Gaya Fashion Jepang yang Mewakili Sifat dan Perasaan, Kamu yang Mana?

fashion

Emosi tentunya dirasakan oleh semua orang, dari marah, sedih, senang, dan lainnya. Tapi, tidak semua orang bisa mengekspresikan emosi mereka secara langsung. Maka dari itu, banyak karya seni yang diciptakan karena orang menuangkan emosi mereka pada karya tersebut. Salah satunya adalah fashion.

Pakaian adalah hal yang dianggap bisa menyampaikan sesuatu, seperti yang dikemukakan oleh filsuf Prancis Roland Barthes dalam kumpulan essai “the language of fashion”, bahwa setiap bentuk fashion pasti mengandung pesan tertentu yang ingin disampaikan oleh pemakainya. Fashion sebagai ekspresi diri dan komunikasi dari pemakainya memberikan implikasi bagi penggunaannya dalam kaitannya dengan bagaimana orang mengkomunikasikan nilai, status, kepribadian, identitas, dan perasaan kepada orang lain.

Contohnya seperti belakangan ini yang sempat viral di Jakarta, yaitu Citayem Fashion Week atau biasa disebut CFW. Banyak sekali orang yang memakai baju sesuai dengan gaya mereka dan dianggap menjadi tren. Tapi, ternyata tidak hanya di Indonesia, di Jepang pun sudah banyak tren fashion yang cukup unik dan mewakili suatu perasaan tertentu.

Berikut beberapa contohnya:

1.     Mori kei

Gaya Mori kei ini mewakilkan perasaan tenang seseorang yang membedakan mereka dari penduduk kota besar yang cenderung lebih agresif dan aktif. Gaya ini sudah terkenal sejak tahun 1970 yang sebenarnya terpengaruh dari film-film serial klasik Barat seperti “Anne of Green Gables”

Kata “mori” sendiri merupakan bahasa Jepang yang artinya hutan, sedangkan “kei” artinya aliran. Jadi biasanya gaya ini disebut juga gaya gadis hutan. Mori kei ini merupakan gaya dengan kesan natural yang juga menggunakan warna-warna kalem yang membuat image nya seperti menyatu dengan alam atau hutan. 

Warna-warna yang kerap digunakan adalah warna cokelat tanah, hijau daun, warna kuning jerami, dan abu-abu. Selain itu, biasanya gaya rambut dari wanita yang menggunakan gaya ini adalah rambut lurus maupun rambut keriting natural yang dikepang, diurai, atau diikat sesederhana mungkin, bahkan bisa dihiasi dengan daun-daunan. 

Mori kei yang bernuansa warna alam (Foto: Pinterest)

2.     Yami kawaii

Yami kawaii merupakan subkultur dari style Kawaii yang nuansanya adalah hal-hal yang lucu dan imut. Tren fashion ini lahir dari unsur kesedihan, depresi, dan masalah kejiwaan dan mulai muncul pada 2015. Serupa dari gaya Kawaii, gaya ini sedikit menambahkan nuansa seram, seperti gambar tengkorak, darah dan pisau.

Beberapa berpendapat kalau Yami kawaii merusak gaya Kawaii. Namun kini banyak juga orang yang  justru mengekspresikan  masalah kejiwaannya melalui Yami kawaii. Jadi subkultur Yami kawaii dapat dianggap sebagai sebuah terapi, khususnya untuk para remaja yang mengalami stress hingga depresi dan tidak mampu menceritakannya kepada orang lain.

Yami kawaii dianggap sebagai terapi anak muda menghadapi stress (Foto: Pinterest)

3.     Decora style

Warna cerah dan banyaknya aksesoris yang digunakan pada gaya ini menggambarkan kebahagiaan seseorang karena dapat mengenakan apapun yang mereka mau. Decora style adalah sebuah subkultur anak muda Jepang yang berasal dari Harajuku pada akhir 1990-an. Di pertengahan 2000-an, gaya ini semakin populer dan digemari banyak orang. 

Gaya ini memiliki ciri khas unik dan khusus, seperti baju dengan warna terang dan penggunaan aksesoris yang bertumpuk-tumpuk. Anak-anak muda biasanya akan memakai berbagai macam aksesoris seperti jepit rambut, gelang, kalung, tas, dan aneka aksesoris boneka yang lucu. Para perempuan biasanya akan menggunakan baju dan aksesoris dengan warna yang mencolok, seperti merah muda. Aksesoris yang digunakan tidak hanya yang terbuat dari logam tetapi juga dari plastik.

Decora style mewakili ekspresi kebahagiaan (Foto: Pinterest)

4.     Shironuri

Gaya Shironuri adalah sebuah gaya fashion Jepang yang lahir dengan konsep warna putih. Riasan putih yang digunakan dalam gaya ini sama seperti yang dikenakan oleh para geisha dan para aktor seniman panggung. Dengan muka yang dilumuri cat putih dan riasan yang cukup berat, gaya Shironuri ini mewakilkan perasaan percaya diri seseorang. 

Banyak para penggemar Shironuri mengambil inspirasi tambahan dari gaya lain seperti gothic, lolita, victoria hingga gaya kabuki atau geisha tradisional. Dalam bahasa Jepang sendiri Shironuri memiliki arti “dilukis dengan warna putih”. 

Gaya Shinouri yang seba putih (Foto: Pinterest)

Gaun yang banyak digunakan oleh para penggemar Shironuri adalah seperti kimono, hakama dan sandal geta. Gaya rambut Shironuri biasanya adalah paduan warna cerah seperti putih-biru, pink-biru atau hijau. 

Keempat tren di atas adalah contoh dari banyaknya tren fashion di Jepang yang unik dan dianggap mewakili sebuah perasaan tertentu. Hal ini juga dapat menggambarkan bahwa seperti banyaknya emosi yang dirasakan oleh manusia, cara mereka mengekspresikan emosi tersebut juga bermacam-macam.

Jadi, sebetulnya kamu mungkin juga bisa mengekspresikan diri atau perasaan melalui gayamu berbusana. Kadang dengan cara seperti ini stress bisa kamu redam atau setidaknya dialirkan ke hal lain yang bersifat positif dan menarik.