Keseringan Minum Minuman Mengandung Gula, Ini Risikonya

Thai tea, es kopi brown sugar, atau boba. Rasanya hampir semua orang suka meminumnya. Ada yang suka minum sesekali saja dan ada juga yang menjadikannya sebagai ritual meminumnya setiap hari. Sayangnya, hampir semua minuman kekinian itu mengandung banyak gula. Dan belum banyak yang menyadari jika tubuh kebanyakan gula akan mengalami hiperglikemia yaitu kondisi medis yang menunjukkan terlalu banyak glukosa yang beredar di dalam darah.

Asupan Energi dan Kebutuhan Gula Harian

“Energi kita yang utama berasal dari gula tapi dalam batasan yang secukupnya dan bukan dari minuman-minuman yang sekarang lagi ngetren ya. Kalau minuman-minuman itu, bisa saja bikin tiba-tiba gula darah naik kemudian insulin dikeluarkan karena gula darah naik, lalu (gula darah) anjlok lagi. Jadi semacam yoyo,” jelas dr. Dwi Susilowati, Msc, IBCLC, SpGK.

Menurut Dwi, kebutuhan gula harian sudah cukup didapatkan dari porsi makanan kita seperti dari nasi dan buah-buahan.

Lalu bagaimana jika kita ketagihan minum minuman kekinian yang manis rasanya dan selalu merasa ada yang kurang jika belum meminumnya?

Dwi menyebut hal itu lebih kepada sisi psikologisnya saja.

Kamu biasa minum manis lalu belum minum manis, biasanya otak yang ‘keriting’. Otak yang minta gula, jadi secara psikologis, bukan secara fisik. Itu lebih kepada faktor kebiasaan saja. Dan menurut World Health Organization (WHO), kita harus membatasi garam dan gula.

dr. Dwi Susilowati, Msc, IBCLC, SpGK

Dwi memberi gambaran, jika setiap hari kamu minum minuman yang mengandung banyak gula maka dalam satu tahun akan mengalami kenaikan berat badan yang signifikan.

“Kalau kamu makan normal plus ditambah satu gelas minuman manis, kira-kira mengandung 200 kalori, lalu dikalikan 365 hari selama setahun lalu dibagi 4. Dalam setahun kamu bisa naik 10 kilogram,” jelas Dwi sambil menyebut kamu masih bisa minum minuman manis tadi dengan syarat menghitung asupan kalori.

“Oke kalau mau minum manis, berarti porsi nasinya dikurangi setengah. Jadi harus dikalkulasi gula yang masuk ke dalam tubuh,” tutup Dwi.