Jangan Dimarahi! Ini Cara Tepat Dampingi Anak Hiperaktif

Anak-anak memang umumnya lebih aktif bergerak. Namun jika anak-anak bersikap terlalu aktif atau hiperaktif, akan membuat orang tua kerepotan dan bahkan khawatir.

Anak yang aktif dan ceria memang menjadi salah satu tanda bahwa tumbuh kembangnya berjalan dengan baik. Beberapa orang bahkan beranggapan hiperaktif menunjukkan anak tersebut memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi.

Namun, anak yang terlalu energik dan tidak bisa diam, pasti cukup membuat orangtua khawatir. Karena bagaimanapun, anak-anak tetap harus dilatih untuk tertib dan bisa mengendalikan emosi mereka.

Kondisi ini disebut dengan hiperaktif, yaitu kondisi dimana anak terus bergerak aktif tanpa terbatas waktu, situasi dan suasana di sekitarnya.

Anak yang hiperaktif kadang membuat orang tua jadi kerepotan (Foto: Xframe)

Penyebab Anak Bersikap Hiperaktif

Anak yang hiperaktif sering dikira mengalami Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), gangguan mental yang menyebabkan anak sulit memusatkan perhatian, terus bergerak, dan berlaku impulsif. Padahal tidak selalu anak yang hiperaktif mengalami ADHD.

Anak dengan ADHD sering mengalami kesulitan memproses informasi, sulit mengatur emosi mereka yang dapat mengganggu hubungan sosial. Untuk mendiagnosis ADHD diperlukan skrining yang panjang oleh dokter.

Sementara itu, faktor lain yang menyebabkan anak hiperaktif, antara lain:

1.   Stress

Tak hanya orangtua, anak pun bisa merasakan stress dan tertekan. Penyebabnya bisa karena mengalami perubahan lingkungan atau situasi yang tiba-tiba, misalnya pindah rumah, sekolah, atau memiliki adik bayi.

2.   Kurang tidur

Jika orang dewasa cenderung menjadi slow response saat kurang tidur, anak-anak justru menjadi hiperaktif. Hal ini karena tubuh mereka merespon kondisi kurang istirahat dengan membuat lebih banyak hormon kortisol dan adrenalin agar mereka tetap terjaga. Akibatnya mereka justru memiliki lebih banyak energi.

Kurang tidur bisa menjadi penyebab anak jadi hiperaktif (Foto: Xframe)

3.   Kondisi medis

Beberapa kondisi medis tertentu bisa menyebabkan anak hiperaktif, misalnya hipertiroidisme, yaitu kondisi ketika kelenjar tiroid terlalu aktif sehingga menghasilkan terlalu banyak hormon, yang bisa memicu anak hiperaktif dan tak bisa diam.

4.   Kurang perhatian dari orang tua

Terkadang anak jadi hiperaktif karena hanya ingin mendapatkan perhatian orang tuanya. Kurang perhatian dari orangtua membuat anak tidak nyaman karena merasa diabaikan. Di sisi lain, anak juga membutuhkan perhatian orang tua layaknya mendapat teman bermain yang menyenangkan. Itu sebabnya mereka akan berusaha mencari perhatian agar merasa lebih nyaman.

Cara Mendampingi Anak Hiperaktif

Lalu, apakah hiperaktif itu baik bagi anak? Pada beberapa tingkatan, hiperaktif dianggap normal dan wajar karena menunjukkan mereka berkembang dengan baik. Namun jika hiperaktif anak dipicu oleh salah satu penyebab di atas, maka faktor pemicunya itu yang harus dihilangkan.

Sementara, jika anak hiperaktif karena memang menunjukkan antusias yang tinggi atau menyalurkan energi mereka yang melimpah, maka berikut ini cara yang bisa kamu lakukan untuk mendampinginya.

1.   Salurkan energi mereka

Sangat penting bagi anak hiperaktif untuk menyalurkan semua energi yang mereka punya. Salurkan energi mereka dengan kegiatan yang terstruktur, misalnya alih-alih membiarkan mereka berlarian tanpa arah, mintalah anak untuk berlari bolak-balik di antara dua titik sambil mengambil dan meletakkan bendera atau mainan.

Kegiatan lain yang bisa menyalurkan energi mereka:

  • Melibatkan anak pada kegiatan membersihkan rumah
  • Mengajak anak berjalan-jalan atau bermaini di luar ruangan
  • Bermain bola selama beberapa menit di luar ruangan
Waktu tenang bisa diisi dengan aktivitas yang mengasah otak (Foto: Xframe)

2.   Tentukan waktu tenang

Selain menyalurkan energi mereka, sediakan juga waktu tenang. Bicarakan pada anak bahwa ada aturan di rumah tentang adanya waktu tenang, yaitu waktu dimana aktivitas fisik tidak boleh berlebihan.

Tentukan waktu tenang dan durasinya setiap hari. kamu bisa isi waktu tenang ini dengan menemani anak membaca buku, mendengarkan lagu-lagu yang membuat anak lebih rileks, atau memainkan permainan yang lebih membutuhkan otak daripada aktivitas fisik seperti mencari perbedaan dari dua gambar, mencocokan gambar dan tulisan, atau menggambar.

Bila perlu, meredupkan lampu serta jauhkan semua gangguan seperti gadget atau layar televisi yang menyala selama waktu tenang.

3.   Mengatur rutinitas harian

Menyiapkan rutinitas untuk anak sangat penting agar membantu anak disiplin dan terbiasa dengan aktivitas apa saja yang harus dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan. Kamu bisa memulainya dengan membuat program aktivitas harian, seperti jalan pagi, sarapan, mandi, bermain di dalam rumah, makan siang, istirahat, main di luar dan seterusnya.

4.   Beri penghargaan

Jika anak berhasil melakukan tugasnya dengan tertib, beri penghargaan, bisa berupa kalimat positif, pelukan, atau sekadar tepuk tangan. Dengan begitu, anak akan merasa bangga pada dirinya dan menjadi lebih tenang.

Jangan menganggap bahwa anak hiperaktif adalah anak yang nakal. Anggapan keliru ini justru sering membuat anak jadi makin stress karena selalu disalahkan atas banyak hal yang berkaitan dengan aktivitasnya. 

Memiliki anak hiperaktif memang dapat melelahkan, namun memarahi anak justru akan membuat mereka lebih cemas dan jadi lebih tidak tenang yang semakin memicu sikap hiperaktifnya.