Gunakan Banyak Rempah, Makanan Tradisional Indonesia Ternyata Sehat

sate

Tidak bisa dipungkiri jika salah satu alasan lezatnya aneka makanan tradisional Indonesia adalah karena menggunakan ramuan berbagai jenis bumbu rempah. Untuk satu jenis masakan tradisional saja, paling sedikit menggunakan 4-5 jenis rempah.

Menurut Kumoratih Kushardjanto, Executive Director Negeri Rempah Foundation, tanaman rempah memang tumbuh sangat subur di Indonesia.

“Menurut data dari Plant Resources of South-East Asia, sekitar 400-500 spesies rempah yang sudah teridentifikasi dalam skala global, setidaknya ada 275 spesies tanaman rempah yang tumbuh di Asia, termasuk Indonesia,” kata Ratih saat ngobrol bersama Goodlife.

Kumoratih Kushardjanto, Executive Director Negeri Rempah Foundation
Kumoratih Kushardjanto, Executive Director Negeri Rempah Foundation (Foto: Kumoratih Kushardjanto)

38 Jenis Rempah Dalam Satu Masakan

Makanya, gak heran jika makanan tradisional di berbagai daerah di Indonesia juga dimasak menggunakan rempah-rempah beraneka macam. Bahkan sampai ada yang menggunakan hampir 40 jenis rempah untuk satu jenis makanan tradisional.

“Kalau buat saya, makanan berempah yang luar biasa menarik dan saya suka banget, comfort food buat saya, itu tabu moitomo (makanan khas Gorontalo, Sulawesi Utara yang memiliki nama lain Kuah Bugis). Ada 38 rempah yang dimasukkan untuk membuat tabu moitomo, mulai dari kayu manis, cengkeh, kunyit, jahe, ketumbar, jinten. Kuahnya berwarna hitam bukan dari kluwek tapi dari kelapa yang disangrai. Rasanya sangat rich, gurih, dan sangat enak,” cerita Ratih.

Menurut Ratih, semua makanan tradisional Indonesia memang menggunakan rempah. “Tapi menurut saya, ada lebih dari 30 rempah dalam satu masakan, itu luar biasa menarik. Meski terbuat dari berbagai macam rempah, rasanya menyatu dan sangat lezat.”

Tabu moitomo hanya salah satu dari sekian banyak makanan khas daerah yang menggunakan banyak rempah. Makanan tradisional lainnya yang juga menggunakan banyak jenis rempah sebagai bumbunya antara lain rendang, coto Makassar, mi Aceh, rawon, soto Banjar, atau sambal goreng.

“Artinya, bahwa seni kuliner nusantara itu bumbunya memang sudah kaya. Bahkan makanan sesederhana sayur bening aja pakai rempah, sayur sop ada rempahnya juga. Semua masakan Indonesia tidak terlepas dari rempah,” ujar Ratih yang juga seorang dosen ini.

lada bumbu sup

Kaya Rempah Bikin Sehat

Melihat banyaknya rempah yang dipakai pada makanan tradisional Indonesia membuat makanan tersebut memiliki khasiat kesehatan bagi tubuh. Setiap satu jenis rempah saja sudah memiliki khasiat bagi kesehatan.

Misalnya kunyit bermanfaat untuk melawan peradangan yang menyebabkan berbagai penyakit kronis, kayu manis si pengendali gula darah, biji pala melawan radikal bebas, jahe si penghangat tubuh dan pereda mual, ketumbar berpotensi menjaga kesehatan jantung, cengkeh melawan bakteri dan bisa menjaga kesehatan mulut, hingga serai yang bisa menurunkan kolesterol dan asam jawa yang bisa memperlancar sistem pencernaan.

rendang

Sahabat Goodlife pasti sudah terbayang dong bahwa dengan aneka rempah yang dipakai tadi tentu makanan khas Indonesia menyehatkan.

Sayangnya, tak sedikit juga yang beranggapan makanan tradisional Indonesia kurang sehat karena menggunakan minyak atau santan. Hal ini juga gak luput dari perhatian Ratih, sebagai founder Negeri Rempah Foundation yang mendirikan yayasan tersebut dengan tujuan agar masyarakat  semakin mengenal dan mencintai rempah Indonesia, yang dahulu kala pernah menjadi komoditas utama negara ini.

“Saya juga pernah bertanya pada salah satu teman yang melakukan penelitian. Misalnya di Minang, Sumatra Barat. Kuliner di sana bumbunya kaya rempah, seperti rendang. Ada yang bilang ‘kok kalau mereka pola makannya seperti itu (suka makan rendang) sejak dulu dari masa ke masa tapi mereka gak pernah punya masalah dengan kolesterol dan penyakit-penyakit lainnya.’ Teman saya yang melakukan pengamatan tadi pernah dengar bahwa justru penangkalnya ada di dalam bahan rempah-bahan yang sudah diramu dalam bumbu masakan itu.”

Ratih kemudian sempat bertanya pada dokter tentang hal ini. “Kolesterol segala macam, sebetulnya itu mulai terjadi ketika gaya hidup kita mulai berubah. Kalau orang dulu kan habis makan yang seperti itu, sudah tertangkal oleh rempah yang juga sudah menjadi bagian dari masakan itu, jadi lebih sehat. Kemudian gaya hidupnya juga masih mencangkul ke sawah, masih jalan kaki, jadi balance,” pungkasnya.

Gaya hidup itu tentu sudah sangat berbeda dengan kehidupan di zaman sekarang, yang sangat kurang bergerak karena bekerja di belakang meja dan duduk sepanjang waktu. “Kita jadi gak banyak bergerak. Perubahan itu akhirnya juga terkait bagaimana kita bergerak, beraktivitas, kita jarang berolah raga. Padahal yang kita makan sama, tapi efeknya berbeda karena perubahan pola hidup tadi,” jelas Ratih.

Ratih berharap semakin banyak orang yang mencintai makanan tradisional yang kaya rempah, akan menimbulkan ketertarikan untuk mereka semakin mengenal dan mempelajari tentang sejarah jalur rempah, di mana Indonesia pernah menjadi poros perdagangan rempah di masa lampau. Apalagi jalur rempah ini akan dinominasikan sebagai warisan dunia. “Itu menjadi challenge semua orang di Indonesia untuk belajar lagi agar rempah jadi tuan rumah di negerinya sendiri,” ujar Ratih. (Sri Isnaeni)