Tak Cuma Indah Dipakai, Yuk Kenali Sejarah Kain-Kain Nusantara ini

Kain menjadi salah satu bagian dari budaya tradisional di Indonesia. Selain terlihat indah, kain-kain tradisional juga punya sejarah dan makna tertentu sesuai dengan warna dan motifnya. 

Jenis-jenis kain di Nusantara memang sangat beragam. Beberapa memang sudah dilupakan orang, tapi banyak juga yang sampai sekarang masih tetap lestari dan bahkan digunakan sebagai gaya busana sehari-hari. Seperti yang dilakukan oleh Syandria Kameron, misalnya. Cicit dari Proklamator Republik Indonesia Ir. Soekarno ini kerap menggunakan kebaya dan kain tradisional dalam aktivitas sehari-hari dan bahkan untuk berbagi foto di media sosial.

Bila sudah jatuh cinta dengan keindahan ragam kain Nusantara, sekarang saatnya Sahabat Goodlife juga harus tahu apa saja makna di balik kain yang cantik tersebut.

Ulos

Kain tenun asal Sumatera Utara ini awalnya dibuat hanya untuk menghangatkan badan bagi warga yang mendiami daerah pegunungan. Namun dari fungsinya yang menghangatkan inilah kemudian ulos menjadi simbol kehangatan bagi warga Batak, dimana ulos sering diartikan sebagai tanda kasih sayang dan kehangatan hubungan anak dan orang tua.

Seiring dengan waktu, ulos juga akhirnya digunakan untuk menyambut acara-acara penting, seperti lahiran, pernikahan hingga kematian. Ulos yang didominasi warna hitam, merah dan putih dan ditenun dengan benang emas atau perak ini juga sering diberikan untuk wanita hamil sebagai simbol perlindungan dari bahaya yang mengancam kehamilan.

Karena fungsinya yang menjadi semakin kompleks, ulos juga berkembang menjadi beberapa jenis, seperti:

  • Ulos mangiring yang melambangkan kesuburan dan biasanya diberikan untuk anak yang baru lahir, terutama anak pertama.
  • Ulos ragi hotang yang melambangkan harapan sebuah ikatan batin yang kuat dan diberikan untuk pasangan pengantin.
  • Ulos suri-suri ganjang yang merupakan simbol berkat dan biasanya dipakai pada pesta pernikahan oleh orang tua mempelai wanita untuk memberikan berkat kepada anak perempuannya yang menikah.

Selain itu, tradisi kain ulos yang tetap terjaga sampai sekarang juga membuat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah menetapkan Hari Ulos Nasional yang diperingati setiap 17 Oktober. Hari peringatan ini ditetapkan sejak 2015 untuk memperingati ulos yang resmi tercatat sebagai Warisan Budaya tak Benda Indonesia pada tahun sebelumnya, yaitu 17 Oktober 2014.

Ulos sudah ditetapkan sebagai Warisan Budaya tak Benda Indonesia. (Foto: IG @gabiht.uloss)

Gringsing

Kain tradisional yang berasal dari Desa Tenganan, Bali ini dipercaya sebagai kain magis yang bisa membuat pemakainya jauh dari bahaya atau penyakit. Nama gringsing sendiri berasal dari kata “gring” yang artinya sakit dan “sing” yang artinya tidak, sehingga warga lokal meyakininya sebagai kain penolak bala.

Menurut kepercayaan masyarakat setempat, kain ini bermula dari Dewa Indra yang kagum dengan keindahan benda-benda langit di malam hari lalu mengajarkan para perempuan Tenganan untuk melukiskannya pada kain. Unsur malam hari inilah yang membuat kain gringsing umumnya berwarna gelap.

Karena dianggap begitu sakral, menenun kain ini juga harus berdasarkan aturan yang sudah ditetapkan oleh para ketua adat. Begitu ketatnya aturan untuk membuat kain ini, maka tak heran kalau untuk memproduksi satu kain gringsing kadang bisa dibutuhkan waktu sampai 5 tahun.

Kain gringsing yang dipercaya bisa mengusir nasib buruk. (Foto: IG @kaingringsingtenganan)

Songket

Kain tradisional dari Pulau Sumatera ini dibuat dengan cara tenun menggunakan benang emas dan perak sehingga tampak berkilauan jika dikenakan. Songket sebetulnya juga mengisahkan tentang kegemilangan Kerajaan Sriwijaya yang makmur pada abad 7 hingga 13 di Sumatera. 

Karena begitu berharganya, songket dulu hanya dipakai kaum bangsawan saja. Semakin rumit coraknya dan berat songketnya (karena dibuat memakai banyak benang emas), semakin tinggi kedudukan seseorang. Di zaman sekarang, songket kerap dijadikan mas kawin atau hantaran pernikahan. 

Songket dulunya hanya digunakan oleh para bangsawan. (Foto: Shutterstock)

Besurek

Kain asal Bengkulu ini cukup unik karena motifnya merupakan rangkaian huruf Arab yang dirangkai indah menjadi seni kaligrafi. Kain Besurek sudah sangat langka dan hanya digunakan untuk acara-acara penting yang melambangkan kelahiran hingga kematian (sebagai penutup jenazah). 

Besurek sendiri berarti “bersurat” dalam bahasa Bengkulu. Motif kaligrafi yang ada pada kain ini juga memiliki bentuk dan makna tersendiri, seperti:

  • Kaligrafi Arab kerap digunakan oleh penghulu dan pengapit pengantin di upacara pernikahan.
  • Kaligrafi rembulan dipakai oleh calon pengantin wanita saat siraman pengantin.
  • Kaligrafi bunga melati dipakai untuk hiasan ayunan saat upacara cukur bayi. 
  • Kaligrafi burung dipakai saat calon pengantin wanita melakukan ziarah kubur.
  • Kaligrafi kembang cengkeh dipakai saat upacara mengikir gigi.

Kain tradisional adalah salah satu warisan leluhur yang harus dijaga dan dilestarikan. Di masa kini, menggunakan kain tradisional sebagai salah satu gaya berbusana juga menjadi tren sebagian orang. Tak harus cemas penampilan jadi terlihat kuno. Kain tradisional juga bisa dipadukan dengan gaya busana masa kini yang kasual dan dinamis.

Besurek yang menggunakan motif kaligrafi. (Foto: IG @swarnabumei)

Jadi, tak ada salahnya kalau kamu juga mulai ikut menggunakannya, sekaligus menjaga dan mempopulerkan salah satu warisan budaya ini.