Salah satu tantangan menjadi orang tua adalah banyak hal yang harus dipikirkan dan dikerjakan. Alhasil, banyak yang tak menyadari jika mereka mengalami parental burnout. Apa itu parental burnout dan bagaimana cara mengatasinya?
Menjadi orang tua di zaman sekarang, bisa dibilang lebih memiliki banyak tantangan yang harus dihadapi. Selain melakukan pekerjaan sehari-hari untuk merawat dan memastikan tumbuh kembang anaknya, orang tua juga sering merasakan tekanan dari komparasi lingkungan sekitar dan juga media sosial.
Tak sedikit orang tua yang kemudian membandingkan perkembangan anaknya dengan anak-anak lain. Atau membandingkan gaya parenting dirinya dengan dengan apa yang ia lihat di media sosial. Hal itu kemudian akan membuat orangtua mengalami kelelahan, bukan hanya secara fisik tetapi juga secara mental.
Jika tidak ditangani, kelelahan fisik dan mental itu akan menjadi parental burnout.
Perbedaan Parental Burnout dan Stres Biasa
Dilansir dari Psychology Today burnout adalah keadaan kelelahan kronis yang terkait dengan peran pengasuhan orangtua.
Parental burnout mengakibatkan rasa bersalah, malu, menjauhkan diri secara emosional dari anak-anak, fantasi untuk melarikan diri, dan perasaan muak atau menyesali peran pengasuhan kita.
Parental burnout berbeda dari stres biasa, namun parental burnout terjadi dari stres yang tidak teratasi dengan baik. Saat stres, emosi kita akan meledak-ledak, energi terkuras habis, dan memicu untuk membahayakan diri sendiri.
Sementara itu, saat mengalami parental burnout, kita merasa hampa dengan emosi sendiri, tidak ada motivasi dan harapan, memicu depresi, dan menjalani hidup tanpa arti. Orang tua yang mengalami parental burnout akan kehilangan koneksi secara emosional dengan anak dan lingkungan sekitar, mengabaikan anak, dan bahkan melibatkan kekerasan pada pola asuh.
Tanda-Tanda Parental Burnout
Seringkali orang tua yang mengalami parental burnout tidak menyadari kondisi kesehatan mentalnya itu. Hal itu tentu saja akan menghambat orangtua untuk mencari pertolongan dan mengatasinya untuk keluar dari kondisi tersebut.
Nah, berikut ini tanda-tanda parental burnout:
- Mudah marah dan tersinggung
- Sering lupa
- Menarik diri dari orang lain
- Mengalami gangguan tidur
- Perasaan kosong, kebingungan, dan sulit konsentrasi (brain fog)
- Merasa bersalah dan ragu dengan diri sendiri
- Kehilangan semangat
- Merasa lelah dan gampang sakit.
- Kepala dipenuhi pikiran negatif atau overthinking
Cara Mengatasi Parental Burnout
Jika menemukan diri merasakan tanda-tanda parental burnout seperti di atas, berikut cara mengatasinya yang bisa kamu lakukan:
Merawat diri
Parental burnout biasanya terjadi karena orang tua menghabiskan begitu banyak waktu dan energi untuk mengurus anak-anak hingga mengabaikan kebutuhan mereka sendiri. Sebelum merasa kelelahan, ada baiknya orangtua juga merawat diri dan menyediakan waktu untuk dirinya sendiri.
Merawat diri bukan selalu berupa kesenangan yang mewah, tetapi bisa juga berupa hal sederhana, seperti berhenti sejenak untuk menyeduh kopi atau teh dan menyesapnya dalam ketenangan, berjalan-jalan sebentar di luar ruangan untuk mendapatkan udara segar, atau ngobrol dengan teman yang suportif.
Mengurangi kritik terhadap diri sendiri
Menjadi orang tua bukan berarti harus selalu sempurna. Ada kalanya kita mengalami hari-hari berat, melakukan kesalahan kecil, atau tidak berhasil membujuk anak untuk makan. Hal itu adalah wajar dan sebaiknya tidak menyalahkan atau mengkritik di sendiri.
Orang tua yang baik terhadap dirinya sendiri cenderung akan merasa lebih percaya diri, memiliki interaksi positif dengan anak, dan memiliki kesehatan mental yang lebih baik.
Stop membanding-bandingkan
Anak memiliki perkembangan dan pertumbuhan sendiri. Stop membanding-bandingkan dengan anak lain. Begitu pula dengan pola asuh. Orang tua adalah orang yang paling mengetahui apa yang paling baik untuk anaknya.
Membanding-bandingkan anak dan pola asuh dengan orang lain justru akan membuat orangtua merasa tidak nyaman dan berujung pada mengkritik diri sendiri.
Berbagi tugas
Sangat penting bagi orang tua untuk berbagi tugas dengan pasangan. Hal itu agar orangtua bisa memiliki waktu untuk istirahat sejenak dari kesibukan mengurus anak.
Mencari dukungan positif
Membangun jaringan sosial dengan teman-teman yang saling mendukung dan membangun vibe yang positif bisa memberikan energi yang positif pula. Hal itu tentu akan mendukung suasana hati agar tetap baik. Adalah hal yang wajar jika membicarakan keluhan seputar kegiatan sehari-hari mengurus anak bersama teman-teman yang dipercaya karena bisa meringankan beban pikiran.
Jadi, berbaik hatilah kepada diri sendiri. Jika sudah merasa lelah, tidak apa-apa untuk istirahat sejenak dan menyenangkan diri sendiri. Hal itu bukan tindakan yang egois, justru bisa mendukung orangtua memberikan yang terbaik untuk anak-anak karena kebutuhan diri sendiri sudah terpenuhi.