Caranya Mudah, Yuk Kurangi Limbah Makanan!

limbah makanan

Kabar yang tak menyenangkan! Berdasarkan laporan Food Sustainability Index 2017 yang dirilis The Economist Intelligence Unit (IEU), Indonesia berada di posisi 2 sebagai penghasil limbah makanan (food loss and waste) di dunia. Bukan cuma soal menyia-nyiakan makanan, tapi limbah makanan juga bisa mencemari lingkungan.

Pada 2018, Survei Ekonomi Nasional (Susenas) bahkan mencatat bahwa banyak kota-kota besar di Indonesia yang memproduksi sampah organik yang tergolong sebagai sampah pangan dalam jumlah lebih besar dibanding jenis sampah lainnya. Di Jakarta, misalnya, 3.639,8 ton sampah pangan terangkut setiap harinya, 445,84 ton lebih banyak dari sampah non-organik yang jumlahnya 3.193,96 ton.

Lalu, apa saja dampak buruk dari limbah makanan?

  • Pencemaran gas metana

Limbah makanan adalah tergolong sampah organik yang artinya bisa terurai dengan tanah. Namun, saat proses penguraian dan pembusukan berlangsung akan ada gas metana yang dihasilkan dan gas inilah yang menjadi salah satu penyebab pemanasan global.

  • Zat kimia berbahaya

Hexachlorobenzene, Dioxin, Polychlorinated biphenyl (PCB) dan Parafin terklorinasi adalah beberapa zat kimia yang dikeluarkan oleh sampah makanan dan diketahui dari penelitian bisa memicu terjadinya kanker.

  • Membuang-buang pasokan air

Makanan mengalami proses yang cukup panjang untuk bisa disajikan di meja makan. Terutama makanan nabati seperti sayur dan buah akan butuh banyak air saat masih ditanam. Saat proses pemetikan dan distribusi pun masih membutuhkan banyak air. Jadi banyaknya makanan yang terbuang bisa dibilang membuang pasokan air secara cuma-cuma.

Soal limbah makanan yang besar memang menjadi pekerjaan rumah kita semua, tapi Sahabat Goodlife juga bisa ikut mengurangi limbah makanan mulai sekarang dengan cara-cara sederhana berikut ini.

Beli makanan sesuai porsi

Saat berada di pusat belanja, kadang kita ingin membeli banyak makanan karena tertarik dengan penampilannya atau sedang ada diskon. Namun, sesampai di rumah, makanan yang dibeli ternyata tak semuanya dimakan dan akhirnya harus dibuang karena mulai membusuk.

Mulai sekarang, hindari kebiasaan buruk ini. Gunakan catatan kecil yang berisi daftar kebutuhan makanan yang harus dibeli berdasarkan kebutuhan, bukan keinginan semata. Dengan begitu, kamu juga gak hanya bisa mengurangi limbah makanan saja, tapi juga bisa berhemat.

Membeli makan sesuai porsi kebutuhan. (Foto: Pexels)

Cek masa kadaluarsa

Pastikan kamu rutin cek masa kadaluarsa bahan makanan di dalam lemari es. Untuk bahan makanan yang mendekati masa kadaluarsa, letakkan di depan hingga mudah terlihat. Dan untuk bahan makanan yang masa kadaluarsanya masih lama, bisa kamu letakkan di rak bagian belakang.

Hal ini gunanya agar kamu lebih mendahulukan bahan makanan yang mendekati masa kadaluarsa dan tidak membuangnya percuma karena terlewat masa pakainya.

Habiskan yang kamu makan

Restoran adalah salah satu penyumbang limbah makanan terbesar. Sebelum pesan makanan, pastikan porsinya memang sesuai dengan jumlah orang yang makan dan jangan pesan makanan dengan jumlah berlebih hanya karena merasa sangat lapar. Bila makanan dipesan memang tersisa cukup banyak, kamu bisa kok meminta pegawai restoran untuk membungkusnya buat dibawa pulang.

Hal yang sama juga berlaku di restoran berkonsep all you can eat. Ambillah makanan secukupnya saja dan bila nanti masih merasa lapar toh masih bisa mengambil lagi dengan bebas.

Simpan secara benar

Beberapa makanan akan mengalami lebih cepat rusak karena tempat penyimpanan yang kurang baik. Misalnya, biskuit dan sereal yang cepat rusak kondisinya karena disimpan di tempat yang tak semestinya. Kedua jenis makanan ini sebaiknya disimpan di wadah kedap udara agar bisa bertahan lebih lama.

Begitu juga dengan makanan matang yang terbuat dari sayuran, biasanya akan cepat rusak bila disimpan pada suhu ruang. Sebaiknya, masukkan ke dalam lemari pendingin agar kesegarannya bisa lebih awet.

Dengan memulai pengurangan limbah makanan dari diri sendiri, bukan gak mungkin akan memberikan dampak yang signifikan agar Indonesia tidak lagi termasuk sebagai salah satu penyumbang limbah makanan terbesar di dunia.