Siapa sangka sakit kepala yang biasanya hanya dianggap sebagai penyakit ringan dan gampang disembuhkan ternyata bisa berisiko terkena penyakit yang jauh lebih bahaya. Betul! Sakit kepala yang berkepanjangan dan terus-menerus harus diwaspadai karena bisa jadi ini adalah gejala dari penyakit yang lebih berat.
Menggelar sesi diskusi bersama Rumah Sakit St. Carolus Jakarta pada Kamis, 27 Mei 2021 melalui acara Health Talk, Goodlife mengangkat tema “Sakit Kepala Berkepanjangan, Apakah Berbahaya?” dengan narasumber dr. Affan Priyambodo, SpBS.
Mengenal Jenis Sakit Kepala
Mendalami soal sakit kepala, sederhananya bisa dipahami dengan mengetahui 3 organ penting di kepala, yaitu otak, mata dan telinga. Menurut dr. Affan, kebanyakan sakit kepala justru disebabkan oleh kondisi mata.
“Mata minus, plus, atau silinder paling sering menjadi penyebab sakit kepala. Ini bisa diatasi dengan ganti ukuran kacamata atau cek kondisi mata,” terang dr. Affan membuka perbincangan.
Selain kondisi mata, penyebab sakit kepala berikutnya adalah hubungan dengan organ di otak yang dibagi menjadi:
- Sakit kepala yang berat di pagi hari.
- Sakit kepala yang tiba-tiba dan belum pernah dirasakan sebelumnya.
- Sakit kepala dengan leher terasa kaku.
- Sakit kepala berkepanjangan (Chronic progressive headache).
“Sakit kepala yang berkepanjangan ini biasanya semakin lama semakin terasa berat meskipun sudah diobati dengan obat-obatan umum,” terang dr. Affan. “Ini harus segera cari pertolongan,” tambahnya.
Menanggapi soal sakit kepala yang berkepanjangan ini, dr. Affan mengurai beberapa contoh gejalanya, yaitu:
- Sakit kepala disertai dengan mual hingga muntah. Penanganannya harus segera ke rumah sakit.
- Sakit kepala yang terjadi secara perlahan namun tak kunjung sembuh dan berulang. Bisa disebabkan oleh kelainan di otak, seperti penumpukan cairan atau tumor.
Penanganan Sakit Kepala yang Berkepanjangan
Menghadapi sakit kepala yang berkepanjangan, menurut dr. Affan tidak harus langsung menemui dokter. Tapi harus dilihat kondisi dari awal, apakah bisa sembuh atau tidak dengan mengkonsumsi obat-obatan umum.
“Pengobatannya juga tidak harus dengan dokter spesialis bedah syaraf. Biasanya akan dievaluasi dulu dengan dokter umum,” terang dr. Affan. “Ada yang sudah bisa sembuh setelah ke dokter umum, tapi ada juga yang harus konsultasi lebih lanjut ke dokter spesialis bedah syaraf,” lanjutnya.
Pemeriksaan kesehatan otak ini sebetulnya mirip dengan medical check up pada umumnya, namun lebih berfokus pada kesehatan organ-organ di kepala. Di Rumah Sakit St. Carolus Jakarta sendiri sudah ada edukasi untuk menyadarkan masyarakat agar memeriksakan kesehatan organ yang ada di kepala, terutama bila sudah memasuki usia lanjut, seperti 60 tahun keatas. Selain itu tersedia juga fasilitas dan layanan untuk pemeriksaan kesehatan kepala.
Pemeriksaan yang dikenal dengan nama brain medical check up ini meliputi:
- MRI (Magnetic Resonance Imaging) untuk mengecek organ yang ada di kepala.
- MRA (Magnetic Resonance Angiography) untuk mengecek pembuluh darah di kepala.
- USG (Ultrasonografi) untuk mengevaluasi aliran darah ke otak.
Pemeriksaan ini juga sudah termasuk dengan pengecekan untuk mendeteksi risiko penyakit lain, seperti diabetes, hipertensi dan kolesterol. Setelah rangkaian pemeriksaan ini selesai dan ternyata ditemukan ada masalah dengan kesehatan otak, maka akan dilanjutkan dengan cek DSA (Digital Subtraction Angiography), yaitu pemeriksaan yang memberikan gambar lumen (permukaan bagian dalam) pembuluh darah, termasuk arteri vena dan serambi jantung.
