Selain Tempe, Makanan Khas Indonesia Ini Juga Hasil Fermentasi. Sudah Pernah Coba?

tempe

Sudah bukan rahasia lagi kalau tempe adalah makanan khas Indonesia hasil proses fermentasi kacang kedelai menggunakan ragi. 

Fermentasi adalah proses pengawetan makanan secara alami menggunakan mikroorganisme seperti ragi dan bakteri baik. Dengan proses fermentasi, jumlah bakteri baik atau probiotik dalam makanan tersebut menjadi lebih tinggi. Probiotik dikenal bisa meningkatkan fungsi kekebalan tubuh, menyehatkan sistem pencernaan, dan membuat tubuh menyerap nutrisi makanan dengan lebih baik.

Selain itu, makanan dan minuman hasil fermentasi juga bisa membantu detoksifikasi. Kandungan asam dan bakteri baik dalam makanan fermentasi bisa membantu mengeluarkan berbagai jenis racun dan logam berat dari dalam tubuh.

Beruntungnya, Indonesia kaya akan berbagai macam kuliner khas daerah. Beberapa di antaranya juga berasal dari hasil proses fermentasi. Berikut ini beberapa makanan hasil fermentasi dari berbagai daerah di Indonesia.

1.  Peuyeum Bandung

peyeum (IG @oleholehmakananbandung)
peyeum (Foto: Instagram@oleholehmakananbandung)

Peuyeum berasal dari bahasa Sunda yang artinya tape singkong, sementara nama Bandung dipakai karena makanan ini merupakan khas dari daerah Bandung, Jawa Barat. Untuk membuat peuyeum Bandung diperlukan singkong utuh yang sudah dikupas, air, serta ragi.

Singkong utuh yang sudah dikupas dan dicuci bersih kemudian direbus hingga setengah matang. Selesai direbus, singkong ditiriskan kemudian diberi ragi. Diamkan hingga 2-3 hari hingga proses fermentasi selesai dan menghasilkan peuyeum yang manis dan empuk.

Sebagai cemilan, peuyeum diyakini bisa memberi efek menghangatkan tubuh setelah menyantapnya. Gak heran, sangat cocok ngemil peuyeum ditemani secangkir kopi atau teh hangat.

2.  Tape Ketan Hitam

Jika peuyeum menggunakan singkong, tape ketan hitam menggunakan bahan utama beras ketan hitam. Namun proses fermentasinya sama-sama menggunakan ragi. 

Untuk membuatnya, beras ketan hitam direndam semalaman kemudian dicuci lalu dikukus selama 30 menit. Setelah itu, angkat dan tunggu hingga dingin. Kemudian taburkan ragi lalu aduk hingga tercampur rata.

Bungkus kukusan ketan hitam yang telah dicampur ragi ke dalam bungkusan dari daun pisang lalu simpan dalam suhu kamar selama 3 hari.

Tape ketan hitam cocok dimakan bersama tape uli. Rasanya manis sedikit asam namun menyegarkan. Tape ketan hitam merupakan makanan khas masyarakat Jawa terutama di Kuningan, Jawa Barat, dan DKI Jakarta.

3.  Oncom

oncom (IG @Sayurfreshbintaro)
oncom (Foto: Instagram@Sayurfreshbintaro)

Oncom adalah salah satu makanan khas dari Jawa Barat. Ada dua jenis oncom, yaitu oncom merah dan oncom hitam. Oncom merah terbuat dari bungkil tahu atau kedelai yang telah diambil proteinnya dalam pembuatan tahu. Sementara oncom hitam biasanya terbuat dari bungkil kacang tanah yang dicampur dengan ampas singkong.

Oncom merah biasanya diolah menjadi makanan ulukutek leunca, makanan khas Sunda yang dibuat dengan cara dioseng dan dicampur dengan daun kemangi dan cabai. Sedangkan oncom hitam biasanya dibuat nasi tutug oncom, yaitu nasi yang dicampur oncom hitam yang sudah digoreng kemudian dibakar di dalam bungkusan daun pisang.

4.  Brem

Makanan khas asal Jawa Timur ini sangat unik karena memberikan sensasi dingin dan lumer di lidah ketika memakannya. Brem yang sering dijadikan oleh-oleh ini ada yang berbentuk lembaran persegi panjang, ada juga yang berbentuk bulat pipih.

Brem dibuat dari sari ketan yang dimasak dan diendapkan. Kemudian difermentasikan dengan bantuan ragi selama sehari semalam.

5.  Tempoyak

tempoyak gulai ikan patin(IG @kek.mamasab.delivery)
tempoyak gulai ikan patin (Foto: Instagram@kek.mamasab.delivery)

Tempoyak adalah olahan daging durian yang difermentasikan selama berhari-hari. Untuk membuat tempoyak, dibutuhkan daging durian yang sudah matang, kemudian dicampur dengan garam dan cabai rawit yang telah dihaluskan. Simpan campuran bahan ini dalam wadah tertutup dan simpan dalam suhu ruangan selama 35 hari.

Tempoyak cukup dikenal luas sebagai menu masakan suku Melayu, terutama di Bengkulu, Palembang, Lampung, Jambi, dan Kalimantan.  

Di Palembang, tempoyak diolah ke berbagai menu masakan seperti sambal tempoyak atau aneka gulai ikan tempoyak.

6.  Pakasam

pakasam (IG @visithst)
pakasam (Foto: Instagram@visithst)

Pakasam merupakan makanan khas Banjar, Kalimantan Selatan. Untuk membuat pakasam dibutuhkan ikan air tawar, biasanya dipilih ikan sepat atau ikan papuyu dan beras yang sudah dihaluskan dan disangrai hingga berubah warna menjadi kecoklatan.

Taburkan serbuk beras yang telah disangari tadi ke atas ikan yang sudah dibumbui. Kemudian diamkan ikan semalaman. Ikan pakasam mempunyai cita rasa yang asam dan asin, cocok dimakan dengan nasi putih hangat.

7.  Dangke

Bisa dibilang dangke adalah keju lokal khas Enrekang, Sulawesi Selatan. Bahan utama untuk membuat dangke adalah susu kerbau atau sapi yang dimasak dan dicampur dengan getah pepaya. Setelah dingin, campuran ini kemudian didiamkan selama beberapa hari hingga bertekstur lembut seperti tahu.

Dangke biasanya disajikan dengan cara digoreng atau dipanggang dan dimakan bersama nasi putih hangat dan sambal.

8.  Lemea

Lemea berasal dari tunas bambu yang dicincang dan dicampurkan dengan ikan air tawar seperti mujair atau sepat. Simpan dalam wadah tertutup selama 3 hari, baru kemudian lemea bisa disantap sebagai lauk.

Lemea adalah makanan tradisional khas Suku Rejang, suku tertua di Pulau Sumatra. Meski beraroma menyengat, lemea memiliki cita rasa yang gurih dan cocok dimakan bersama nasi putih yang masih hangat.

Dari beberapa makanan hasil fermentasi tadi, Sahabat Goodlife sudah pernah makan yang mana? Atau tertarik mencicipi makanan yang mana?

Makanan-makanan tadi ada yang cukup mudah dijumpai penjualnya di Jakarta dan sekitarnya. Tetapi ada juga yang hanya bisa kamu temui di daerah asalnya. Sementara untuk memesannya secara online, ada risiko kualitas makanan tadi akan rusak.