Pandemi Covid-19 saat ini sudah memasuki babak baru dengan mulai tersedianya vaksin. Semua negara di dunia berlomba-lomba untuk mendapatkan vaksin termasuk Indonesia.
13 Januari 2021 menjadi hari bersejarah dengan dimulainya debut perdana vaksin Covid-19 di Indonesia, ditandai dengan pemberian vaksin pada Presiden Joko Widodo untuk kemudian dilanjutkan pada masyarakat dengan skala prioritas yang sudah ditentukan pemerintah.
Ada harapan baru untuk segera mengakhiri krisis pandemi yang tak menentu. Namun informasi seputar vaksin Covid-19 masih menjadi perdebatan dan pro-kontra di kalangan masyarakat. Itu sebabnya Goodlife pada Rabu, 27 Januari 2021 menggelar sesi IG Live Talks dengan topik “Bincang-Bincang Covid-19 & Vaksinnya” dengan narasumber dr. Andika Chandra Putra, Ph.D. Sp.P(K) dari Rumah Sakit St. Carolus Jakarta.
Sesi seru yang tayang di akun Instagram @_goodlifeid_ dan @rscarolusjakarta ini banyak mendapat respon positif dengan banyaknya pertanyaan seputar Covid-19 dan vaksinnya.
Terkait penanganan Covid-19 sendiri, dr. Andika menegaskan bahwa ada 5 hal yang dievaluasi dari seseorang untuk menentukan apakah orang tersebut menderita Covid-19 atau tidak, yaitu: 1) keluhannya (apakah ada batuk, demam, dan lain-lain) termasuk riwayat kontaknya, 2) pemeriksaan fisik (cek suhu tubuh, frekuensi nafas, kadar oksigen, bunyi nafas), 3) pemeriksaan laboratorium, 4) menilai gambaran hasil rontgen, dan 5) deteksi virus. Jadi, pihak tenaga medis juga sangat berhati-hati dalam menentukan penderita Covid-19.
“Ada 3 hal penting dalam pemberian vaksin di Indonesia,” terang dr. Andika membuka sesi tanya jawab. “Pertama adalah efektif atau tidak. Sampai sejauh mana vaksin ini efektif. Kedua adalah keamanan, artinya vaksin harus aman dan tak ada efek samping yang berat. Yang ketiga adalah halal, karena mayoritas warga Indonesia adalah Muslim maka vaksin ini harus terjamin kehalalannya,” tambahnya. Soal kehalalan vaksin, saat ini Indonesia menerima vaksin Sinovac yang sudah dinyatakan halal oleh MUI.
Memang banyak pertanyaan seputar vaksin, terutama terkait dengan merek vaksin apa saja yang ada di Indonesia. Untuk hal ini dr. Andika pun menjelaskan bahwa saat ini memang hanya vaksin Sinovac yang sudah resmi masuk Indonesia, tapi tak lama lagi vaksin lain seperti Pfizer dan AstraZeneca juga akan digunakan di Indonesia.
Apa Itu Vaksin Sinovac?
Lalu, apa yang membuat Sinovac berbeda dari vaksin yang lain? Menurut dr. Andika, vaksin Sinovac ini dibuat dari virus yang sudah dilemahkan atau tak aktif lagi. Metode ini juga sudah lama dan sering digunakan dalam dunia medis.
Untuk menerima vaksin juga tak membutuhkan persiapan khusus. Sebagai tenaga medis yang sudah divaksinasi, dr. Andika juga menegaskan bahwa tak ada persiapan khusus kalau seseorang akan menerima vaksin. “Yang jelas kita harus pastikan bahwa tubuh kita cukup fit dan tidak melakukan pekerjaan berat saat divaksin,” terang dr. Andika.
Sinovac juga terbukti tak memiliki efek samping yang berat. Biasanya orang akan mengalami rasa lelah dan mengantuk setelah mendapatkan vaksin dan menurut dr. Andika ini adalah yang sangat wajar. “Saya juga sudah mengalami dan ada rasa sering mengantuk,” terangnya.
Pertanyaan lain cukup banyak yang berfokus pada boleh tidaknya penderita beberapa penyakit tertentu untuk menerima vaksin. Menjawab pertanyaan tentang boleh tidaknya penderita Thalasemia menerima vaksin, misalnya. dr. Andika menjawab, “Sampai saat ini kami belum menemukan uji klinis dari Sinovac untuk penderita penyakit terkait. Jadi kami tidak menganjurkan untuk menerima vaksin.”
Begitu juga dengan orang yang memiliki kondisi ekstrasistol (denyut jantung prematur) sebaiknya tidak menerima vaksin. “Sinovac sampai saat ini tidak punya data uji klinis untuk orang-orang dengan kondisi demikian,” terang dr. Andika.
Sama dengan dua kondisi sebelumnya, dr. Andika juga tidak menganjurkan ibu hamil atau menyusui untuk menerima vaksin dengan alasan yang sama. Tapi ada harapan baru karena beberapa vaksin lain kabarnya sedang mengadakan uji klinis untuk para ibu hamil dan menyusui. “Pfizer kabarnya sedang melakukan penelitian untuk vaksinasi pada ibu hamil dan menyusui. Kita tunggu saja kabarnya,” kata dr. Andika.
Salah Persepsi Soal Vaksin
Hal lain yang perlu diketahui menurut dr. Andika adalah bahwa pandemi ini adalah yang baru, tentu saja vaksinnya juga lebih baru lagi. “Vaksin Covid-19 ini sifatnya adalah darurat atau emergency use authorization. Artinya, vaksin ini belum melalui penelitian yang panjang. Kalau vaksin yang lain sudah melalui tahap uji klinis yang panjang.”
Selain itu dr. Andika juga menekankan terjadinya salah persepsi di masyarakat Indonesia tentang vaksin ini. “Banyak yang menganggap kalau sudah dapat vaksin artinya bebas melakukan apa saja. Padahal tidak benar begitu,” tegasnya. “Setelah menerima vaksin harus tetap menjalankan protokol kesehatan, yaitu memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak dan menjauhi kerumunan. Mengingat vaksin ini efikasinya tidak sampai 100%, jadi tetap ada risiko bisa tertular Covid-19,” tegas dr. Andika.
Vaksin ini juga jumlahnya terbatas, itu sebabnya ada prioritas yang dirancang oleh pemerintah. “Ada 180 juta penduduk Indonesia yang bisa menerima vaksin. Jadi kita harus siapkan jumlah dua kali lipat untuk dosisnya. Tentu saja jumlah hampir 400 juta dosis itu sangat besar,” jelas dr. Andika.
Yang jelas, saat ini tindakan pencegahan agar Covid-19 gak meluas dan sambil menanti kesempatan untuk mendapatkan vaksin adalah tetap pada sikap kita untuk melaksanakan protokol kesehatan, yaitu memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak.
Nah, buat Sahabat Goodlife yang belum sempat menyaksikan tayangan sesi IG Live Talks “Bincang-Bincang Covid-19 & Vaksinnya” bersama dr. Andika Chandra Putra, Ph.D. Sp.P(K) bisa menyaksikannya di akun Instagram Goodlife atau Youtube Rumah Sakit St. Carolus Jakarta.
Tetap sehat ya, Sahabat Goodlife!