Lebih dari 90 juta pekerja dari empat generasi kini berbagi ruang di dunia kerja Indonesia, dari Baby Boomers hingga Gen Z, menciptakan dinamika baru yang menantang sekaligus penuh peluang.
Setiap pagi, Rini, 54 tahun, selalu jadi orang pertama yang tiba di kantor. Sambil menyiapkan kopi hitamnya, ia membuka laptop dan memeriksa jadwal meeting hari itu. Di ruang kerja yang kini didominasi anak-anak muda berusia 20-an dan 30-an, Rini tahu betul bahwa banyak hal telah berubah.
Cara rapat, gaya komunikasi, hingga pola kerja serba digital, semuanya bergerak cepat. Tapi satu hal yang tak berubah: semangatnya untuk terus belajar. “Kalau mau tetap relevan, ya jangan berhenti ingin tahu,” katanya sambil tersenyum.
Rini bukan satu-satunya. Dunia kerja kini diisi oleh berbagai generasi yang saling berdampingan. Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2025 mencatat, ada lebih dari 11 juta Baby Boomers dan 47 juta Gen X yang masih aktif bekerja bersama 34 juta Milenial dan 34,8 juta Gen Z.

Artinya, di banyak perusahaan, kini ada tiga hingga empat generasi yang berinteraksi setiap hari, dengan nilai, ekspektasi, dan cara kerja yang berbeda.
Bagi sebagian orang, ini bisa jadi tantangan. Namun bagi para karyawan senior seperti Rini, justru di situlah peluang muncul: kesempatan untuk terus berkembang, berbagi pengalaman, dan menjadi jembatan lintas generasi.
Refleksi Diri: Menemukan Fokus Baru di Tengah Perubahan
Perubahan di tempat kerja kadang terasa menakutkan, terutama saat teknologi melaju lebih cepat dari kebiasaan. Tapi langkah pertama untuk tetap relevan adalah melihat ke dalam diri sendiri, menyadari di mana letak kekuatan utama dan apa yang masih bisa dikembangkan.
Dengan memahami fokus karier, karyawan senior dapat memperdalam keahlian di bidang inti sambil menambah wawasan di area baru. Langkah sederhana lainnya: berdialog dengan atasan tentang rencana karier. Dengan dukungan pemimpin yang terbuka, arah pengembangan diri bisa selaras dengan kebutuhan perusahaan.
Berani Eksplorasi: Coba Jalur Karier Baru
Setelah tahu fokusnya, jangan ragu melangkah ke wilayah baru. Banyak karyawan senior kini mulai menjelajahi peran lintas fungsi, dari bergabung dalam proyek digital, hingga menjadi mentor bagi tim muda.
Beberapa perusahaan bahkan sudah menyediakan platform khusus untuk mendukung eksplorasi ini. Misalnya, Open Talent Market (OTM) milik Schneider Electric, yang memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan untuk mencocokkan karyawan dengan peluang internal, mulai dari pekerjaan, proyek, hingga program bimbingan.
Lewat sistem seperti ini, siapa pun bisa terus tumbuh tanpa harus meninggalkan perusahaan.
Upgrade Diri: Belajar Tak Kenal Usia
Adaptasi bukan soal mengikuti tren, tapi tentang mempersiapkan diri menghadapi masa depan. Itu sebabnya, banyak karyawan senior kini kembali duduk di bangku belajar, mengikuti kursus online, mengambil sertifikasi baru, atau memimpin proyek inovatif.
Keterampilan digital dan pemahaman lintas bidang menjadi bekal penting. Namun lebih dari itu, semangat belajar juga memberi contoh bagi generasi muda bahwa belajar adalah proses seumur hidup.
Menjadi Teladan: Saatnya Berbagi Pengalaman
Pengalaman panjang yang dimiliki karyawan senior adalah aset besar bagi perusahaan. Tapi agar tidak hilang begitu saja, pengalaman itu perlu dibagikan.
Schneider Electric, misalnya, mendorong kolaborasi antar-generasi lewat program Lead Forward. Dalam inisiatif ini, para pemimpin senior membimbing manajer muda melalui diskusi seputar kepemimpinan, kolaborasi, hingga manajemen perubahan.
“Menjadi teladan itu bukan cuma soal memberi instruksi,” ujar Rini. “Tapi juga soal mendengarkan, membangun kepercayaan, dan memberi ruang bagi anak muda untuk berkembang.”
Dengan cara itu, pengalaman bukan hanya milik masa lalu, tapi menjadi bekal bagi masa depan.
Terhubung Lewat Komunitas Lintas Generasi
Selain di ruang kerja, banyak karyawan senior kini aktif di komunitas lintas generasi, baik formal maupun informal. Di sana, mereka bisa berbagi cerita, bertukar wawasan, dan menyerap ide-ide segar dari generasi muda.
Komunitas seperti ini bukan hanya memperluas jejaring, tapi juga memperkuat kolaborasi lintas usia, membuat lingkungan kerja lebih terbuka dan dinamis.
Menurut Sondang Saktion, Human Resources Director Schneider Electric Indonesia & Timor Leste, kolaborasi lintas generasi hanya bisa tumbuh jika semua pihak saling belajar.
“Karyawan senior membawa pengalaman dan keahlian yang jadi fondasi utama perusahaan. Sementara generasi muda datang dengan semangat dan kemampuan digital yang memicu inovasi,” ujarnya.
“Kami berkomitmen membangun lingkungan kerja yang mendorong kolaborasi lintas generasi agar semua bisa belajar dan tumbuh bersama. Transformasi bisa berlangsung lebih cepat, lebih inklusif, dan berkelanjutan.”
Di akhir hari, relevansi bukan soal mengikuti setiap perubahan, tapi menemukan cara agar pengalaman dan semangat belajar tetap memberi nilai nyata. Karena pada akhirnya, dunia kerja bukan sekadar tentang siapa yang paling muda atau paling berpengalaman, tapi siapa yang paling mau tumbuh bersama.