Serangan jantung bisa menyerang siapa saja, bahkan atlet olahraga yang sangat sehat secara fisik sekalipun. Lalu, bagaimana sebaiknya kita melakukan olahraga? Adakah cara untuk terhindar dari risiko ini?
Pada Rabu 23 Juni 2021 lalu, Goodlife bersama Rumah Sakit St. Carolus Jakarta menggelar sesi Health Talk melalui IG Live dengan tema “Waspadai Serangan Jantung Saat Berolahraga” dengan narasumber dr. Antonius Andi Kurniawan, SpKO dan dr. Rachmat Hamonangan, SpPD-KKV.
Topik serangan jantung kembali menghangat setelah kejadian yang menimpa pemain sepak bola Denmark Christian Eriksen yang tiba-tiba tak sadarkan diri di tengah laga Euro 2020 dan pemain bulu tangkis Indonesia, Markis Kido yang juga mengalami hal sama saat bermain bulutangkis.
“Kasus pada Christian Eriksen ini adalah henti jantung. Bisa disebabkan oleh 2 hal, yaitu gangguan irama jantung atau aritmia dan gangguan otot jantung,” terang dr. Rachmat membuka sesi bincang-bincang bersama Goodlife. “Kondisi ini biasanya berkaitan juga dengan faktor genetik,” lanjutnya.
Meskipun begitu, masalah kesehatan jantung kini tetap mendapat banyak perhatian. Bila seorang atlet saja bisa terkena serangan henti jantung, bagaimana dengan orang-orang yang bukan atlet?
Seberapa Bahaya Kondisi Jantung Saat Olahraga?
Menurut dr. Andi, yang harus diperhatikan dalam berolahraga agar terhindar dari risiko henti jantung maupun serangan jantung adalah intensitasnya. “Banyak orang yang tidak tahu soal ini dan memaksakan diri melakukan olahraga yang berat,” jelasnya.
Memahami batas-batas kemampuan diri saat berolahraga juga sebetulnya bukan hal sulit, karena bisa dilakukan dengan cara sederhana, yaitu merasakan sendiri kondisi tubuh saat olahraga. “Kalau sudah tidak bisa bicara dan nafas terasa sesak, itu bahaya, artinya melebihi intensitas,” tegas dr. Andi.
Hal ini juga dipertegas oleh dr. Rachmat yang menjelaskan bahwa serangan jantung saat berolahraga sebetulnya bisa dideteksi, yaitu dengan timbulnya rasa sakit di dada. “Biasanya ini sakit jantung koroner,” jelas dr. Rachmat.
dr. Andi juga menyoroti soal melakukan olahraga bersama-sama, seperti dengan teman atau komunitas. Meskipun di satu sisi hal ini bisa menjadi penyemangat, namun di sisi lain juga bisa menjadi berbahaya, karena biasanya rasa lelah jadi kurang diperhatikan dan akhirnya intensitasnya berlebihan.
“Bahayanya, secara tidak sadar kita bisa mengikuti gerakan orang lain yang sebetulnya itu intensitasnya terlalu tinggi buat kita. Akhirnya jadi berbahaya buat jantung kita,” tegas dr. Andi.
Jadi, yang terpenting dalam melakukan olahraga adalah memperhatikan intensitasnya, apakah memang sesuai dengan kondisi tubuh atau justru berlebihan dan membahayakan kesehatan jantung.
Pertanyaan Seputar Serangan Jantung Saat Olahraga
Kejadian yang menimpa Christian Eriksen dan Markis Kido memang menarik untuk dicermati. Itu sebabnya beberapa followers begitu antusias menanyakan banyak hal terkait olahraga dan kesehatan jantung, seperti beberapa pertanyaan berikut ini:
Olahraga apa yang disarankan untuk Penderita Jantung Koroner (PJK)?
Bagi PJK, olahraga fisik memang bisa memicu serangan jantung. Namun menurut dr. Andi, kalau olahraganya disesuaikan dengan intensitas yang cocok dengan kebutuhannya, maka risiko serangan jantung juga rendah. Jadi sebelum berolahraga, sebaiknya memahami dulu intensitas seperti apa yang sesuai dengan kesehatan jantungnya.
dr. Rachmat juga menyarankan kalau PJK harus tetap berolahraga. Namun ada baiknya berkonsultasi dulu ke dokter sampai sejauh mana ia bisa berolahraga. “Biasanya mulai dengan yang simple seperti jalan kaki atau naik tangga selama 30 menit,” terang dr. Rachmat.
Saat terjadi serangan jantung, berapa persen kira-kira peluangnya teratasi?
Saat serangan jantung ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dari diagnosisnya. Biasanya kalau kondisi penyumbatan cukup parah, kemungkinan korban meninggal bisa 30%.
Olahraga apa yang aman buat penderita obesitas agar terhindar dari serangan jantung?
Penderita obesitas punya beban yang cukup tinggi di bagian lutut. Jadi pilihannya adalah olahraga yang bersifat low impact atau beban ke area sendinya lebih rendah. Namun ada baiknya tetap berkonsultasi dulu dengan dokter untuk mengetahui sampai sebatas apa olahraga bisa dilakukan.
Apakah orang yang terkena serangan jantung harus memasang ring? Adakah solusi yang lain?
Pada dasarnya serangan jantung terjadi karena adanya penyempitan pembuluh darah koroner dan tingkat keparahannya juga berbeda-beda. Biasanya kalau tingkat keparahan mencapai 70% berarti harus diperbaiki dengan 2 pilihan cara, yaitu: operasi bypass atau memasang ring pada jantung. Kalau penyempitan pembuluh darah tidak parah, bisa disembuhkan dengan obat-obatan.
Olahraga apa yang punya risiko tinggi terhadap serangan jantung? Cardio atau muscle training?
Olahraga cardio jelas berpengaruh besar pada jantung, karena sifatnya memiliki respon untuk meningkatkan denyut jantung dan pernapasan. Olahraga muscle training lebih berisiko pada cedera otot. Ada baiknya untuk tetap melakukan olahraga cardio namun sesuai dengan kemampuan fisik.
Apakah atlet di Indonesia sudah terlatih untuk melakukan pertolongan serangan jantung?
Secara umum, hal mendasar ini memang belum menjadi perhatian dalam lingkungan atlet di Indonesia. Dalam hal ini memang sudah waktunya bagi seluruh masyarakat untuk memiliki keterampilan Bantuan Hidup Dasar untuk Awam, setidaknya untuk melakukan kompresi jantung.
Olahraga di malam hari berbahaya buat kesehatan jantung. Mitos atau fakta?
Olahraga malam memang punya sisi negatif dan positif dibanding olahraga pagi. Misalnya, olahraga malam tidak terkena sinar matahari dan udara yang sudah cenderung polusi. Namun olahraga malam tak perlu melakukan warming up yang lama karena sudah beraktivitas seharian. Sama sekali tak ada hubungannya dengan kesehatan jantung.
Nah, bagi Sahabat Goodlife yang ingin menyimak secara lengkap sesi Health Talk bisa mengakses akun Instagram @_goodilfeid_ dan @rscarolusjakarta untuk menyaksikannya di IGTV.