Sudahkah Kita Merdeka dengan Diri Kita Sendiri?

kesehatan mental

Setiap tahun kita merayakan hari kemerdekaan dengan meriah. Tapi mungkin yang lupa kita tanyakan adalah apakah kita sebagai individu juga sudah merdeka? Rasa merdeka sebagai individu tidak bisa dikesampingkan begitu saja, karena individu adalah elemen dasar dari sebuah bangsa.

Menurut Dr. Bimo Wikantiyoso, Psi yang juga merupakan pendiri dari Matala.id, ada sebuah pertanyaan mendasar tentang mengapa dulu para orang tua kita rela mengorbankan harta benda hingga nyawa agar negara Indonesia bisa merdeka? 

Kemerdekaan adalah hal yang esensial dan bahkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 45 juga ditegaskan bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa. “Ini artinya setiap orang berhak untuk merasa merdeka,” terang Bimo saat berbincang dalam IG Live bersama Goodlife.

Kemerdekaan dari sisi individu juga penting selain hari kemerdekaan yang kita peringati tiap tahun (Foto: Xframe)
Sponsored Links

Merdeka dalam Aktivitas Sehari-Hari

Topik “merdeka dengan diri sendiri” sebetulnya bisa dilihat dari aktivitas setiap hari, dimana kita sering dihadapkan pada masalah-masalah yang bisa kita pertanyakan apakah ini sudah sesuai dengan cita-cita kita atau kita melakukan ini hanya karena terpaksa dan konsekuensi dari sebuah pilihan.

“Dalam pekerjaan, contohnya. Apakah bertemu dengan klien yang sulit itu memang kemauan kita atau karena konsekuensi lain?” terang Bimo. “Jadi merdeka dengan diri sendiri sebetulnya adalah sebuah proses bertanya, apakah kehidupan yang kita jalani ini sudah seperti yang kita cita-citakan,” tambahnya.

Namun kemerdekaan atau kebebasan secara individu memang tidak ada yang namanya kebebasan secara mutlak. “Ada kondisi dimana kita tidak bisa mendapatkan apa yang kita mau,” terang Bimo. “Misalnya saya mau makan martabak tapi pasangan saya maunya pizza. Ini artinya kebebasan kita memilih makanan terganggu,” tambahnya.

Bimo merelasikan ini dengan kehidupan bernegara untuk jangkauan yang lebih luasnya. “Jangan-jangan sebagai warga negara selama ini kita hanya menjalankan kewajiban saja tapi secara pribadi tidak bisa tumbuh,” terang Bimo.

family
Dalam aktivitas sehari-hari, benarkah kita sudah merasa merdeka? (Foto: Pexels)

Merdeka dengan Pilihan Kita. Yakin?

Namun, menurut Bimo hal penting yang harus diketahui adalah bahwa pada umumnya masyarakat Indonesia sendiri masih bingung dengan arti merdeka. Jadi rasanya wajar kalau masih ada kerancuan dalam melakukan hal yang memang berdasarkan keinginan maupun karena pilihan lainnya.

Banyak orang yang merasa stress dengan apa yang menjadi aktivitasnya saat ini sehingga mengeluhkan beban yang dialaminya. Bimo menegaskan kalau sebetulnya kalau kadang orang merasa stress bukan karena pilihannya tapi karena konsekuensinya.

Bimo mencontohkan tentang hubungan orang tua dengan anak. Dalam banyak kasus, anak sering mendapati sikap orang tua yang dianggap toxic atau memberi dampak negatif. Padahal, inti dari permasalahan seperti ini sebetulnya adalah komunikasi yang menemui jalan buntu.

Kondisi ini biasanya membuat anak ingin pergi dan hidup mandiri terbebas dari orang tuanya. Namun dalam beberapa kasus, anak sebetulnya masih membutuhkan support dari orang tua. Bimo menjelaskan bahwa kadang kita tidak bisa menerima konsekuensinya. “Meninggalkan orang tua yang dianggap toxic sebetulnya tidak masalah. Tapi apakah kita siap kalau nanti dibilang durhaka dan lain sebagainya,” terang Bimo.

kesehatan mental
Perseteruan dalam keluarga adalah hal yang sudah ada sejak dulu (Foto: Pexels)

Merdeka Berarti Bahagia?

Merdeka harusnya memiliki korelasi dengan kebahagiaan. Menurut Bimo, dalam psikologi ada yang namanya sense of control, yaitu seberapa jauh kita merasa bisa mengontrol sesuatu. “Ini korelasinya cukup tinggi dengan rasa bahagia,” terang Bimo.

Dalam implementasinya untuk kehidupan sehari-hari, kita bisa pertanyakan pada diri sendiri apakah saat ini kita sudah memiliki akses kontrol yang cukup? Lalu, sejauh mana kita bisa melakukan kontrol yang bisa dikatakan sudah merdeka? Atau dari mana kita harus mengontrol untuk mencapai tingkatan yang setara dengan merdeka?

Bimo mencontohkan misalnya memilih transportasi untuk ke kantor setiap hari. “Kita dihadapkan masalah macet dan lain-lain, kemudian kita punya kebebasan untuk pilih transportasinya. Ini artinya kita punya kontrol bagaimana cara supaya tidak terlambat datang ke kantor,” terang Bimo. “Kalau selama ini kita ternyata tidak punya kontrol untuk mengatur aktivitas sehari-hari, ini pada dasarnya sama saja dengan zaman kolonial dulu,” tambahnya.

Merayakan hari kemerdekaan memang sudah menjadi rutinitas kita setiap tahun. Namun kemerdekaan kita sebagai individu juga tidak boleh dikesampingkan. Untuk lebih lengkapnya, simak sesi IG Live Ngobrol Seru Goodlife bersama narasumber Dr. Bimo Wikantiyoso Psi. dengan topik “Merdeka dengan Diri Sendiri” di akun Instagram @_goodlifeid_.

Visited 56 times, 1 visit(s) today