Jangan Mudah Percaya! Ini Fakta dan Mitos Seputar Kaum Vegan

Apakah untuk menjadi kaum vegan kita harus mengeluarkan uang lebih karena bahan makanannya yang mahal? Atau menjadi vegan membuat kita berisiko kekurangan zat besi dan protein? Yuk, ketahui fakta dan mitos tentang kau vegan.

Veganisme adalah gaya hidup yang menerapkan pola makan nabati dan menghindari makanan hewani serta produk turunannya seperti susu, telur, dan madu. 

Kaum vegan umumnya memilih mengonsumsi makanan nabati karena alasan kesehatan, menjaga lingkungan, atau menjaga kesejahteraan hewan.

Indonesia sendiri sebenarnya bukan negara pengonsumsi banyak daging dibanding negara lainnya. Data dari Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (Organization of Economic Cooperation and Development/OECD) tahun 2022 menyebut konsumsi daging Indonesia berada di 2,2 kilogram per kapita, jauh di bawah konsumsi daging rata-rata dunia, yaitu sebesar 6,4 kilogram per kapita.

Meski begitu, penganut gaya hidup vegan tumbuh stabil di Indonesia. Alasannya untuk kesehatan dan lingkungan. 

Nah, untuk kamu yang ingin memulai gaya hidup veganisme, sebaiknya mengetahui fakta dan mitos yang banyak berkembang dan dipercayai oleh masyarakat.

Indonesia justru tidak mengonsumsi daging sebanyak warna negara lainnya (Foto: Pexels)

Fakta dan Mitos tentang Kaum Vegan

Fakta: Pola makan vegan membantu mengurangi produksi gas emisi penyebab pemanasan global

Sebuah studi yang diterbitkan tahun lalu menunjukkan bahwa pola makan vegan menghasilkan 75% lebih sedikit emisi pemanasan iklim, polusi air, dan penggunaan lahan dibanding pola makan yang mengonsumsi lebih dari 100 gram daging sehari.

Hal itu menjadikan pola makan vegan adalah tindakan terbesar yang dapat dilakukan seseorang untuk mengurangi dampak lingkungan. Jadi, meskipun kamu tidak sepenuhnya vegan, hanya mengurangi konsumsi daging dan susu, tetap akan berdampak besar pada lingkungan.

Mitos: Makanan vegan terlalu mahal

Ini adalah salah satu mitos yang masih dipercaya banyak orang hingga saat ini. Banyak yang beranggapan makan vegan artinya membeli produk dari merek khusus vegan.

Nyatanya, pola makan vegan bisa didapat dari pasar seperti pada umumnya. Ada begitu banyak makanan dan bahan-bahan vegan yang murah, yang bisa kamu pilih seperti sayuran, buah-buahan, biji-bijian, dan kacang-kacangan.

Dan jangan lupa, pola makan vegan artinya kamu tidak memasukkan daging (salah satu bahan makanan paling mahal) ke dalam daftar belanjaan. Itu artinya kamu justru bisa berhemat. Bisa disimpulkan bahwa pola makan vegan justru bisa sangat menghemat anggaran.

Fakta: Pola makan vegan mengurangi risiko penyakit jantung

Sebenarnya sudah banyak penelitian yang menemukan bahwa mengurangi daging dan produk susu serta turunannya dari pola makan berhubungan dengan rendahnya risiko penyakit jantung dan diabetes tipe 2.

Hal itu karena sayuran dan buah-buahan tinggi serat dan rendah lemak jenuh sehingga kadar LDL (Low Density Lipoprotein atau lemak jahat) pun menjadi lebih rendah.

Sebaliknya, daging merah, seperti sapi, kambing, dan domba merupakan salah satu sumber lemak jenuh yang memicu kolesterol tinggi. Apalagi jika dimasak dengan cara yang kurang tepat, misalnya dibakar hingga gosong atau ditambahkan santan, maka risiko mengandung lemak jahat semakin tinggi.

Mitos: Kaum vegan berisiko kekurangan protein

Anggapan bahwa kaum vegan berisiko kekurangan protein menjadi mitos yang masih banyak diyakini. Hal itu tak lepas dari imej daging yang terkenal sebagai sumber protein.

Padahal, ada banyak bahan makanan nabati, yang seringkali mengandung protein per kalori yang lebih banyak dibanding daging. Lentil, buncis, kacang polong, kacang-kacangan, jamur, dan brokoli mengandung lebih banyak protein per kalori dibanding daging.

Hal yang sama berlaku untuk kalsium. Alih-alih makan keju atau susu, kamu bisa mendapatkan kalsium dari kacang-kacangan, sayuran berdaun hijau, produk kedelai, dan susu nabati seperti almond, oat, dan rami.

Mitos: Menjadi vegan itu sulit dan membatasi

Jika hanya dibayangkan, menjadi vegan memang terlihat sulit dan sangat membatasi. Padahal jika kita langsung mencobanya, hal itu tak semenakutkan itu.

Yang kamu butuhkan hanyalah memulainya. Tak perlu langsung vegan 100% tapi kamu bisa mulai mengurangi sedikit demi sedikit konsumsi produk hewani.

Buatlah perencanaan dan bersikap realistis tentang apa yang ingin kamu capai, kamu akan lebih puas dalam melakukan perubahan, dan biasanya itu akan bertahan lama.

Untuk memudahkan transisi, sebaiknya jangan terlalu keras kepada diri sendiri. Menjadi vegan secara bertahap dan perlahan akan membuatmu menikmati dan tak merasa terbebani.