Flexing Kadang Menyenangkan, Tapi Kalau Keseringan ini Bahayanya

flexing

Di era media sosial yang semakin maju, kegiatan memamerkan gaya hidup mewah atau yang sering dikenal dengan istilah ‘flexing’ menjadi semakin umum.

Flexing bisa berupa memamerkan barang-barang mewah, liburan eksotis, hingga pencapaian-pencapaian pribadi yang menonjol. Walaupun terlihat menyenangkan dan menjadi cara untuk meningkatkan kepercayaan diri, ada beberapa bahaya yang mungkin tidak kamu sadari dari kebiasaan flexing ini.

1. Menciptakan Tekanan Sosial

Flexing dapat menciptakan standar yang tidak realistis tentang apa yang dianggap sebagai kesuksesan. Hal ini bisa menimbulkan tekanan sosial bagi orang lain yang melihatnya, membuat mereka merasa tidak cukup baik atau gagal karena tidak bisa memiliki hal-hal yang sama. Ini berpotensi memicu perasaan iri, cemburu, dan tidak puas dengan hidup sendiri.

2. Menumbuhkan Kebutuhan Akan Validasi Eksternal

Ketika kamu terbiasa flexing, ada kemungkinan kamu menjadi terlalu bergantung pada validasi dari luar untuk menilai keberhasilan atau kebahagiaanmu. Ini bisa berdampak buruk pada kesehatan mental karena kebahagiaanmu menjadi bergantung pada pendapat orang lain, bukan dari dalam dirimu sendiri.

3. Risiko Privasi dan Keamanan

Memamerkan kekayaan atau gaya hidup mewah di media sosial juga membuka risiko terkait privasi dan keamanan. Ini bisa menarik perhatian orang-orang dengan niat tidak baik, seperti pencuri atau penipu, yang melihatmu sebagai target potensial.

Flexing bisa menciptakan tekanan sosial (Foto: Pexels)

4. Dampak Negatif pada Kesehatan Mental

Walaupun flexing tidak secara langsung dianggap sebagai gangguan mental, kebiasaan ini bisa berdampak negatif pada kesehatan mental. Kebutuhan untuk selalu terlihat sukses dan bahagia di media sosial bisa menimbulkan tekanan mental, kecemasan, dan depresi, terutama jika ada perbedaan besar antara realitas dan apa yang ditampilkan di media sosial.

Apakah Flexing Termasuk Gangguan Mental?

Secara spesifik, flexing itu sendiri tidak diklasifikasikan sebagai gangguan mental dalam manual diagnostik gangguan mental seperti DSM-5. Namun, jika kebiasaan flexing sudah mengganggu fungsi sehari-hari, menciptakan distress yang signifikan, atau merupakan manifestasi dari masalah kesehatan mental yang lebih dalam seperti gangguan kepribadian narsistik, maka penting untuk mencari bantuan profesional.

Pada dasarnya, mengejar pengakuan dan validasi dari orang lain adalah perilaku yang manusiawi. Namun, ketika hal ini dilakukan secara ekstrem dan berdampak negatif pada kehidupanmu atau orang lain, penting untuk merefleksikan kembali motivasi di balik tindakanmu dan menemukan keseimbangan yang sehat.

Flexing di media sosial mungkin terlihat menyenangkan dan bisa meningkatkan kepercayaan diri sementara. Namun, ada banyak risiko dan dampak negatif yang mungkin tidak kamu sadari, terutama terkait kesehatan mental dan kebahagiaan jangka panjang. Mencari validasi dari dalam dan menghargai hal-hal yang benar-benar penting dalam hidup bisa menjadi langkah pertama untuk mengurangi kebiasaan flexing dan membangun kebahagiaan yang lebih autentik dan berkelanjutan.