Bisnis Jamu di Usia Muda, “Investasi Yang Paling Berharga Adalah Kesehatan”

bahan baku jamu

Tunjung Oktaviarti, Owner Tjamoe 

Gen Z We Young We Care: Part 3

Tunjung Oktaviarti, Gen Z yang sukses besarkan usaha jamunya sendiri dengan tetap mempertahankan orisinalitas bahan baku. “Yang saya pakai air murni (ekstrak) langsung tanpa tambahan apapun. Semua formula racikan jamu juga saya cari sendiri berdasarkan ilmu yang saya dapat dari kuliah,” kata Tunjung.

Tunjung Oktaviarti
Tunjung Oktaviarti (Foto: Instagram@tunjungoktavi_n)

Lurus dari Jurusan Jamu

Tunjung menguasai ilmu tentang jamu karena ia memang lulusan dari Politeknik Kementrian Kesehatan Surakarta jurusan Jamu. Gadis berusia 21 tahun ini mengaku sudah sangat tertarik mempelajari tentang tanaman herbal, bahan utama pembuatan jamu sejak duduk di bangku SMK.

Hal ini tak lepas dari kesukaannya minum jamu setiap hari. “Sejak kecil saya sudah minum jamu. Awalnya gak suka karena rasanya pahit banget tapi waktu itu dipaksa orangtua minum jamu cekokan (untuk menambah nafsu makan). Kemudian saya juga suka lihat ibu saya rutin minum jamu kunyit asem. Kalau ada penjual jamu gendong lewat depan rumah, saya suka dibeliin jamu beras kencur. Saya jadi terbiasa minum jamu beras kencur setiap hari,” cerita Tunjung kepada Goodlife.

Karena suka minum jamu setiap hari, Tunjung pun memutuskan sekolah di SMK jurusan Farmasi. Di sana ia mendapat pelajaran tentang tanaman-tanaman herbal. 

“Saya tertarik sama pelajaran itu, karena tertarik mengetahui kandungan-kandungan tanaman herbal, tanaman yang jadi bahan baku jamu, minuman herbal yang setiap hari saya minum,” ujar Tunjung.

Setelah lulus SMK, Tunjung belum mengetahui ada jurusan jamu. “Kemudian ayah saya yang memberitahu soal Jurusan Jamu di Politeknik Kementrian Kesehatan. Sama ayah saya disuruh masuk ke situ ‘ini bagus nih sesuai passion kamu, sesuai sama keinginan kamu mempelajari lebih dalam tentang tanaman dan khasiatnya’.”

Tunjung Sedang meracik jamu
Tunjung Sedang meracik jamu (Foto: Tunjung)

Jamu Serbuk Bisa Tahan Lama

Selama kuliah Tunjung mempelajari tentang kandungan kimia dalam berbagai tanaman herbal, proses penanamannya, proses pengeringan, dan menganalisa kandungan kandungan zat aktif dari tanaman-tanaman itu.

Di semester akhir, ia kemudian mendapat mata kuliah tentang kewirausahaan. “Karena sejak awal kuliah saya berniat buka usaha, kewirausahaan jadi mata kuliah favorit saya,” aku Tunjung. Tunjung tertarik membuka wirausaha karena merasa lebih baik punya usaha sendiri daripada menjadi karyawan di perusahaan orang lain. 

“Menurut saya punya usaha sendiri better dibanding bekerja sebagai karyawan di suatu instansi karena dari usaha sendiri, kita dapat lebih banyak mengeksplor kemampuan kita. Kita juga bebas memilih bagaimana kita bekerja, kita bisa menentukan visi dan tujuan kita sendiri. Tentunya jika kita bekerja sesuai dengan kesukaan kita, pasti kita akan melakukan hal yang terbaik untuk pekerjaan kita,” kata Tunjung yang membuka brand jamu tradisional sendiri dengan nama Tjamoe dan kini sudah memiliki 10 orang karyawan.

Jiwa kewirausahaan Tunjung ternyata bukan didapat turunan kedua orangtuanya. Sang ayah adalah guru SMP dan ibunya adalah ibu rumah tangga.

