Sempat Populer di Masa Pandemi, Benarkah Scream Therapy Ampuh untuk Atasi Stres?

terapi stres

Scream therapy atau terapi teriak sempat populer di Eropa saat masa pandemi Covid-19 melanda. Benarkah terapi ini bisa mengurangi rasa stres?

Scream therapy adalah suatu bentuk terapi psikologis yang melibatkan penggunaan teriakan atau suara keras sebagai cara untuk melepaskan emosi atau stres. Terapi ini umumnya dilakukan di bawah pengawasan seorang terapis yang terlatih, yang dapat membantu individu untuk mengendalikan emosi mereka dan memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang diri mereka sendiri.

Terapi berteriak dikaitkan dengan teori bahwa ketika individu menahan emosi mereka, energi negatif akan menumpuk dan menyebabkan stres, kecemasan, atau depresi. Dengan mengeluarkan emosi melalui teriakan, individu dapat melepaskan energi negatif tersebut dan merasa lebih tenang dan terbebaskan.

Berteriak bisa keluarkan energi negatif (Foto: pexels)

Populer di Masa Pandemi

Terapi berteriak telah ada sejak beberapa dekade yang lalu. Konsep terapi ini pertama kali diperkenalkan oleh seorang psikiater asal Amerika Serikat bernama Dr. Arthur Janov pada tahun 1970-an. Dr. Janov percaya bahwa teriakan dapat membantu individu untuk mengeluarkan emosi yang terpendam, khususnya trauma masa lalu yang belum teratasi.

Dr. Janov mengembangkan suatu teknik yang disebut Primal Therapy, yang melibatkan teriakan dan suara keras sebagai cara untuk merespons perasaan dan emosi yang muncul dari pengalaman masa lalu. Teknik ini mendapat popularitas di Amerika Serikat pada tahun 1970-an dan 1980-an, namun kemudian menurun popularitasnya.

Namun di masa pandemi, terapi ini mulai populer lagi khususnya di Eropa. Terapi ini diyakini dapat menjadi pilihan untuk individu yang mengalami stres, kecemasan, atau ketegangan selama pandemi COVID-19. Pandemi  dapat menyebabkan stres dan kecemasan yang tinggi, yang dapat mempengaruhi kesehatan mental seseorang.

Selama pandemi COVID-19, terapi ini tidak selalu dapat dilakukan secara langsung, karena adanya pembatasan sosial dan pembatasan untuk berkumpul di tempat tertentu.

Oleh karena itu, beberapa praktisi psikologi telah mengembangkan metode terapi berteriak yang dapat dilakukan secara virtual atau daring melalui video konferensi atau telepon. Metode ini memungkinkan individu untuk melakukan terapi berteriak dari kenyamanan dan keamanan rumah mereka sendiri, sambil tetap mendapatkan manfaat dari proses terapi.

Manfaat Terapi Teriak

Beberapa manfaat dari scream therapy atau terapi berteriak adalah sebagai berikut:

Membantu mengurangi stres

Teriakan dapat membantu meredakan ketegangan dan stres yang terkait dengan masalah kehidupan, termasuk stres yang terkait dengan pandemi, masalah pekerjaan, atau masalah interpersonal.

Meningkatkan kesehatan mental

Teriakan dapat membantu individu mengungkapkan emosi negatif, seperti kemarahan atau kesedihan, dan memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang diri mereka sendiri, sehingga meningkatkan kesehatan mental dan kebahagiaan.

Mengatasi trauma

Terapi berteriak dapat membantu individu untuk mengatasi trauma atau pengalaman traumatis masa lalu, dan membantu mereka memperoleh pemulihan yang lebih cepat.

Teriak bisa mengatasi trauma (Foto: Pexels)

Meningkatkan kualitas tidur

Terapi berteriak dapat membantu mengurangi ketegangan dan stres yang mempengaruhi kualitas tidur seseorang, sehingga meningkatkan kualitas tidur dan kesehatan secara keseluruhan.

Meredakan rasa sakit

Teriakan juga dapat membantu meredakan rasa sakit yang berkaitan dengan masalah fisik atau emosional, seperti sakit kepala atau sakit punggung.

Meskipun terapi berteriak dapat memberikan manfaat yang signifikan bagi beberapa individu, namun tetap harus diingat bahwa terapi ini tidak selalu cocok untuk semua orang. Penting untuk berkonsultasi dengan dokter atau terapis sebelum mencoba terapi berteriak atau metode pengobatan lainnya untuk memastikan kesesuaian dengan kebutuhan individu tersebut.

Dampak Buruknya

Meskipun terapi berteriak dapat memberikan manfaat bagi beberapa individu, namun terdapat beberapa dampak buruk yang perlu diperhatikan, seperti:

  1. Kecemasan dan ketakutan yang meningkat. Terapi berteriak dapat memicu rasa takut dan kecemasan yang lebih tinggi, terutama pada individu yang sensitif terhadap suara keras atau teriakan.
  2. Gangguan pendengaran. Terapi berteriak yang dilakukan secara berlebihan atau terlalu lama dapat mempengaruhi pendengaran seseorang dan menyebabkan gangguan pendengaran atau tuli sementara.
  3. Cedera pada pita suara. Teriakan yang terlalu sering atau terlalu keras dapat menyebabkan cedera pada pita suara dan mengganggu kemampuan seseorang untuk berbicara atau bernyanyi.
  4. Meningkatkan risiko masalah kesehatan mental. Terapi berteriak yang tidak dilakukan dengan cara yang tepat atau terlalu berlebihan dapat memicu masalah kesehatan mental, seperti depresi, kecemasan, atau stres pasca-trauma.
  5. Tidak efektif untuk beberapa orang. Terapi berteriak tidak selalu efektif untuk semua orang, terutama pada individu yang mengalami gangguan pendengaran atau kesulitan dalam mengungkapkan emosi mereka.
Berteriak bisa ganggu pendengaran (Foto: Pexels)

Namun, penting untuk dicatat bahwa terapi berteriak tidak cocok untuk semua orang dan tidak selalu direkomendasikan sebagai satu-satunya metode pengobatan. 

Oleh karena itu, sebelum mencoba terapi berteriak atau metode pengobatan apa pun, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter atau terapis terlebih dahulu untuk mengetahui apakah metode ini cocok dan aman bagi kebutuhan individu tersebut. Selalu melakukan terapi berteriak dengan cara yang benar dan dalam pengawasan ahli terapi yang terlatih dapat membantu mengurangi risiko dampak buruk.