Cek Dulu! Ini Pentingnya Vaksin Covid-19 untuk Anak

Berbagai upaya untuk meredam penyebaran virus Covid-19 sudah dilakukan, salah satunya adalah dengan pemberian vaksin secara gratis termasuk untuk anak usia 12 hingga 17 tahun. Tapi, apakah vaksin untuk anak ini berbeda dengan yang diberikan untuk orang dewasa? Bagaimana dengan efek sampingnya?

Menyoroti pentingnya pemberian vaksin untuk anak, Goodlife bersama Rumah sakit St. Carolus Jakarta mengadakan sesi IG live Health Talk dengan tema “Pentingnya Vaksin Covid-19 pada Anak” yang akan diadakan pada Rabu 14 Juli  2021 di akun Instagram @_goodlifeid_ dan @rscarolusjakarta dengan narasumber dr. Jeanne Laurensie Sihombing, SpA dari Rumah Sakit St. Carolus Jakarta.

dr. Jeanne Laurensie Sihombing, SpA. (Foto: Dok. Rumah Sakit St. Carolus Jakarta)

Bahayanya Covid-19 pada Anak

Banyak yang menganggap bahwa anak-anak yang terinfeksi virus Covid-19 hanya mengalami gejala ringan dan tidak berbahaya. Namun, sebetulnya menurut dr. Jeanne hal ini adalah keliru. 

“Akhir-akhir ini justru banyak juga anak yang positif Covid-19 dengan gejala ringan sampai sedang,” terang dr. Jeanne. “Ini juga bisa jadi sumber penularan, karena kalau anak sakit pasti didampingi orang tuanya. Belum lagi di Indonesia ini biasanya sistem keluarga bertingkat, jadi selain orang tua ada kakek-neneknya juga,” tegasnya.

Menurut dr. Jeanne, sampai Juni 2021 saja anak-anak (usia 1-18 tahun) yang positif terinfeksi Covid-19 sudah mencapai 12.6% atau sekitar 270.000 anak. Sedangkan tingkat kematiannya sendiri mencapai 1.2%

Fasilitas kesehatan untuk anak juga tidak seperti orang dewasa. Biasanya, rumah sakit memiliki kapasitas rawat inap untuk anak yang jumlahnya lebih sedikit dari rawat inap dewasa. “Anak juga butuh ruang ICU untuk anak yang jumlahnya terbatas. Tidak semua dokter bisa menangani sakit pada anak. Ini masalahnya, kalau anak sakit sekarang mau ditaruh dimana?” terang dr. Jeanne.

Itu sebabnya penularan Covid-19 pada anak tidak boleh diremehkan dan dianggap biasa saja. Untuk saat ini cara pencegahan terbaik adalah menjalankan protokol kesehatan dengan baik dan melakukan vaksinasi.

“Anak-anak juga harus diajarkan dan dibiasakan pakai masker. Caranya harus dicontohkan oleh orang tuanya dulu, karena anak-anak adalah pencontoh yang baik dan bukan pendengar yang baik. Kalau orang tua pakai masker, nanti anaknya juga akan mengikuti,” terang dr. Jeanne.

Vaksin Covid-19 untuk Anak

Saat ini Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) sudah mengeluarkan kebijakan untuk menggunakan vaksin Sinovac untuk pemberian kepada anak usia 12 hingga 17 tahun. “Ini sudah ada uji klinisnya dan memang aman digunakan untuk anak dengan pemberian vaksin sebanyak 2 kali masing-masing 0.5 mililiter dengan jarak waktu 1 bulan dengan vaksin berikutnya,” terang dr. Jeanne.

Namun begitu, dr. Jeanne juga menegaskan kalau apa yang dilakukan IDAI juga telah diatur oleh pemerintah. Jadi, tidak tertutup kemungkinan kalau nantinya vaksin dengan jenis lainnya juga direkomendasikan untuk anak.

“IDAI sangat berhati-hati dalam membuat keputusan. Itu sebabnya diperlukan fase-fase uji klinis,” terang dr. Jeanne.

Yang perlu mendapat perhatian juga adalah bahwa tujuan dari vaksin secara umum adalah untuk menghindari seseorang terkena cacat atau meninggal akibat terserang suatu penyakit. Karena imun dalam tubuh sudah bisa mengenali penyakit yang masuk lebih dulu.

Vaksin untuk anak juga harus melalui berbagai fase uji klinis yang berbeda dari vaksin orang dewasa. (Foto: pexels.com)

“Pada akhirnya memang diharapkan penyakitnya akan punah sendiri, tapi itu nanti kalau sekian banyak orang sudah diberikan vaksin,” terang dr. Jeanne.

Vaksin Covid-19 pada anak saat ini diketahui tidak memberikan efek samping yang cukup parah. “Sampai saat ini belum ada laporan, kecuali rasa nyeri pada lengan yang disuntik. Bahkan laporan demam pun tidak ada,” kata dr. Jeanne.

Dalam sesi Health ini juga banyak masalah lain seputar penularan Covid-19 akhir-akhir ini, seperti:

Benarkah Covid-19 varian delta bisa menular saat hanya berpapasan saja dengan orang lain?

Betul. Tingkat virulensi varian delta memang cukup tinggi. Ini juga yang menjadi perhatian mengapa akhir-akhir ini banyak penderita pada usia anak-anak. “Jadi bagi orang tua yang baru pulang dari bekerja, sebaiknya juga jangan memegang anaknya dulu dan langsung mandi serta semua pakaian harus dicuci,” tegas dr. Jeanne.

Ibu menyusui yang mendapatkan vaksin, apakah kekebalannya bisa menurun pada bayinya?

Tentu bisa, kekebalan dari ibu bisa diturunkan pada bayi, terutama apabila bayinya juga mengkonsumsi ASI. 

Bagaimana bila vaksin kedua tidak tepat waktu atau terlambat dari jadwalnya?

Pemberian vaksin pertama bertujuan agar tubuh mulai mengenal virus baru yang menjadi ancaman. Dari sini, imun pada tubuh akan terbentuk menjadi lebih baik dan akan menjadi seperti yang diharapkan bila mendapat vaksin kedua dengan tepat waktu. “Terlambat pada vaksin kedua efeknya adalah imun yang terbentuk tidak seperti yang seharusnya,” terang dr. Jeanne.

Efikasi vaksin pada anak apakah sama dengan orang dewasa?

Vaksin Sinovac yang digunakan untuk anak sudah mengalami uji klinis yang diperlukan dan hasilnya adalah vaksin pada anak diketahui memiliki efikasi sampai 96.8%. Tentu ini lebih baik dari orang dewasa yang efikasinya mencapai 65%.

Efikasi vaksin pada anak yang bisa mencapai 96.8%. (Foto: pixabay.com)

Apakah bisa ada alergi setelah vaksin pada anak?

Risiko itu tetap ada. Itu sebabnya vaksin yang diberikan pada anak harus melalui penelitian yang berbeda. “Itu juga sebabnya kenapa ada pengecekan KIPI juga untuk memantau kondisi anak selama 30 menit setelah vaksin,” terang dr. Jeanne.

Kapan vaksin untuk anak dibawah 12 tahun dimulai?

Saat ini vaksin untuk usia dibawah 12 tahun sedang diteliti lebih lanjut. “Mudah-mudahan dalam waktu dekat ini sudah bisa diluncurkan vaksinnya,” kata dr. Jeanne.

Nah, bagi Sahabat Goodlife yang ingin menyimak secara lengkap sesi Health Talk bisa mengakses akun Instagram @rscarolusjakarta untuk menyaksikannya di IGTV.