Mengenal Pod Chocolate, Cokelat Berbasis Nabati Asal Bali

Harus diakui kalau film ‘Charlie and The Chocolate Factory’ membuat orang untuk makin jatuh cinta dengan cokelat. Kisah fantasi pabrik cokelat ajaib itu mengajak penonton menikmati ilustrasi pabrik cokelat lengkap dengan gula-gulanya yang berlimpah. Lalu, apakah cokelat yang lezat harus seperti itu? Tentu saja tidak! Setidaknya Tobby Garrit dan Ida Bagus Namarupa membuktikannya. Tobby dan Gusde (panggilan akrab Ida Bagus Namarupa) memulai sebuah produksi cokelat di Bali pada 2010 dengan nama Pod Chocolate. Cita-citanya sederhana: ingin membuat cokelat kelas premium yang diolah langsung dari petani kakao lokal di Bali. 

Kurangnya Edukasi Tentang Cokelat 

Dalam memproduksi cokelatnya, Pod Chocolate berkomitmen untuk menggunakan kakao dari petani lokal. Itu sebabnya Pod Chocolate kemudian merangkul para petani lokal untuk melihat kualitas kakao mereka secara langsung. 

“Indonesia ini penghasil kakao nomor 3 terbesar di dunia. Tapi petani kakao kita gak bisa bedain mana kakao yang bagus dan kurang bagus,” terang Gusde saat berbincang dengan Goodlife. “Mereka cuma tahu kakao ini ada harganya dan ada yang beli. Itu saja!” lanjutnya. Selain kurangnya edukasi, kenyataan lainnya di lapangan adalah hama yang merajalela dan area perkebunan yang mulai ditinggalkan petani dan menjadi terbengkalai. 

Ida Bagus Namarupa (Gusde), salah satu pendiri Pod Chocolate. (Foto: Pod Chocolate)

Kenyataan kurang menyenangkan inilah yang kemudian membuat Tobby dan Gusde bertekad untuk mengedukasi para petani supaya bisa lebih baik mengelola tanaman kakao. “Kami develop dari hulu selama 2 tahun,” terang Gusde. “Kita ajari petani untuk stop gunakan pestisida dan bahan kimia lainnya,” lanjutnya. 

Para petani juga diajak untuk mengembangkan model pertanian berkelanjutan yang sederhana dan pengelolaan hama yang lebih baik daripada pertanian berbasis bahan kimia. Pod Chocolate juga mengembangkan teknik pasca panen, seperti fermentasi dan teknik pengeringan untuk meningkatkan kualitas biji kakao.

Kerja keras Pod Chocolate tak sia-sia. Dalam dua tahun para petani berhasil meningkatkan hasil panen dengan kualitas yang lebih baik dari sebelumnya. Ini juga memberikan dampak baik pada para petani, yaitu dengan meningkatnya pendapatan mereka. 

Pentingnya Cokelat Plant-Based 

2017 bisa dibilang tahun yang penting bagi Pod Chocolate. Saat itu tim Pod Chocolate mulai mempertimbangkan untuk mengalihkan produksinya ke pembuatan cokelat berbasis nabati atau plant-based. Alasannya sederhana: saat itu produk cokelat, seperti selai mengandung 50% gula dan kandungan lain, seperti minyak sawit yang terbukti memberikan dampak buruk bagi lingkungan. 

“Minyak sawit bertanggung jawab atas kerusakan hutan hujan dan hilangnya habitat orangutan, gajah dan harimau,” menurut situs mereka, podchocolate.com

Sebelumnya, Pod Chocolate memang memproduksi cokelat susu seperti cokelat lainnya. Bahkan karena di Indonesia masih sulit menemukan susu berkualitas premium, mereka harus impor susu sapi dari Australia, Jerman dan Selandia Baru. 

Proses pembuatan cokelat. (Foto:Pod Chocolate)

“Kami ingin cokelat kami lebih sehat,” tegas Gusde. “Penelitian juga sudah buktikan kalau plant-based itu lebih sehat,” lanjutnya. “Selama ini orang Indonesia menganggap cokelat itu cuma camilan yang kurang sehat. Padahal yang gak sehat itu campurannya,” terang Gusde. 

