Punya Bentuk Unik, Garam Piramid asal Bali Jadi Salah Satu Garam Termahal di Dunia

garam piramid

Umumnya, garam berbentuk butiran halus hingga kasar seperti kristal. Namun garam piramid asal Desa Tejakula, Buleleng, Bali memiliki bentuk yang unik, seperti piramida. Manfaatnya pun tak sebatas sebagai bumbu dapur, tapi juga buat kesehatan. Gak heran, garam piramid ini jadi salah satu garam termahal di dunia.

Selain bentuknya yang menyerupai miniatur piramida dengan rongga di bagian bawahnya, garam piramid juga memiliki rasa yang berbeda dengan garam gourmet pada umumnya. Kandungan airnya yang rendah membuat rasa asin garam piramid lebih soft.

Bentuknya yang unik juga membuat garam piramid ini banyak digunakan sebagai garnish pada suatu makanan atau hidangan. Tak hanya sebagai garnish, garam ini juga biasa digunakan untuk garam spa dan kesehatan.

Dengan segala kelebihannya tadi, garam piramid pun semakin banyak peminatnya. Gak heran jika kemudian harga garam ini menjadi mahal. 

Di Bali sendiri, garam piramid dibandrol dengan harga Rp 250 ribu/kilogram. Untuk garam piramid dengan ukuran besar dihargai Rp5 ribu /butir. Sementara jika diekspor, harganya bisa mencapai jutaan rupiah per kilogramnya.

Sponsored Links

Dibuat Tanpa Cetakan

Yang membuat garam ini semakin istimewa adalah bahwa bentuk piramid tersebut bukanlah hasil dari cetakan tetapi memang terbentuk sendiri saat proses pembuatannya.

Lubang pada bagian bawah garam piramid terbentuk ketika kembang garam berbentuk kotak mengapung dalam waktu semalaman. Oleh karena dikeringkan di dalam rumah kaca, kotak kembang garam tidak bergoyang-goyang tertiup angin dan setelah membesar, kotak kembang garam tadi turun dan jadilah bentuk piramid terbalik.

Garam piramid
Garam piramid (Foto: IG @garamor_lampung)

Namun dari semua garam yang diproses, gak semua akan berhasil berbentuk piramid. Dari 5 ton garam, hanya sekitar 50 kilogram saja yang bisa terbentuk piramid. Sisanya akan berbentuk garam dadu dan garam berbutir halus. Hasil panen garam ini kemudian disortir secara manual untuk memilih satu per satu garam-garam yang berbentuk piramid sambil dibersihkan dari kotoran. 

Nah, mungkin alasan inilah yang membuat garam piramid jadi salah satu garam termahal di dunia. Karena selain bentuknya yang unik, pengerjaannya juga masih dilakukan secara manual.

Selain itu, pembuatan garam piramid ini biasanya hanya dilakukan di musim kemarau saja alias setahun sekali karena sangat bergantung sinar matahari untuk mengeringkannya. Jika cuaca tidak mendukung maka proses pengkristalan atau pembentukan secara alami hingga menjadi bentuk piramid, tidak akan sempurna.

Diajukan Sebagai Warisan Budaya

Selain menghasilkan bentuk garam yang unik, proses pembuatan garam di Desa Tejakula, Buleleng, Bali ini juga menarik wisatawan untuk melihat secara langsung proses pembuatannya.

Dibandingkan petani garam dari daerah lain, petani garam Desa Tejakula ini masih memakai cara tradisional yang sudah turun-temurun digunakan sejak ratusan tahun lalu, yaitu dengan menggunakan palungan, wadah yang terbuat dari batang pohon kelapa yang dibelah menjadi dua.

Prosesnya dimulai dengan meratakan tanah yang telah dicampur dengan air laut. Setelah mengering, lapisan permukaan tanah dikeruk dan dimasukkan ke alat bernama tinjung, yang berbentuk seperti kerucut terbalik. Air yang menetes dari tinjung inilah yang kemudian ditampung di palungan hingga mengkristal menjadi garam.

Untuk membuat garam piramid, garam dari palungan tadi dilarutkan kembali dengan air tawar kemudian dikeringkan di dalam rumah kaca atau green house.

Kini, selain di Bali, daerah di Indonesia lainnya pun mulai mencoba membuat garam piramid. Salah satunya di Brebes, Jawa Tengah dan Pesawaran, Lampung.

Wah, jadi penasaran ingin melihat dan memegang langsung butiran garam piramid ya!

Visited 231 times, 2 visit(s) today