Siapa sih yang tak ingin sukses? Namun beberapa orang justru merasa cemas bila meraih kesuksesan dan bahkan merasa kesuksesan itu tidak pantas didapatkannya.
Mampu meraih kesuksesan dan dapat menikmati seluruh hasilnya tentu adalah hal yang diimpikan oleh banyak orang di dunia ini. Namun, ada sejumlah orang yang merasa bahwa mereka tidak pantas mendapatkan hasil dari kesuksesan tersebut dan malah merasa cemas. Orang tersebut kemungkinan adalah pengidap impostor syndrome.
Mengenal Impostor Syndrome
Impostor syndrome adalah suatu situasi dalam psikologis di mana seseorang merasa bahwa ia tidak pantas untuk mendapatkan kesuksesan yang ia raih dan tidak se-luar biasa yang terlihat oleh orang lain.
Pengidap sindrom ini akan selalu waspada dan ketakutan bila suatu hari orang lain menganggapnya penipu karena mereka menganggap kesuksesan dan kelebihan yang mereka miliki bukanlah jati diri mereka yang sebenarnya dan mereka bukanlah siapa-siapa.
Kendati demikian, kondisi ini cukup umum ditemui di masyarakat dan tidak termasuk dalam kategori gangguan mental.
Gejala Impostor Syndrome
Impostor Syndrome kerap kali muncul pada orang-orang yang berambisi tinggi dan mematok standar kesuksesan yang cukup tinggi. Namun mereka tetap merasa bahwa pencapaian mereka hanyalah kebetulan semata.
Gejala yang dapat timbul dari sindrom ini adalah:
- Mudah cemas
- Memiliki tingkat percaya diri yang rendah
- Tidak dapat menilai kelebihan dan kemampuan diri secara objektif
- Memiliki sifat cenderung perfeksionis
- Mudah merasa kecewa, frustrasi, dan depresi apabila tidak mampu mencapai target atau standar yang diterapkan
- Merasa kesuksesan yang diraih adalah kebetulan semata dan atau karena faktor eksternal
Sindrom ini biasanya timbul pada orang yang tumbuh dalam keluarga yang menekankan prestasi dan pencapaian atau lingkungan yang kompetitif serta mendapatkan peran baru, contohnya fresh graduate yang baru memasuki dunia kerja.
Pencegahan Impostor Syndrome
Impostor syndrome yang tidak berusaha ditangani dapat menyebabkan gangguan kecemasan dan depresi walaupun tidak termasuk dalam gangguan mental. Terdapat beberapa cara untuk mencegah dan menghadapi impostor syndrome, di antara lain adalah sebagai berikut.
Mengenali diri sendiri
Belajar untuk mengenali diri sendiri dapat membantu seseorang untuk mengetahui apa saja kelebihan dan kekurangan dalam dirinya, sehingga kita dapat mencoba untuk meningkatkan kelebihan dan menekan kekurangan yang ada. Selain itu, mengenali kelebihan diri sendiri dapat membantu kita untuk menyadari bahwa kita memang terkualifikasi untuk melakukan tugas yang berkaitan dengan kelebihan kita.
Menyadari perasaan
Kita dapat belajar untuk menyadari perasaan yang timbul dalam diri kita salah satunya dengan cara menuliskan perasaan negatif seperti keraguan dan ketidakmampuan pada catatan disertai dengan alasan dari perasaan tersebut.
Dengan begitu, kita dapat secara perlahan mempertanyakan dan menyadari bahwa terdapat perasaan-perasaan negatif yang ternyata tidak berdasar dan tidak sepadan dengan waktu yang kita pakai untuk memikirkannya lebih lanjut.
Melawan pikiran buruk
Usahakan untuk melawan pikiran buruk yang muncul dengan contohnya positive self-talk untuk menangkal pikiran-pikiran buruk tersebut, contohnya dengan mengingat ingat kembali usaha dan kesuksesan yang telah dicapai selama ini. Sukses yang diraih tentu berkat usaha keras dan usaha inilah yang membuat diri kamu menjadi pantas untuk meraih sukses.
Curhat
Dengan berbicara dan menuangkan perasaan atau isi hati kepada orang yang dipercaya, kita dapat menyadari dan mendapatkan sudut pandang lain dari masalah atau pikiran buruk yang sedang muncul di kepala tanpa takut akan dihakimi.
Mengakui pencapaian dan memberi self-reward
Mengakui pencapaian dengan contohnya melakukan perayaan kecil seperti makan bersama atas usaha yang telah dilakukan dan hasil yang baik, kita dapat berlatih untuk melawan pikiran negatif yang membuat kita merasa tidak pantas dengan pencapaian yang diperoleh.
Berlatihlah juga untuk tidak menolak atau menyangkal orang yang memberi selamat atau pujian atas kesuksesan kita. Selain itu, kita juga dapat menanyakan umpan balik atau hal-hal apa saja yang dirasa orang tersebut baik dari diri kita untuk mengetahui bagaimana performa diri kita yang sesungguhnya.
Ingat, keberhasilan dan kesuksesan yang kita capai dengan usaha yang telah dilakukan dan diperjuangkan tentu bukan semata-mata karena faktor “hoki” saja. Jadi, jangan sampai impostor syndrome menghambat perkembangan diri kita dan jangan lupa untuk berkonsultasi dengan tenaga profesional apabila hal tersebut dirasa sudah sangat mengganggu kehidupan sehari-hari.