Mengenal Happy Hypoxia, Gejala dan Cara Menghindarinya

Istilah Happy Hypoxia baru-baru ini ramai dibahas dan diperbincangkan terkait dengan penderita Covid-19. Sebagai antisipasi, Sahabat Goodlife juga harus tau apa itu Happy Hypoxia dan gejalanya untuk menghindari kondisi yang tak diinginkan.

Menurut dokter spesialis paru, dr. Erlina Burhan, M.Sc, Sp.P dalam talkshow “Mengenal Happy Hypoxia, Bagaimana Mencegah dan Gejalanya” bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di Youtube Channel BNPB Indonesia, Happy Hypoxia terjadi karena ada kejadian hypoxia.

“Hypoxia yaitu kurangnya oksigen di dalam darah. Normalnya, saturasi oksigen (kadar oksigen dalam darah) antara 95% – 100%. Mestinya kalau kurang oksigen di dalam darah maka orang itu akan sesak atau ada gejala lain tapi ini tidak terjadi (tidak ada gejala) pada pasien Covid-19,” kata Erlina.

Menurut Erlina, hal itu karena terjadi kerusakan pada saraf pasien Covid-19 yang menghantarkan sensor sesak ke otak sehingga otak tidak memberikan respon karena tidak mengenali bahwa ada kejadian kekurangan oksigen di darah.

Normalnya, lanjut Erlina, kalau terjadi kekurangan oksigen, akan ada sinyal ke otak yang mengatakan bahwa tubuh ini kekurangan oksigen. Oleh sebab itu, otak akan memberi perintah ke tubuh untuk mengambil oksigen sebanyak-banyaknya dengan cara bernafas cepat sehingga terlihat sesak.

“Tapi pada pasien Covid-19 tidak terjadi gejala itu karena ada kerusakan mengirimkan sinyal ke otak tadi,” jelas Erlina.

Kondisi kekurangan oksigen dalam darah sendiri bisa berakibat fatal, mulai dari yang ringan seperti sesak napas, lemas, penurunan kesadaran hingga jika tidak cepat dilakukan tindakan akan berakibat fatal, yaitu menyebabkan kematian.

Waspadai Gejalanya 

Menurut Erlina, Happy Hypoxia memang tidak menunjukkan gejala sesak sehingga penderitanya tidak akan menyadari bahwa kadar oksigen dalam darahnya sudah rendah. Pasien bahkan masih bisa tetap melakukan aktivitas harian seperti berjalan-jalan, makan, duduk, atau nonton TV.

Hal inilah yang kemudian membuat pasien dan keluarga abai sehingga ketika mengalami penurunan kesadaran dan dibawa ke rumah sakit, pasien sudah dalam kondisi yang berbahaya. 

Oleh karena itu, Erlina meminta agar masyarakat mengetahui kondisi yang menunjukkan kemungkinan besar seseorang mengalami Happy Hypoxia. 

“Yang pertama, biasanya Happy Hypoxia itu tidak terdapat pada pasien Covid-19 Orang Tanpa Gejala (OTG). Jarang sekali kemungkinan terjadi Happy Hypoxia pada OTG. Pada pasien Covid-19 dengan gejala, Happy Hypoxia harus diwaspadai jika batuk yang menetap (batuk terus-menerus), makin lemas, ada yang kehilangan indera penciuman, warna bibir atau ujung jari terlihat kebiruan. Jika kebiruan artinya saturasi oksigen semakin rendah, segera bawa ke rumah sakit karena obatnya cuma satu, terapi oksigen,” jelas Erlina sambil menambahkan jangan menunggu pasien mengalami sesak. “Karena Happy Hypoxia tidak ada sesak,” tegasnya.

Sebagai penanganan pertama, pasien Covid-19 dengan Happy Hypoxia di rumah sakit akan diberi terapi oksigen untuk mengembalikan kadar oksigen dalam darahnya. 

Pada kesempatan itu, Erlina juga sempat menjawab pertanyaan soal apakah Happy Hypoxia menular. Menurut Erlina, Happy Hypoxia bukan penyakit jadi tidak menular. 

“Happy Hypoxia adalah suatu kondisi pada pasien Covid-19. Penyakit Covid-19 nya yang menular,” ujarnya.