Waspada, Perfeksionis Bisa Jadi Gejala Gangguan Jiwa

Seringkali menjadi perfeksionis adalah dambaan. Perfeksionisme dianggap sikap yang terbaik dalam menentukan kesuksesan karir. Tapi benarkah begitu? Penelitian medis membuktikan bahwa sifat ini justru mengarah pada gangguan jiwa.

Perfeksionisme adalah sikap atau kecenderungan untuk mengejar standar yang sangat tinggi, tanpa cacat dan mengharapkan hasil yang sempurna dalam segala hal yang dilakukan. Meskipun pada awalnya perfeksionisme mungkin terdengar sebagai sifat yang positif, namun banyak pertanyaan muncul apakah sifat ini bisa berkembang menjadi bagian dari gangguan jiwa.

Apa Itu Perfeksionisme?

Perfeksionisme adalah suatu sikap atau perilaku di mana seseorang merasa perlu untuk mencapai atau mempertahankan standar yang sangat tinggi dalam segala aspek kehidupan mereka. Individu yang memiliki ciri perfeksionis seringkali akan menghabiskan banyak waktu dan usaha untuk mencapai hasil yang sempurna, bahkan jika itu berarti mengorbankan kesejahteraan mereka sendiri.

Mereka sering memiliki ekspektasi yang sangat tinggi terhadap diri sendiri dan orang lain, dan cenderung sulit merasa puas dengan hasil kerja yang sudah mereka capai.

Perfeksionis mengejar hasil yang sempurna (Foto: Pexels)

Perfeksionisme Sebagai Bagian dari Gangguan Jiwa?

Pertanyaan apakah perfeksionisme dapat dianggap sebagai bagian dari gangguan jiwa masih menjadi topik diskusi di kalangan para ahli. Terdapat dua jenis utama perfeksionisme, yaitu perfeksionisme adaptif dan perfeksionisme maladaptif. Perfeksionisme adaptif dapat memberikan dorongan positif untuk mencapai hasil yang lebih baik dan meningkatkan kinerja. Namun, perfeksionisme maladaptif dapat memiliki dampak negatif pada kesejahteraan psikologis, menciptakan stres berlebih, kecemasan, depresi, dan masalah interpersonal.

Dalam beberapa kasus, perfeksionisme yang ekstrem dapat berkembang menjadi gangguan jiwa yang dikenal sebagai Gangguan Perfeksionis. Orang yang menderita gangguan ini merasa tertekan oleh keinginan untuk selalu mencapai kesempurnaan dalam segala hal, bahkan jika itu menyebabkan ketidakbahagiaan dan disfungsi dalam kehidupan sehari-hari. Gangguan Perfeksionis dapat mengganggu keseimbangan emosional dan menghambat kemampuan seseorang untuk merasa puas dengan diri sendiri dan hasil kerjanya.

Dampak Perfeksionisme

Ketika perfeksionisme berlebihan, terdapat beberapa dampak yang justru bisa merugikan kamu sendiri tanpa kamu menyadarinya:

Stres berlebihan

Perfeksionis cenderung merasa stres yang lebih tinggi karena terus-menerus berusaha untuk mencapai standar yang hampir tidak mungkin.

Kecenderungan menunda

Kekhawatiran bahwa hasil akhir tidak akan sempurna bisa membuat perfeksionis cenderung menunda tindakan atau proyek yang sedang diekerjakan. Selalu menunggu waktu terbaik atau membuang-buang waktu untuk sekadar mencari apa yang masih kurang.

Sederhananya, kegagalan justru sering terjadi karena sifat perfeksionis yang menunda dan membuang-buang peluang demi menyempurnakan hasil kerjanya.

Makin perfeksionis makin sering stres (Foto: Pexels)

Kurangnya kepuasan

Perfeksionis seringkali kesulitan merasa puas dengan hasil kerja mereka, bahkan jika sudah mencapai kualitas yang tinggi. Dalam posisi ini perfeksionis cenderung untuk menyakiti diri sendiri dan secara tidak langsung menganggap dirinya selalu tidak mampu. Padahal yang diekerjakannya sudah mencapai level yang tinggi.

Kurangnya fleksibilitas

Perfeksionisme bisa menghambat fleksibilitas dan kreativitas karena fokus yang terlalu kuat pada detail dan standar.

Isolasi sosial

Karena terlalu fokus pada kinerja dan hasil, perfeksionis bisa mengabaikan hubungan sosial yang penting. Itu sebabnya banyak orang menganggap bahwa orang-orang perfeksionis adalah orang yang membosankan dan tidak enak dijadikan teman.

Perfeksionisme bisa menjadi sikap yang bermanfaat jika dikelola dengan bijak. Namun, jika cenderung ekstrem dan mengganggu kesejahteraan mental, maka ada potensi bagi perfeksionisme untuk menjadi bagian dari gangguan jiwa. Penting untuk mengenali tanda-tanda ketika perfeksionisme mulai menyebabkan dampak negatif dan mencari bantuan jika diperlukan. Mengembangkan keseimbangan antara mengejar kualitas tinggi dan menerima keterbatasan adalah kunci untuk menjaga kesehatan mental yang baik.