Viral Lagi! Pesan Berantai soal Aspartam Picu Kanker, Ini Faktanya Menurut Dokter dan Ahli

Pesan berantai soal bahaya aspartam kembali viral di media sosial, memicu keresahan publik, padahal klaim yang disebarkan tak lebih dari hoaks lama yang sudah berkali-kali dibantah para ahli.

Satu pesan lama kembali bikin geger di grup WhatsApp. Isinya? Daftar panjang minuman populer yang disebut mengandung aspartam (pemanis buatan) yang katanya bisa menyebabkan kanker otak, pengerasan sumsum tulang, hingga diabetes.

Bahasanya terdengar meyakinkan. Ada kutipan dari “dokter”, klaim ilmiah, bahkan embel-embel “sudah terbukti”. Tapi begitu ditelusuri lebih jauh, nyatanya pesan ini tidak lebih dari hoaks lama yang kembali diangkat ke permukaan.

Sponsored Links

Apa Itu Aspartam?

Aspartam sendiri bukan barang baru. Zat ini adalah pemanis rendah kalori yang sudah digunakan lebih dari 40 tahun di berbagai produk seperti minuman ringan, suplemen, bahkan obat-obatan. Kekuatan manisnya 200 kali lipat dibanding gula biasa, jadi cukup dipakai sedikit saja.

Dokter Gia Pratama

Dokter Gia Pratama, yang dikenal lewat konten edukasi kesehatannya di media sosial, menegaskan bahwa aspartam memang sering dipakai pada produk diet. “Zat ini banyak digunakan oleh mereka yang sedang mengurangi konsumsi gula tapi tetap ingin menikmati rasa manis,” kata dr. Gia, yang juga kepala instalasi gawat darurat di salah satu rumah sakit di Jakarta Selatan.

Aspartam Aman

Tak hanya BPOM, sederet otoritas dunia seperti FDA di Amerika, EFSA di Eropa, dan WHO juga menyatakan bahwa aspartam aman dikonsumsi, selama dalam batas yang direkomendasikan.

BPOM sendiri sudah beberapa kali membantah kabar palsu terkait bahaya aspartam. Bahkan, dalam siaran pers resminya, mereka mengajak masyarakat untuk tidak gampang percaya pada pesan viral yang tidak jelas sumbernya.

“Saya ingin menekankan pentingnya edukasi publik. Aspartam tetap harus dikonsumsi dalam jumlah wajar, dan sesuai kondisi kesehatan masing-masing,” tambah dr. Gia.

Yang bikin makin runyam, pesan berantai itu mencatut nama Ikatan Dokter Indonesia (IDI) sebagai pemberi pernyataan. Padahal, IDI sudah menegaskan tidak pernah mengeluarkan daftar minuman penyebab kanker seperti yang tersebar.

Dalam keterangan resminya yang dimuat di situs Kementerian Komunikasi dan Digital, IDI menegaskan bahwa nama dokter yang disebut dalam pesan tersebut bahkan tidak terdaftar sebagai anggota.

Setiap rilis resmi IDI, lanjut mereka, hanya dikeluarkan lewat kanal resmi—lengkap dengan kop surat dan tanda tangan pengurus.

Jangan Asal Sebar, Bisa Kena UU ITE

Perlu diingat, menyebarkan informasi palsu bukan cuma soal moral, ada hukumnya. UU ITE Pasal 28 ayat 1 menyebutkan bahwa siapa pun yang dengan sengaja menyebarkan hoaks yang bisa menyesatkan publik, bisa dipidana hingga 6 tahun penjara atau didenda sampai Rp 1 miliar.

“Sehat itu bukan cuma soal makan dan olahraga. Menjaga pikiran dari informasi menyesatkan juga bagian dari gaya hidup sehat,” tutup dr. Gia.

Kalau kamu menerima pesan berantai mencurigakan, langkah terbaik adalah periksa ke sumber resmi. Cek ke situs BPOM, WHO, atau konsultasi langsung dengan tenaga medis.

Jangan sampai niat hidup sehat malah jadi bumerang karena percaya info menyesatkan.