Begini Cara Taman Safari Indonesia Kelola Sampah untuk Kurangi Limbah

Di tengah isu lingkungan yang makin mendesak, satu langkah kecil bisa jadi pemicu perubahan besar. Itulah yang coba dilakukan oleh Taman Safari Indonesia (TSI). Lewat inovasi pengelolaan sampah terintegrasi, kawasan wisata konservasi ini menarik perhatian banyak pihak, termasuk pemerintah daerah.

Baru-baru ini, Wakil Wali Kota Sukabumi beserta jajaran datang langsung ke Cisarua, Bogor. Tujuan mereka jelas: melihat langsung bagaimana TSI mengelola limbah di tengah aktivitas pariwisata yang padat. Dari pemilahan sampah organik dan anorganik, pengolahan kompos, hingga produksi kertas daur ulang dari kotoran hewan alias Poo Paper, semua dilakukan secara sistematis.

“Kami percaya pariwisata harus memberi dampak positif, tidak hanya bagi pengunjung, tetapi juga bagi lingkungan dan masyarakat sekitar,” ujar Agus Santoso, Board of Director Taman Safari Indonesia.

Kelola limbah dari kotoran hewan menjadi Poo Paper (Foto: Taman Safari Indonesia)

Agus tak sekadar berbicara visi. Komitmen itu terlihat dari hadirnya sistem Integrated Waste Management (IWM) di TSI Cisarua yang kini jadi rujukan nasional. Bukan hanya menanggulangi limbah, pendekatan ini juga membuka peluang edukasi dan pemberdayaan ekonomi warga sekitar. Tak heran, berbagai pemda dari seluruh Indonesia mulai berdatangan, ingin meniru model yang diterapkan.

Tak sekadar tempat rekreasi, Taman Safari Indonesia telah menjelma jadi pionir ekowisata modern. Mereka mengintegrasikan konservasi dan pariwisata dalam satu tarikan napas, selaras dengan semangat pembangunan berkelanjutan.

Sponsored Links

Dari Bogor hingga Bali: Ekspansi Taman Safari

Sejak pertama kali berdiri di Cisarua pada 1986, Taman Safari Indonesia telah tumbuh pesat. Kini mereka hadir di enam lokasi, termasuk Prigen (Jawa Timur), Bali, Batang (Jateng), Solo, hingga destinasi baru seperti Marine Safari Bali dan Enchanting Valley Bogor. Tak hanya itu, mereka juga mengelola resort-resort bertema safari yang menjadi pelengkap pengalaman wisata berbasis alam.

Dengan koleksi lebih dari 22.000 satwa dari 673 spesies dan 6 juta pengunjung per tahun, TSI bukan sekadar kebun binatang. Mereka adalah organisasi konservasi global yang berperan aktif dalam menyelamatkan satwa endemik dan spesies langka Indonesia.

Empat sertifikasi internasional dan 20 penghargaan nasional menjadi bukti bahwa visi mereka bukan sekadar jargon.