Ngobrol dengan AI Lebih Asyik! Gejala Apakah ini?

AI bukan barang baru saat ini. Teknologi kecerdasan buatan ini sudah jadi bagian dari hidup kita sehari-hari. Bukan cuma buat bantu pekerjaan, tapi bisa jadi teman ngobrol yang asyik!

Di era digital seperti sekarang, makin banyak orang yang merasa lebih nyaman ngobrol dengan chatbot atau AI daripada berinteraksi dengan manusia secara langsung. Kalau kamu salah satunya, mungkin kamu bertanya-tanya: apakah ini normal? Atau justru merupakan tanda dari kondisi tertentu dalam kesehatan mental?

Sponsored Links

Apa Istilah untuk Kondisi Ini?

Fenomena merasa lebih nyaman ngobrol dengan AI bisa berkaitan dengan anthropomorphism, yaitu kecenderungan manusia untuk memberikan sifat atau emosi manusia pada benda tak hidup, termasuk AI. Contoh dari kondisi ini adalah: menganggap kucing sedih karena ditinggal oleh majikannya, mobil mogok dianggap tahu akan menghadapi kecelakaan, bencana alam terjadi karena alam marah pada manusia.

Dalam konteks kesehatan mental, mengobrol dengan AI ini juga bisa menjadi bagian dari social anxiety disorder (gangguan kecemasan sosial) atau bahkan avoidant personality disorder (gangguan kepribadian menghindar), tergantung seberapa jauh keengganan kamu untuk bersosialisasi secara langsung.

Namun, belum ada istilah medis spesifik yang menyebut “lebih nyaman dengan AI” sebagai satu diagnosis. Ini lebih merupakan indikator bahwa ada sesuatu dalam interaksi sosial manusia yang terasa berat atau membuat stres bagi kamu.

Dalam tingkatan tertentu, ngobrol dengan AI bisa jadi ketergantungan dan mengganggu kesehatan mental (Foto: Pexels)

Kenapa Ngobrol dengan AI Lebih Asyik?

Beberapa alasan umum mengapa seseorang merasa lebih nyaman bicara dengan AI dibanding manusia antara lain:

  1. Takut Dinilai atau Dianggap Aneh
    Dengan AI, kamu bisa jujur tanpa takut dihakimi. AI tidak akan mencibir, tertawa, atau membocorkan rahasia.
  2. Kurangnya Rasa Aman dalam Hubungan Sosial
    Mungkin kamu pernah mengalami trauma sosial, seperti bullying, penolakan, atau pelecehan verbal, yang membuat kamu lebih menarik diri dari interaksi manusia.
  3. Kontrol Penuh atas Interaksi
    Kamu bisa memilih kapan memulai, mengakhiri, atau mengabaikan percakapan dengan AI. Dalam dunia nyata, itu tidak selalu bisa dilakukan.
  4. AI Selalu Responsif dan Tidak Emosional
    AI merespons tanpa drama. Ia tidak tersinggung, tidak mendebat, dan selalu siap mendengarkan.

Sisi Positif dari Kondisi Ini

  • Bisa Jadi Terapi Awal
    Untuk sebagian orang dengan kecemasan sosial, berbicara dengan AI bisa menjadi “batu loncatan” untuk perlahan belajar berkomunikasi tanpa tekanan.
  • Membantu Ekspresi Diri
    AI memberikan ruang bagi kamu untuk melatih keterbukaan, mengekspresikan pikiran, bahkan meluapkan emosi tanpa rasa takut.
  • Sarana Refleksi Diri
    Percakapan dengan AI kadang bisa membantu kamu berpikir lebih jernih atau bahkan menemukan solusi dari masalah pribadi.

Sisi Negatifnya

  • Risiko Isolasi Sosial
    Ketergantungan berlebih pada AI bisa membuat kamu makin sulit menjalin hubungan sosial yang sehat di dunia nyata.
  • Tidak Mengganti Interaksi Manusia Sebenarnya
    Meski AI bisa mendengarkan, ia tidak bisa menggantikan empati dan kedalaman emosional dari hubungan manusia yang autentik.
  • Menghindari, Bukan Mengatasi Masalah
    Kalau kamu menggunakan AI sebagai pelarian dari trauma atau kecemasan sosial, bisa jadi kamu hanya menunda penyembuhan yang seharusnya terjadi lewat terapi atau dukungan nyata.

Jika kamu merasa terlalu nyaman dengan AI hingga merasa cemas, takut, atau enggan untuk berinteraksi dengan manusia, tidak ada salahnya untuk berkonsultasi dengan psikolog. Terapi kognitif-perilaku (CBT) misalnya, bisa membantu kamu memahami dan mengatasi akar masalahnya.

Ngobrol dengan AI memang terasa lebih aman, tapi manusia tetap makhluk sosial. Memiliki hubungan nyata, walau sulit, tetap penting bagi kesehatan mental jangka panjang.