Cara Bangun Kepribadian yang Sehat dan Autentik Tanpa Flexing di Media Sosial

mendampingi teman depresi

Media sosial memang menjadi platform serbaguna untuk melakukan apa saja. Masalahnya bila tak terkendali, media sosial bisa memicu ancaman kesehatan mental. Salah satunya adalah flexing.

Kamu mungkin sudah pernah mendengar istilah “flexing” dalam konteks media sosial atau dalam percakapan sehari-hari. Flexing merujuk pada tindakan menunjukkan atau memamerkan kekayaan, prestasi, atau atribut positif lainnya dengan tujuan memperoleh pengakuan atau kebanggaan dari orang lain.

Meskipun flexing tampaknya tidak berbahaya, namun dalam jangka panjang dapat berdampak negatif terhadap kesehatan mental. Kebanyakan orang yang melakukan flexing cenderung hanya menampilkan sisi positif dalam hidup mereka dan tidak menunjukkan sisi yang lebih kompleks dan nyata. Hal ini dapat menciptakan tekanan untuk terus mempertahankan citra positif yang sudah dibangun, yang dapat menyebabkan kecemasan, ketidakpuasan, dan stres.

Memamerkan kekayaan untuk mandapatkan pengakuan (Foto: Pexels)

Kamu juga mungkin merasa tertekan atau merasa tidak puas dengan hidupmu sendiri ketika melihat orang lain yang tampaknya lebih sukses atau lebih bahagia. Hal ini dapat memicu perasaan tidak berharga atau inferioritas, dan dapat menyebabkan kamu berusaha untuk meniru atau menyaingi orang lain, bahkan ketika itu tidak sesuai dengan nilai atau minatmu sendiri.

Selain itu, flexing juga dapat memicu perbandingan sosial, yang merupakan fenomena di mana kamu cenderung membandingkan dirimu dengan orang lain dalam hal kekayaan, prestasi, atau atribut lainnya. Perbandingan sosial dapat merusak kepercayaan diri dan meningkatkan perasaan tidak aman, dan dapat memperburuk gejala kecemasan dan depresi.

Flexing Semakin Mudah dan Banyak Dilakukan

Sulit untuk memberikan jawaban pasti apakah flexing saat ini pelakunya cenderung meningkat atau tidak, karena tidak ada data statistik yang menunjukkan hal tersebut secara spesifik. Namun, kita dapat melihat bahwa perkembangan teknologi dan media sosial telah memberikan kemudahan dalam memamerkan kekayaan, prestasi, atau atribut positif lainnya, yang dapat memicu tindakan flexing.

Dengan adanya platform media sosial seperti Instagram, TikTok, dan Twitter, orang dapat dengan mudah menunjukkan bagian terbaik dari hidup mereka dan memperoleh pengakuan dari pengikut dan teman mereka. Ini dapat menciptakan tekanan untuk mempertahankan citra positif yang sudah dibangun dan terus menunjukkan pencapaian-pencapaian baru untuk mendapatkan pengakuan dan kebanggaan dari orang lain.

gadget
Teknologi yang berkembang memberio jalan untuk melakukan flexing (Foto: pexels)

Selain itu, pandemi COVID-19 dan pembatasan sosial yang terkait dengan pandemi dapat juga memperkuat tren flexing. Karena banyak orang menghabiskan lebih banyak waktu di rumah dan di media sosial, ada kemungkinan bahwa orang cenderung menunjukkan keberhasilan dan pencapaian mereka di media sosial sebagai cara untuk mengatasi rasa bosan atau kekecewaan akibat pembatasan sosial.

Namun, penting untuk diingat bahwa tindakan flexing dapat memiliki dampak negatif pada kesehatan mental, terutama jika dilakukan secara berlebihan atau dalam jangka panjang. Oleh karena itu, penting untuk mempertimbangkan dampak yang mungkin timbul dari setiap tindakan yang dilakukan di media sosial, dan untuk menemukan keseimbangan yang sehat antara menunjukkan prestasi dan menikmati hidup yang sebenarnya.

Cara Jitu Terhindar dari Flexing

Berikut adalah beberapa cara untuk terhindar dari flexing:

Fokus pada dirimu sendiri

Alihkan perhatianmu dari orang lain dan perbandingan sosial dengan fokus pada kebahagiaan dan kesuksesanmu sendiri. Buatlah tujuan pribadi yang sesuai dengan nilai dan minatmu, dan lakukan upaya untuk mencapainya.

Jangan membandingkan dirimu dengan orang lain

Ingatlah bahwa setiap orang memiliki keunikannya sendiri, dan tidak ada yang sempurna. Cobalah untuk menerima kekuranganmu dan menghargai kelebihanmu.

Jangan membandingkan diri dengan orang lain (Foto: Pexels)

Gunakan media sosial dengan bijak

Jangan biarkan media sosial menjadi satu-satunya cara untuk memperoleh pengakuan atau kebanggaan. Gunakan media sosial sebagai alat untuk terhubung dengan orang lain, tetapi juga perlu menyadari batasan dan risiko yang mungkin terkait dengan penggunaannya.

Jangan memaksakan citra yang tidak nyata

Hindari memaksakan citra positif yang tidak sesuai dengan kenyataan atau merubah fakta demi mendapatkan pengakuan. Ingatlah bahwa jujur dan autentik adalah kualitas yang penting untuk membangun hubungan yang sehat dengan orang lain.

Temukan dukungan

Temukan orang-orang yang mendukungmu dan mendorongmu untuk menjadi dirimu sendiri. Berbicaralah dengan teman atau profesional kesehatan mental jika kamu merasa tertekan atau stres karena flexing atau perbandingan sosial.

Dengan mengikuti beberapa cara tersebut, kamu dapat membantu melindungi dirimu sendiri dari dampak negatif yang mungkin terkait dengan tindakan flexing dan membangun kehidupan yang sehat dan autentik.