Saat ini cukup banyak orang menggunakan istilah “antisosial” untuk berbagai kegiatan dan kepentingan, tanpa memahami apa itu sebetulnya antisosial.
Antisosial merupakan istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan perilaku seseorang yang cenderung menolak atau melanggar norma-norma sosial yang ada dalam masyarakat. Ini bukan sekadar tentang sifat pemalu atau kesulitan bergaul, melainkan lebih kepada tindakan yang menunjukkan kurangnya pertimbangan terhadap hak atau perasaan orang lain.
Ini juga bisa berkaitan dengan Gangguan Kepribadian Antisosial, yang dikenal dalam dunia medis dan psikologi. Ya, antisosial dalam konteks tertentu bisa termasuk gangguan jiwa, khususnya ketika mengacu pada Gangguan Kepribadian Antisosial (Antisocial Personality Disorder, ASPD). ASPD adalah kondisi kesehatan mental yang di karakteristikkan oleh pola perilaku yang menentang dan meremehkan hak-hak orang lain. Ini sering termasuk perilaku yang manipulatif, penipuan, dan seringkali melanggar hukum. Individu dengan ASPD sering menunjukkan kurangnya empati dan penyesalan atas tindakan mereka.
Namun, penting untuk membedakan perilaku antisosial secara umum dengan Gangguan Kepribadian Antisosial. Tidak semua perilaku antisosial menandakan adanya gangguan jiwa. Misalnya, remaja mungkin menunjukkan perilaku antisosial sebagai bagian dari pemberontakan atau eksplorasi identitas, yang tidak selalu mengarah pada diagnosa gangguan jiwa.
Diagnosa Gangguan Kepribadian Antisosial biasanya hanya diberikan oleh profesional kesehatan mental yang berkualifikasi setelah evaluasi menyeluruh, dan biasanya tidak diberikan kepada individu di bawah usia 18 tahun. Kriteria untuk diagnosa ini mencakup pola perilaku yang berkelanjutan dan bukan hanya insiden atau fase sementara.
Gejala Antisosial Apa Saja?
Gejala antisosial bisa beragam, tapi umumnya meliputi:
- Kesulitan dalam mematuhi hukum dan norma.
- Menunjukkan perilaku yang menipu, menggunakan kebohongan atau penipuan untuk keuntungan pribadi.
- Impulsif dan gagal merencanakan ke depan.
- Mudah marah dan agresif, sering terlibat dalam perkelahian atau serangan.
- Abaikan keselamatan diri sendiri atau orang lain.
- Tidak menunjukkan penyesalan atau rasa bersalah atas tindakan yang menyakiti orang lain.
Penyebab gangguan antisosial juga bisa beragam, termasuk hal berikut ini:
- Faktor genetik yang mungkin mempengaruhi perkembangan otak.
- Lingkungan keluarga yang tidak stabil atau kasar.
- Sejarah trauma atau penelantaran di masa kecil.
- Faktor sosial dan lingkungan, seperti pergaulan dengan kelompok yang memberikan pengaruh buruk.
Perbedaan Antisosial dan Asosial
Perlu kamu pahami, antisosial dan asosial itu berbeda. Seseorang yang asosial cenderung menghindari interaksi sosial karena ketidaknyamanan, kecanggungan, atau preferensi pribadi, tanpa niat untuk melanggar norma atau menyakiti orang lain. Sementara antisosial lebih berkaitan dengan perilaku yang secara aktif menentang atau meremehkan norma sosial tertentu.
Perilaku antisosial bisa berdampak negatif pada lingkungan sosial. Ini dapat menciptakan suasana yang tidak nyaman, ketakutan, atau bahkan trauma bagi orang lain. Dalam skala yang lebih luas, hal ini bisa mengganggu ketertiban umum dan mengikis kepercayaan dalam komunitas.
Cara Mengatasi Antisosial
Mengatasi antisosial membutuhkan pendekatan yang komprehensif, melibatkan diri kamu, keluarga, dan kadang profesional kesehatan mental. Beberapa cara yang bisa kamu lakukan:
- Terapi psikologis. Konseling atau terapi perilaku dapat membantu memahami dan mengubah pola pikir dan perilaku antisosial.
- Pendidikan dan pelatihan keterampilan sosial. Belajar bagaimana berinteraksi dengan cara yang lebih sehat dan konstruktif.
- Dukungan keluarga dan teman. Lingkungan yang mendukung bisa sangat membantu dalam proses perubahan.
- Pengobatan. Dalam beberapa kasus, obat-obatan bisa digunakan untuk mengelola gejala tertentu, seperti agresivitas atau masalah kesehatan mental lainnya.
- Introspeksi dan kesadaran diri. Mengenali dan menerima bahwa kamu mungkin memiliki perilaku antisosial adalah langkah penting dalam perubahan.
Menghadapi perilaku antisosial bukan hal yang mudah, baik bagi yang mengalaminya maupun bagi orang-orang di sekitarnya. Namun, dengan pemahaman, dukungan, dan bantuan yang tepat, perubahan ke arah yang lebih positif sangat mungkin terjadi.