Gorengan sering jadi “musuh publik” nomor satu saat kamu mulai diet atau menjalani pola makan sehat. Pasalnya, gorengan sering dianggap sebagai salah satu penyebab lemak bertumpuk, biang penyakit dan bikin gemuk. Tapi, apakah benar gorengan langsung bikin gemuk? Jawabannya tak sesederhana itu.
Kalau kamu tumbuh besar di Indonesia, kemungkinan besar gorengan adalah bagian dari hidupmu: tahu isi hangat di sore hari, tempe mendoan renyah yang susah ditolak, atau bakwan yang selalu menggoda di pinggir jalan. Tapi seiring meningkatnya kesadaran soal hidup sehat, gorengan jadi kambing hitam yang sering dituduh sebagai biang keladi kenaikan berat badan.
1. Gorengan = Kalori Tinggi
Gorengan pada dasarnya adalah makanan yang digoreng dalam minyak panas. Proses penggorengan ini membuat makanan menyerap minyak dalam jumlah besar. Satu potong tahu goreng, misalnya, bisa mengandung 100–150 kalori, tergantung ukuran dan minyak yang digunakan. Tempe goreng bisa mencapai 200 kalori per potong. Itu baru satu! Kalau kamu makan tiga potong tanpa sadar, kalori yang masuk bisa setara satu kali makan berat.
Kelebihan kalori, tanpa diimbangi aktivitas fisik, jadi penyebab utama kenaikan berat badan. Jadi, bukan gorengannya yang bikin gemuk, tapi jumlah total kalori yang kamu konsumsi.
2. Minyak Bekas dan Lemak Trans
Banyak gorengan jalanan atau rumahan digoreng dengan minyak yang sudah dipakai berulang kali. Ini memicu pembentukan lemak trans, jenis lemak yang bisa meningkatkan kolesterol jahat (LDL) dan menurunkan kolesterol baik (HDL). Lemak trans juga berperan dalam menambah lemak perut, jenis lemak yang berbahaya karena berkaitan dengan risiko penyakit jantung dan diabetes tipe 2.
Fakta penting: Lemak trans sudah dilarang di banyak negara karena dampaknya yang sangat buruk bagi kesehatan, bahkan dalam jumlah kecil.
3. Gorengan = Rendah Serat, Rendah Gizi
Kebanyakan gorengan minim kandungan serat dan vitamin. Meskipun ada sayuran di dalamnya, seperti wortel dalam bakwan atau kol dalam tahu isi, tapi kandungannya sangat sedikit dibandingkan lemak dan karbohidratnya. Saat kamu sering ngemil gorengan, kamu bisa kekurangan nutrisi penting yang dibutuhkan tubuh untuk metabolisme optimal.

4. Ngemil Gorengan = Kebiasaan, Bukan Kebutuhan
Salah satu alasan utama gorengan bikin kamu tambah berat badan adalah karena sifatnya yang adiktif. Rasanya gurih, renyah, dan bikin nagih. Apalagi kalau dimakan sambil scroll TikTok atau ngobrol bareng teman, kamu bisa makan banyak tanpa sadar. Ini bukan lagi soal kebutuhan energi, tapi jadi pola makan emosional atau kebiasaan sosial.
Jadi, Apa Gorengan Harus Dihindari?
Tidak selalu juga. Kunci hidup sehat bukan soal menghindari satu jenis makanan sepenuhnya, tapi menjaga keseimbangan dan porsi. Kamu tetap bisa makan gorengan sesekali, tapi:
- Pilih gorengan buatan sendiri dengan minyak baru dan teknik deep-fry yang benar
- Batasi porsinya, misal hanya 1–2 potong, jangan setiap hari
- Imbangi dengan makanan tinggi serat dan protein, seperti sayur, buah, dan lauk sehat
- Aktif bergerak, entah itu jalan kaki, naik tangga, atau olahraga ringan
Gorengan bisa berkontribusi pada kenaikan berat badan kalau dikonsumsi berlebihan dan jadi kebiasaan harian. Tapi kalau kamu bijak dalam memilih, mengatur porsi, dan tetap aktif bergerak, makan gorengan sesekali bukan masalah besar. Ingat, hidup sehat bukan soal menyiksa diri, tapi soal paham apa yang kamu konsumsi dan bagaimana tubuhmu meresponsnya.
Karena hidup sehat itu bukan soal menghindari semua yang enak, tapi soal mengenali batas dan membuat pilihan yang cerdas.