar, diperlukan bantuan penciuman tajam dari anjing yang sudah terlatih secara khusus.

Dan karena permintaan yang tinggi dari industri kuliner, pembudidayaan jamur truffle hitam kini sudah dimulai di Australia dan Amerika Serikat. Jamur ini juga terkenal memiliki aroma yang lezat ketika sudah diolah menjadi masakan. Karenanya, banyak chef profesional menggunakan campuran jamur ini untuk hidangan mewah dan tentu saja hidangan tersebut dihargai sangat mahal.

Menariknya, baik truffle hitam dan putih diyakini punya kandungan nutrisi dan manfaat yang bagus. Seperti dilansir Healthline, ekstrak dari truffle hitam dan putih sama-sama menunjukkan efek anti kanker, khususnya kanker serviks, payudara dan usus besar.

Truffle hitam yang tumbuh di dalam tanah dan dilacak oleh bantuan anjing. (Foto: pixabay.com)

5. Morel (Rp 8,1 juta per kilogram)

Jamur morel memiliki ciri fisik yang sangat khas, yaitu kepala berbentuk kerucut dengan tekstur acak seperti spons atau otak manusia. Dengan bentuknya yang unik itu, jamur morel juga bisa dijadikan garnish atau hiasan makanan.

Jamur morel memiliki rasa kacang yang ringan, mirip dengan jamur shitake, namun jamur ini tumbuh liar dan sulit ditemukan karena biasanya dikelilingi pepohonan dan disamarkan oleh dedaunan di pelosok hutan. Di Amerika Serikat, jamur ini bisa ditemukan pada musim tertentu, yaitu akhir Maret hingga Mei.

Harga jamur morel kering biasanya lebih mahal dibanding yang segar karena untuk satu ons, dibutuhkan lebih banyak jamur yang kering.

Jamur morel yang tumbuh liar di tanah dan tersamar daun kering. (Foto: pixabay.com)

6. Chanterelles Emas (Rp 7,2 juta per kilogram)

Jamur chanterelles tersedia dalam varietas putih, kuning dan oranye. Tapi chanterelles warna kuning atau emas adalah yang paling mahal dan sering jadi favorit para pecinta kuliner mewah. Hal ini lantaran penampilan chanterelles emas sangat indah untuk dipandang, seperti bunga ketika tumbuh di dasar hutan yang berlumut.

Uniknya, jamur jenis ini memiliki rasa dengan sensasi sedikit pedas dan aroma buah yang ringan. Biasanya chanterelles emas ditemukan di Eropa tengah dan Ukraina, dimana pohon beech hidup berdampingan dengan pinus.

Sedikit berbeda dengan jamur lainnya, chanterelles yang diolah menjadi makanan harus benar-benar matang saat dimasak karena bisa menyebabkan orang sakit jika kematangannya kurang atau mentah.

Jamur chanterelles harus dimasak hingga matang. (Foto: pixabay.com)

7. Kulat Pelawan (Rp 1 juta per kilogram)

Jamur langka dan mahal ini dijuluki truffle-nya Indonesia karena hanya tumbuh liar di hutan dengan pohon pelawan. Sebarannya paling banyak ditemukan di hutan di Pulau Bangka dan Belitung.

Menurut para pemerhati kuliner, keunikan jamur ini adalah tumbuhnya harus melalui siklus yang tepat, yaitu terjadi hujan badai yang disertai petir dan batang pohon pelawan harus tersambar petir sebagai wadah tumbuhnya jamur nantinya. Bila siklus ini tidak terjadi, maka jamur akan sulit ditemui untuk dipanen.

Setelah dipetik, jamur kulat pelawan biasanya diolah menjadi masakah khas Bangka, yaitu lemah darat. Jamur kulat pelawan segar memiliki bentuk seperti korek api dengan mahkota berbentuk bulat berwarna merah.

Jamur pelawan, salah satu jamur langka asal Indonesia. (Foto: merahputih.com)

Tak hanya di Indonesia, jamur juga menjadi bahan makanan yang cukup populer di banyak negara lain. Bahkan jamur yang tergolong langka dengan harga tinggi juga tetap memiliki penggemar tersendiri, terutama buat para pecinta kuliner. Nah, kamu sendiri penasaran mau makan jamur yang mana nih, Sahabat Goodlife?