Di Pod Chocolate sendiri, kini menggunakan bahan gula kelapa dan susu nabati sebagai campurannya. Tentu saja ini lebih sehat.

Ini juga yang membuat Pod Chocolate kemudian beralih menggunakan konsep plant-based sepenuhnya dalam memproduksi cokelatnya dan memutuskan untuk lebih optimal menggunakan bahan-bahan nabati khas Indonesia untuk menghasilkan cokelat berkualitas tinggi. “Cashew nut (kacang mede) dari Flores dan Sumba misalnya, itu rasanya luar biasa,” terang Gusde. 

Pola mengkonsumsi makanan berbasis nabati juga diakui Gusde sebagai tren yang sekarang sudah mulai berkembang, terlebih karena pandemi. Menurutnya, sekarang ini orang banyak yang ingin makan makanan sehat, bahkan banyak juga yang belajar menjadi vegan. “Untuk makan sehari-hari saja sekarang banyak yang mencari makanan plant-based. Ini membuktikan kalau plant-based ini penting,” tegas Gusde.

Tak Sekadar Beli Cokelat 

Pod Chocolate menyadari kalau tak semua orang Indonesia suka dengan dark chocolate yang rasanya cenderung lebih pahit. Itu sebabnya tim Pod Chocolate sepakat untuk memberikan edukasi juga bagi pengunjungnya. 

“Orang gak suka dark chocolate itu karena kurang diedukasi saja. Itu sebabnya kalau datang ke sini ada edu-tourism yang mengajak pengunjung untuk kenal lebih jauh tentang kakao,” terang Gusde. 

Konsep edukasi yang menyenangkan ini mengajak pengunjung untuk melihat langsung kebun kakao, cara panennya, mengenal hama kakao, melihat proses roasting di pabrik, memilih biji kakao hingga belajar membuat cokelat sendiri. Dengan cara ini, pengenalan terhadap cokelat jadi lebih efektif hingga akhirnya orang akan mulai menyadari kelezatan dan manfaat dark chocolate. Namun di masa pandemi layanan ini dibatasi aktivitasnya sesuai dengan protokol kesehatan yang berlaku.

Edukasi tetang cokelat. (Foto: Pod Chocolate)

Soal varian, Pod Chocolate kini mengoleksi 33 varian rasa, seperti peppermint, sea salt & cacao nibs, rossela, honeycomb dan lain-lain. Bagi yang suka atau ingin mencoba jenis-jenis dark chocolate, Pod Chocolate juga punya banyak pilihan, seperti 64%, 80% hingga 99% yang disebut dengan ‘The Purist.’ 

Saat ini untuk produk yang jadi favorit adalah cookies & cream, terutama di kalangan orang muda. Sedangkan untuk pembeli berusia 40 tahun keatas cenderung menyukai produk dark chocolate. Salah satu produk yang cukup unik adalah dark chocolate dengan isi sea salt & cacao nibs. Menurut Gusde, cokelat ini bagus untuk orang yang suka olahraga karena kandungan sodium yang ada di dalam garam bisa membantu menstabilkan stamina. 

Gusde mengaku dalam membuat varian rasa semua bergantung pada kebebasan bereksperimen para pembuat cokelat di Pod Chocolate. “Kami selalu buat eksperimen dengan bahan-bahan lokal. Tak ada batasan selama itu tidak berbahaya bagi kesehatan,” tegasnya. 

Nah, bagi Sahabat Goodlife yang akan liburan ke Bali, bisa mampir ke Pod Chocolate yang berlokasi di Jalan Denpasar – Singaraja No. 29, Mengwi; Jalan By Pass Ngurah Rai 25, Sanur; dan Bandara Internasional Ngurah Rai, Terminal Keberangkatan Domestik. 

Tetap sehat ya, Sahabat Goodlife.