“Saya banyak belajar dari teman-teman yang sudah lebih dahulu berjualan online. Saya juga cari-cari sendiri formula jamu Tjamoe dengan cara membeli jamu dari toko online lain atau penjual di pasar kemudian saya coba, saya rasakan kurang apa. Kemudian saya ramu sendiri formula yang pas menurut saya dan sesuai dengan ilmu yang saya dapat dari kuliah.”

Wedang uwuh Tjamoe
Foto: Instagram@tjamoe

Sampai saat ini Tjamoe milik Tunjung sudah mengeluarkan 6 varian jamu godog dan 7 varian jamu serbuk seperti wedang uwuh, jamu ijo, jamu singset, jamu serbuk beras kencur, empon-empon, temulawak, jahe merah, dan daun kelor.

Jika beberapa jamu lainnya dijual sudah dalam bentuk siap minum, Tunjung justru memilih tetap menjual jamu dalam bentuk serbuk dan bahan kering untuk jamu godog.

“Karena menurut saya kalau cair itu pengirimannya juga susah, jangka waktu penyimpanannya juga pendek. Kalau jamu serbuk kan bisa tahan 4-5 bulan jadi dalam proses pengiriman mudah, gak takut tumpah dan bisa disimpan dalam jangka waktu lama di rumah,” ujar Tunjung.

Andalkan Gadget dan Penjualan Online

beras kencur Tjamoe
Foto: Instagram@tjamoe

Sebagai Gen Z, yang lahir dan besar dengan akses internet mudah, Tunjung juga gak pernah lepas dari gadget dan koneksi internet. Namun ia lebih memilih memanfaatkan gadget dan internet untuk membesarkan usahanya.

Sejak awal, ia memang memfokuskan penjualan secara online. Ia pun memasarkan @tjamoe di Instagram dan Facebook serta beberapa marketplace.

“Kalau orang lain bisa memanfaatkan gadget untuk wirausaha, kenapa saya enggak? Saya mulai berpikir lagi, zaman ini sudah ada platform sosmed, marketplace, kenapa gak saya masuk ke situ. Apalagi sejak pandemi ini, semua serba online,” kata Tunjung yang menyebutkan omzet Tjamoe Rp. 5-15 juta per bulan dan naik sekitar 80% selama pandemi ini.

Selain mensupervisi proses pembuatan jamunya, Tunjung juga yang memegang akun sosial media Tjamoe. “Saya yang foto, bikin caption, IG Story, semua saya kerjakan sendiri. Jadi setiap hari setiap waktu saya pasti pegang gadget,” ungkapnya.

Ingin Gen Z Lebih Sehat

Tunjung bercerita bahwa salah satu tantangan memasarkan jamu adalah masih banyak, terutama teman-teman sebayanya yang menganggap jamu sebagai obat.

“Jadi tantangan kita bagaimana mengangkat jamu itu sebagai minuman keseharian. Makanya kita mainnya (jualan) di Instagram. Sekalian edukasi ke teman-teman anak muda lain bahwa minum jamu itu untuk pencegahan penyakit yang mungkin akan timbul di kemudian hari. Dengan minum jamu, kita bisa cegah penyakit yang mungkin akan timbul nanti, biar kita lebih sehat di masa tua,” kata Tunjung. 

Tunjung punya pesan nih untuk Sahabat Goodlife.

“Mulai sekarang harus hidup lebih sehat, salah satunya dengan minum jamu, berolahraga, dan pola pikir yang lebih sehat juga. Karena kalau kesehatan tidak dijaga dari sekarang, bagaimana nanti sepuluh tahun kemudian atau ketika kita sudah tua. Jadi mulailah memperhatikan kesehatan dari sekarang.”

Nah, sebelum menyesal, yuk Sahabat Goodlife jaga kesehatan mulai dari saat ini. Seperti kata Tunjung bahwa investasi yang paling berharga adalah kesehatan. (Sri Isnaeni)