Sering Takut dan Panik Kalau Lagi Sendirian? Mungkin Kamu Autophobia

stress

Rasa takut sendirian yang dulu dianggap sepele kini muncul sebagai fenomena nyata, memicu kecemasan mendalam yang dikenal sebagai autophobia.

Perasaan takut sendirian sesekali adalah hal wajar. Namun ketika ketakutan itu muncul berlebihan hingga mengganggu aktivitas sehari-hari, kondisi tersebut bisa mengarah pada autophobia (atau dikenal juga dengan monophobia), sebuah gangguan yang kini banyak dibicarakan di kalangan anak muda hingga dewasa muda.

Artikel dari organisasi layanan kesehatan mental Charlie Health menyatakan bahwa remaja dan dewasa muda lebih mungkin mengalami gangguan ini dibanding kelompok usia lain, karena kebutuhan sosial dan kerentanan psikologis di usia muda.

Sponsored Links

Apa Itu Autophobia?

Autophobia atau monophobia adalah kondisi ketika seseorang merasakan ketakutan intens terhadap kesendirian, baik secara fisik maupun emosional. Bukan takut pada kesepian, tapi takut pada kesendirian. Bagi yang mengalaminya, berada sendiri walau hanya sebentar dapat memicu kecemasan ekstrem, panik, atau dorongan kuat untuk terus mencari keberadaan orang lain sebagai bentuk rasa aman.

Yang sering menjadi tantangan, autophobia bukan hanya tentang tidak suka merasa sendiri. Ini merupakan respons psikologis yang berkaitan dengan persepsi ancaman, ditambah ketidakmampuan mengelola kecemasan saat berada tanpa kehadiran orang lain.

Ketakutan akan kesendirian serinif dialami kalangan anak muda saat ini (Foto: Pexels)

Gejala yang Umum Muncul

Autophobia dapat tampil berbeda pada tiap orang, namun beberapa tanda yang sering terlihat antara lain:

  • Cemas atau panik saat ditinggal sendirian
  • Ketakutan irasional bahwa sesuatu buruk akan terjadi ketika sendirian
  • Kebutuhan berlebihan untuk selalu ditemani
  • Sulit tidur jika tidak ada orang di sekitar
  • Detak jantung meningkat, berkeringat, gemetar, atau sesak napas saat sedang sendiri
  • Menghindari situasi yang berpotensi menyebabkan kesendirian

Pada beberapa kasus, kondisi ini dapat berkembang menjadi pola ketergantungan emosional yang berpengaruh pada hubungan sosial maupun produktivitas.

Mengapa Autophobia Muncul?

Tidak ada satu penyebab tunggal, tetapi beberapa faktor berikut sering berperan:

1. Pengalaman traumatis atau penelantaran

Orang yang pernah mengalami kehilangan mendadak, diabaikan, atau merasa tidak aman di masa kecil dapat menumbuhkan ketakutan mendalam terhadap kesendirian.

2. Pola hubungan yang tidak sehat

Hubungan yang penuh kecemasan, misalnya selalu dikritik, dikendalikan, atau sering ditinggalkan, dapat menciptakan keyakinan bahwa kesendirian sama dengan bahaya atau ketidakpastian.

3. Lingkungan digital yang serba terhubung

Tekanan untuk selalu online dan “hadir” membuat banyak orang sulit terbiasa dengan momen sunyi. Ketika terbiasa menerima validasi cepat dari media sosial, kondisi sepi dapat terasa mengancam.

4. Tingkat stres yang tinggi

Tuntutan akademik, pekerjaan, hingga ekspektasi sosial dapat membuat sistem saraf lebih sensitif. Kesendirian kemudian dipersepsi sebagai situasi tidak aman.

5. Kondisi kesehatan mental lain

Autophobia sering muncul bersama gangguan kecemasan umum, depresi, atau gangguan panik. Pada kondisi tertentu, ketakutan terhadap kesendirian menjadi gejala tambahan yang perlu ditangani bersama masalah utamanya.

Jika dibiarkan, autophobia dapat memengaruhi:

  • Konsentrasi dan performa belajar/kerja
  • Kualitas tidur
  • Kemampuan membangun hubungan sehat
  • Kepercayaan diri dan kemandirian
  • Ketergantungan berlebih pada orang lain

Kondisi ini juga berisiko memicu burnout emosional karena individu terus berusaha menghindari situasi yang memicu kecemasan.

Bagaimana Mengatasinya?

Pendekatan terbaik biasanya kombinasi antara dukungan profesional dan perubahan gaya hidup:

  • Terapi psikologis, seperti cognitive behavioral therapy (CBT), membantu mengubah pola pikir irasional tentang kesendirian.
  • Latihan mindful solitude, yaitu membiasakan diri menikmati waktu sendiri dalam dosis kecil, seperti membaca, journaling, atau berjalan santai.
  • Membangun keterampilan regulasi emosi, seperti pernapasan dalam, grounding, atau meditasi.
  • Mengurangi ketergantungan digital, dengan memberi ruang untuk aktivitas tanpa notifikasi.
  • Memperkuat jaringan sosial sehat, bukan sebagai pelarian dari kesendirian, tetapi sebagai fondasi rasa aman.

Jika ketakutan terhadap kesendirian terasa tidak masuk akal atau mulai mengganggu keseharian, penting untuk mencari bantuan profesional. Autophobia bukan kelemahan pribadi, melainkan kondisi yang bisa dipahami dan diatasi dengan strategi yang tepat.