Pemeriksaan DSA dilakukan di CICC (Carolus Integrated Cardio Cerebrovascular) atau dikenal dengan nama Cath Lab, yang berfungsi sebagai layanan untuk penyakit terkait jantung, pembuluh darah dan stroke.
Menariknya, menurut dr. Affan kepedulian orang terhadap kesehatan otak sudah mulai dilakukan oleh orang-orang di luar negeri yang kini mulai melakukan brain medical check up pada usia 40 tahun akibat stroke yang kini mulai menyerang orang-orang di usia lebih muda.
Tanya Jawab Seputar Sakit Kepala Berkepanjangan
Sesi Health Talk ini juga mendapat tanggapan menarik dari para followers yang juga menanyakan banyak hal terkait sakit kepala berkepanjangan.
Sakit pada lambung berdampak pada sakit kepala, kenapa bisa begitu?
Memang ada koneksi antara lambung dengan otak dan hubungan ini sebetulnya bisa saja terjadi sebaliknya, seperti sakit kepala akibat stress kemudian memicu sakit pada lambung.
“Sederhananya secara teori, aliran darah ke kepala akan menurun bila ada masalah di lambung,” jelas dr. Affan. “Otak itu beratnya hanya 5% dari berat tubuh tapi dia butuh sekitar 30% hingga 40% tekanan darah,” tambahnya.
Jadi dengan kebutuhan tekanan darah yang besar, otak akan langsung terpengaruh bila ada gangguan pada organ lain yang mengakibatkan menurunnya tekanan darah ke otak.
Sakit kepala di bagian belakang kepala namun tidak sampai ke bagian leher. Apakah berbahaya?
Kondisi ini harus mulai mendapat perhatian serius, terlebih bila tidak membaik meskipun sudah minum obat. “Kondisi seperti ini harus sudah mulai berpikir untuk diperiksa dengan MRI,” terang dr. Affan. “Karena sakitnya di kepala bagian belakang tapi tidak sampai ke leher, kemungkinan ada sesuatu yang meregang di kepala sehingga merasa ada tekanan,” lanjutnya.
Bagaimana cara mengurangi vertigo?
Vertigo sebetulnya adalah hal berbeda dengan sakit kepala. Ini disebabkan karena adanya organ dalam pendengaran yang kalau terganggu akan menyebabkan sensasi berputar atau pusing. Sebelum pemeriksaan lebih lanjut, penderita vertigo sebaiknya konsumsi obat yang dianjurkan dokter lebih dulu, namun bila masih berlanjut akan ada evaluasi lebih dalam di organ pendengaran. “Bisa saja ini disebabkan adanya infeksi, tumor dan lain-lain,” terang dr. Affan.
Siapa saja yang rentan terkena sakit kepala berkepanjangan?
Menurut dr. Affan sebetulnya tak ada jawaban yang pasti karena baik pria dan wanita sama-sama punya peluang untuk terkena risiko ini. Tapi yang jelas biasanya sakit kepala berkepanjangan diderita oleh orang-orang usia lanjut di usia 60 tahunan.
Apakah anak-anak bisa mengalami sakit kepala berkepanjangan?
Sekadar sakit kepala justru biasanya jarang dialami anak-anak, karena mereka umumnya terbebas dari penyakit bawaan, seperti diabetes, hipertensi dan lain-lain. Namun beberapa anak yang menderita kelainan pembuluh otak dan tumor tidak hanya mengalami sakit kepala saja, tapi juga dibarengi dengan mual dan kejang-kejang.
Apakah infeksi di telinga bisa sebabkan sakit kepala berkepanjangan?
Infeksi di telinga secara otomatis bisa berlanjut ke infeksi otak. Akibatnya seluruh otak bisa terkena risiko infeksi dan memicu terjadinya hidrosefalus atau penumpukan cairan di otak. Jadi infeksi telinga yang dibiarkan bisa berakibat infeksi di otak.
Nah, bagi Sahabat Goodlife yang ingin menyimak secara lengkap sesi Health Talk bisa mengakses akun Instagram @_goodilfeid_ dan @rscarolusjakarta untuk menyaksikannya di IGTV.