Mengurusi aktivitas rumah tangga selama ini identik dengan perempuan. Namun saat ini kaum pria juga tak mau ketinggalan. Beberapa pria bahkan sangat terampil dalam mengasuh anak, masak, dan mengerjakan hal lain di lingkungan rumah tangga.
Istilah ‘bapak rumah tangga’ kini mulai populer karena mulai banyak pria yang ikut mengurusi masalah rumah tangga layaknya ibu rumah tangga. Namun memang harus diakui bahwa menjadi bapak rumah tangga di Indonesia khususnya masih dipandang sebelah mata, bahkan beberapa orang menganggapnya tabu.
Padahal dalam kondisi yang semakin padat aktivitas seperti sekarang ini, selain menafkahi keluarga, pria juga dituntut untuk bisa mengerjakan hal-hal terkait rumah tangga. Sama seperti wanita yang saat ini juga aktif bekerja dan menempati posisi-posisi penting dalam pekerjaannya.
Berikut ini adalah beberapa mitos yang masih sering dipercaya orang terkait menjadi bapak rumah tangga:
Pria tidak bisa multitasking
Layaknya ibu rumah tangga, menjadi bapak rumah tangga juga lekat dengan pekerjaan multitasking, yaitu melakukan beberapa pekerjaan sekaligus dalam satu waktu tertentu. Banyak yang menganggap bahwa pria tidak mampu melakukan hal seperti ini dalam rumah tangga.
Padahal multitasking pada dasarnya bisa dialami dimana saja termasuk di kantor dan tidak jarang pria yang melakukan multitasking pada pekerjaannya di kantor. Kalau begitu, bila di kantor saja mahir melakukan multitasking, kenapa di rumah tidak bisa melakukannya?
Pada kenyataannya juga banyak pria di rumah yang melakukan multitasking, seperti mengganti popok bayi, menyuapi makan sambil melakukan online meeting dengan rekan kerja.
Pria tidak pandai menghadapi bayi
Ini jelas anggapan yang keliru. Banyak ayah yang sangat dekat dengan bayinya dan cekatan dalam mengurusnya. Bahkan saat baru pulang bekerja dan tubuh masih terasa lelah, biasanya seorang ayah akan menyempatkan dirinya untuk berinteraksi dengan anak atau bayinya.
Tidak sedikit juga seorang ayah yang cekatan dalam mengganti popok, memandikan anak, bermain dan menemaninya hingga tertidur.
Pria tidak punya waktu mengurus anak
Menjadi bapak rumah tangga juga bukan berarti harus menghabiskan waktu sepenuhnya dengan anak. Seorang ayah memang berkewajiban mencari nafkah untuk keluarganya, namun bukan berarti sepanjang hari tidak punya waktu sama sekali untuk anak. Banyak pria yang berkarir sangat baik dan cukup sibuk namun masih bisa mengatur waktunya untuk bermain dengan anak.
Pria hanya dekat dengan anak laki-laki
Ini adalah mitos yang cukup banyak dipercaya, dimana seorang ayah identik dengan kedekatannya dengan anak laki-laki. Namun bila anak perempuan biasanya lebih dekat dengan ibunya. Pada kenyataannya, cukup banyak pria yang sangat dekat dengan anak perempuannya juga.
Anggapan bahwa pria cenderung ingin punya anak laki-laki juga merupakan mitos yang tidak berdasar. Karena nyatanya cukup banyak juga pria yang ingin punya anak perempuan.
Pada dasarnya, seorang ayah bisa dekat semua anak-anaknya tanpa memandang jenis kelaminnya. Anggapan bahwa seorang ayah hanya bisa dekat dengan anak laki-laki saja tentu tidak berdasar dan hanya sebuah mitos.
Pria cenderung kasar pada anaknya
Anggapan ini sama sekali tidak berdasar. Perlakuan kasar pada anak pada dasarnya bisa dilakukan oleh siapa saja dan tidak terpatok pada ayah saja. Sebaliknya, banyak hal yang membuktikan bahwa seorang ayah juga mampu berlaku lembut pada anak-anaknya.
Fenomena bapak rumah tangga memang masih menjadi hal yang diperdebatkan. Namun pada dasarnya, menjadi bapak rumah tangga bukan berarti menghilangkan fungsi ayah untuk mencari nafkah. Terlebih di masa sekarang dimana perkembangan teknologi telah menciptakan tren untuk bisa bekerja dari mana saja.
Menjadi bapak rumah tangga juga bukan berarti mematikan fungsi ibu rumah tangga. Pada dasarnya membangun rumah tangga adalah tugas dan tanggung jawab bersama. Jadi, ide bapak rumah tangga bisa menjadi opsi untuk berbagi tugas dalam membangun rumah tangga.