Sejak merebaknya pandemi Covid-19, penggunaan pulse oximeter ramai diperbincangkan. Pasalnya, Badan Kesehatan Dunia (WHO) juga menganjurkan untuk memiliki alat ini terutama bagi pasien yang menjalani isolasi mandiri untuk mengecek kadar oksigen dalam darah mereka. Namun di pasaran, pulse oximeter banyak ditawarkan dengan harga yang sangat bervariasi. Bagaimana cara memilihnya?
Ditawarkan juga di marketplace, pulse oximeter tersedia mulai harga sekitar Rp 60.000 hingga lebih dari Rp 1.000.000. Untuk beberapa brand tertentu bahkan mencapai sekitar Rp 3.000.000. Lalu, apa saja yang membedakan produk tersebut dengan rentang harganya yang tinggi? Bagaimana cara memilih pulse oximeter yang benar?
Mengenal Pulse Oximeter dan Saturasi Oksigen
Menurut dr. Ardeno Kristianto, SpPD, Spesialis Penyakit Dalam Rumah Sakit St. Carolus Jakarta, pulse oximeter adalah alat untuk mengukur saturasi oksigen (kepadatan oksigen) dalam darah. Cara kerja alat inipun sederhana, yaitu dengan memantulkan sinar inframerah ke pembuluh darah di jari atau daun telinga. Sensor alat ini kemudian akan menghitung kadar oksigen dalam darah dari pembuluh darah yang terkena cahaya tersebut.
“Oksigen yang ada dalam darah ini ada batasnya,” terang dr. Ardeno. “Kalau pulse oximeter menunjukkan hasil 95 itu artinya hemoglobin (protein dalam sel darah merah) dalam tubuh kita mengikat oksigen sebanyak 95%,” tambahnya.
Standar saturasi oksigen yang normal adalah 95% hingga 100%. “Kalau sampai di bawah angka ini seperti 94%, harus segera ke dokter. Itu tanda-tanda bahaya,” tegas dr. Ardeno.
Bila tubuh terasa sehat, biasanya kadar oksigen dalam darah juga normal. Namun bisa saja seseorang merasa sehat tanpa keluhan apapun tapi kadar oksigennya rendah. Hal ini dikenal dengan Happy hipoksia dan biasanya terjadi pada pasien Covid-19.
Cara Gunakan dan Pilih Pulse Oximeter
Pulse oximeter yang berbentuk klip ini cukup mudah digunakan, yaitu cukup dengan menjepit ujung jari atau daun telinga. Alat ini juga dilengkapi dengan sensor inframerah untuk membaca jumlah kadar oksigen dalam pembuluh darah, sekaligus mengukur detak jantung.
Tapi, pastikan dulu bahwa jari tangan kita dalam kondisi bersih. Alat tidak bisa bekerja dengan maksimal bila misalnya kita menggunakan cat kuku, kuku palsu atau sedang kedinginan karena pembuluh darah di bagian jari akan mengecil.
Setelah memasang oximeter, usahakan tubuh tetap diam sambil menunggu hasil yang akan keluar di layar monitor. Tanda SpO2 yang ada pada monitor menunjukkan saturasi oksigen dalam darah, dan tanda HR (heart rate) artinya detak jantung.
Lalu, kapan sebaiknya mengecek kondisi tubuh dengan pulse oximeter, terutama saat sedang menjalani isolasi mandiri? Menurut dr. Ardeno ada tiga waktu yang dianjurkan, yaitu:
- Saat sedang istirahat atau duduk dengan tenang.
- Saat sedang melakukan aktivitas, seperti berjalan, masak, dan lain-lain.
- Saat terjadi perubahan kondisi kesehatan, seperti batuk, pilek dan demam.
Pengecekannya sendiri tidak terbatas pada siang atau malam hari. “Jumlah pengecekan juga tidak ada batasan, tapi biasanya orang melakukan pengecekan dalam sehari antara 3 hingga 10 kali,” terang dr. Ardeno.
Sahabat Goodlife juga harus tahu, meskipun fitur pulse oximeter ini sekarang banyak tersedia di smartwatch, namun penggunaannya belum direkomendasikan. “Kalau di smartwatch itu pengecekan dilakukan di bagian atas pergelangan tangan, dimana pembuluh darah letaknya cukup jauh,” kata dr. Ardeno.
Rentang harga yang cukup tinggi juga harus menjadi pertimbangan untuk membeli pulse oximeter. Hal ini diingatkan oleh dr. Ardeno bahwa harga yang tinggi umumnya berpengaruh pada akurasi alat itu sendiri. “Memang ada yang harganya murah, tapi untuk membaca saturasi oksigen dia butuh waktu agak lama,” terangnya.
Menurut dr. Ardeno ada 2 hal yang harus diperhatikan saat ingin beli pulse oximeter, yaitu:
- Akurasi
Akurasi juga tergantung dari seberapa kuat sinar inframerah yang dipancarkan untuk membaca saturasi oksigen. Harga yang murah cenderung berisiko punya cahaya yang lebih lemah sehingga lebih lama untuk membaca saturasi oksigen.
- Reliabilitas
Selain cahaya yang baik, pemilihan pulse oximeter juga bisa dilihat dari berapa cepat alat bisa mengeluarkan hasilnya. Biasanya, harga yang lebih mahal menunjukkan hasil yang relatif lebih cepat juga.
Untuk sekadar acuan membeli pulse oximeter, dr. Ardeno menyarankan untuk harga yang tidak terlalu murah dan terlalu mahal. “Saya cenderung pilih yang sekitar Rp 300 ribu hingga Rp 500 ribu,” jelas dr. Ardeno.
“Pastikan juga alat diproduksi oleh brand yang memang berpengalaman di bidang sensor dan medis,” tambah dr. Ardeno.
Nah, buat Sahabat Goodlife yang ingin membeli pulse oximeter, sebaiknya perhatikan hal-hal di atas agar jangan sampai salah beli.